Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Nyambi" Jadi Pemburu Paku Bekas, Sakur Bisa Kuliahkan Anak

2 Juli 2018   10:45 Diperbarui: 2 Juli 2018   21:12 2454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil buruan siap dilego ke pengepul (dok.pri)

Sebenarnya hasil dari pekerjaan yang telah ditekuninya selama ini sudah cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya namun ia tak mau waktu luangnya terbuang sia-sia hanya dengan berdiam diri di rumah.

Nyambi berburu paku bekas 

Hasil buruan siap dilego ke pengepul (dok.pri)
Hasil buruan siap dilego ke pengepul (dok.pri)
Sakur mengaku sudah tiga tahun ini nyambi sebagai pemburu paku bekas. Satu kilogram besi paku bekas di tingkat pengepul dihargai Rp 2700. Dalam sehari Sakur bisa mengumpulkan 30 hingga 50 Kg besi paku bekas. 

Cara berburu besi paku bekas ala Sakur ini boleh dibilang sangat unik. Dia menggunakan alat bantu khusus berupa magnet (besi berani) berbentuk lingkaran yang diikatkan pada sebatang bambu sebagai pegangan.

Biasanya Sakur berburu besi paku bekas di tempat-tempat sisa pembakaran kayu rumah yang sudah keropos di mana di bagian-bagian tertentu dari kayu keropos tadi masih menempel banyak paku yang sebelumnya berfungsi melekatkan satu kayu dengan kayu lainnya.

Sakur mengaku tidak mempunyai teknik khusus untuk menemukan lokasi dari sisa-sisa pembakaran kayu rumah yang keropos di mana banyak ia temukan paku bekas. 

Dia hanya mengandalkan intuisinya, dengan telaten mengikuti ke mana kaki melangkah mulai pagi sekitar pukul delapan sampai usai Dhuhur pukul satu atau dua siang. 

Dengan magnetnya itu Sakur merangsek, mengacak-acak arang (abu) sisa pembakaran kayu keropos. Alhasil, puluhan bahkan ratusan biji paku bekas serta merta menempel pada magnetnya tadi. 

Sebelum dimasukkan ke dalam karung plastik (Jawa = glangsing), hasil buruan berupa besi paku bekas tadi disaring terlebih dulu agar terpisah dari kotoran yang berupa abu bekas pembakaran atau serpihan kotoran lainnya.

Kemudian besi-besi paku bekas tadi diangkut menggunakan sepeda motor kesayangannya untuk selanjutnya dijual ke pengepul.

Bisa kuliahkan anak 
Sakur mempunyai tiga orang anak. Anak sulungnya laki-laki, lulusan UIN Surabaya (dulu IAIN Sunan Ampel Surabaya). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun