Selain bendungan hulu dan tanggul pantai, pemprov DKI juga mengembangkan program sumur resapan (drainase vertikal) yang bertujuan memasukkan air hujan ke dalam tanah yang selanjutnya meresap lalu mengalir ke sungai. Manfaat lain dengan adanya sumur resapan ialah sebagai cadangan (reservoir / tandon) air bersih bagi warga sekitarnya.
Mungkin saja bendungan hulu, waduk (bozem), tanggul pantai, sumur resapan, pompa air berukuran raksasa dan pintu air yang selama ini sudah dikembangkan oleh pemprov DKI Jakarta belum mengcover titik-titik rawan banjir yang bisa saja semakin bertambah setiap tahunnya.
Luas wilayah Jakarta 662,3 kilometer persegi dengan curah hujan (intensitas dan jumlahnya) yang cukup  fluktuatif di setiap tahunnya. Sehingga  pembangunan danau buatan (waduk / bozem) perlu ditingkatkan jumlahnya agar sebanding dengan jumlah titik rawan banjir.
Â
Belajar dari Kolam Segaran  Â
Dinukil dari faktualnews.co bahwa teknologi irigasi, drainase dan pengelolaan air (banjir) lainnya sudah ada sejak lama. Pada era kejayaan Kerajaan Majapahit teknologi mengatasi banjir juga sudah dikenalkan mengingat daerah Majapahit termasuk yang rawan banjir.
Selain membangun banyak waduk, para arsitek Majapahit kala itu juga membangun sebuah kolam berukuran sangat besar yang hingga kini masih bisa kita saksikan keberadaannya. Oleh masyarakat sekitarnya kolam raksasa itu dinamakan Kolam Segaran.
Untuk diketahui, di antara para ahli terdapat perbedaan pandangan seputar Kolam Segaran ini. Sebagian ahli kitab kuno (filolog) dan arkeolog mengatakan kalau Kolam Segaran ini dulunya merupakan telaga (danau) seperti yang disebutkan dalam Kitab Negarakertagama pupuh 8:5. Â
Ada juga yang mengatakan kalau Kolam Segaran merupakan tempat membuang peralatan jamuan (piring, sendok, garpu dan lainnya) yang terbuat dari emas dan perak.
Cerdiknya lagi, para arsitek Majapahit kala itu menempatkan jaring di bagian dasar kolam agar peralatan jamuan para tamu asing bisa diambil lagi untuk keperluan berikutnya.
Sebuah muslihat yang menggambarkan betapa Majapahit merupakan  kerajaan yang makmur dan kaya raya. Anehnya, ketika dilakukan penggalian ternyata tidak ditemukan secuilpun logam mulia apakah itu emas, perak atau bahkan perunggu.
Sementara ahli lain mengatakan kalau Kolam Segaran merupakan tempat ritual yang disucikan, konon ada pulau kecil di tengah kolam itu. Air Kolam Segaran juga dimanfaatkan warga Majapahit untuk cadangan saat sumur mereka mengering di musim kemarau.
Kisah mengenai Kolam Segaran justru tidak pernah disebutkan dalam Kitab Negarakertagama karena dibangun sesudah ditulisnya Kitab Negarakertagama oleh Empu Prapanca, menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit.