Sejarah jamu
Kata jamu kabarnya berasal dari Djamoe yang merupakan singkatan dua kata yaitu djampi (jampi) dan oesodo (usodo). Kata jampi berarti proses penyembuhan dengan menggunakan ramuan obat-obatan, doa-doa dan ajian-ajian. Sedangkan kata usodo bermakna kesehatan.Â
Jamu sudah sejak lama ada dan dikenal orang, ratusan atau bahkan ribuan tahun silam. Bukti keberadaan jamu di masa lampau bisa kita saksikan seperti yang tergambar pada relief-relief candi di Jawa Tengah.Â
Pada panil 3 terdapat relief yang bercerita tentang proses kelahiran. Tampak seorang wanita hamil sedang dibantu beberapa wanita, diantaranya seorang dukun beranak.Â
Panil 18 menggambarkan seorang laki-laki mendapatkan perawatan dari beberapa wanita. Ada yang memijat kepalanya, memegang tangan dan kakinya. Orang-orang di sekitarnya tampak bersedih.Â
Panil 19 menggambarkan beberapa orang yang sedang memberikan pertolongan pada seorang laki-laki yang sedang sakit. Ada yang memijat kepalanya, menggosok perut serta dadanya, juga ada seseorang yang membawa obat. Di sampingnya terdapat gambar relief yang memperlihatkan suasana bersyukur atas kesembuhan seseorang.Â
Pada panil 78 juga terdapat relief yang bercerita tentang seorang wanita sedang memegang lengan laki-laki yang sedang sakit. Sementara relief lain bercerita tentang beberapa orang sedang mengobati dua orang laki-laki sakit kepala dengan cara memegang kepalanya.Â
Pada masa Kerajaan Majapahit, abad ke-13 profesi sebagai penjual (peracik) jamu yang disebut acaraki juga sudah ada, seperti yang tergambar pada Prasasti Madhawapura. Kala itu jamu sudah menjadi minuman kebesaran raja terutama saat upacara-upacara kerajaan. Jamu yang diminum raja itu melambangkan delapan arah mata angin sekaligus lambang Surya Majapahit.Â
Tanaman yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan jamu biasanya berupa rimpang dan rempah-rempah pilihan, seperti kunyit (kunir), temulawak, jahe, kencur, hingga lengkuas (laos). Semua bahan jamu tadi mudah ditemukan di pasar tradisional yang ada di sekitar rumah tinggal kita.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!