Sebenarnya hasil dari pekerjaan yang telah ditekuninya selama ini sudah cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya namun ia tak mau waktu luangnya terbuang sia-sia hanya dengan berdiam diri di rumah.
Nyambi berburu paku bekasÂ
Cara berburu besi paku bekas ala Sakur ini boleh dibilang sangat unik. Dia menggunakan alat bantu khusus berupa magnet (besi berani) berbentuk lingkaran yang diikatkan pada sebatang bambu sebagai pegangan.
Biasanya Sakur berburu besi paku bekas di tempat-tempat sisa pembakaran kayu rumah yang sudah keropos di mana di bagian-bagian tertentu dari kayu keropos tadi masih menempel banyak paku yang sebelumnya berfungsi melekatkan satu kayu dengan kayu lainnya.
Sakur mengaku tidak mempunyai teknik khusus untuk menemukan lokasi dari sisa-sisa pembakaran kayu rumah yang keropos di mana banyak ia temukan paku bekas.Â
Dia hanya mengandalkan intuisinya, dengan telaten mengikuti ke mana kaki melangkah mulai pagi sekitar pukul delapan sampai usai Dhuhur pukul satu atau dua siang.Â
Dengan magnetnya itu Sakur merangsek, mengacak-acak arang (abu) sisa pembakaran kayu keropos. Alhasil, puluhan bahkan ratusan biji paku bekas serta merta menempel pada magnetnya tadi.Â
Sebelum dimasukkan ke dalam karung plastik (Jawa = glangsing), hasil buruan berupa besi paku bekas tadi disaring terlebih dulu agar terpisah dari kotoran yang berupa abu bekas pembakaran atau serpihan kotoran lainnya.
Kemudian besi-besi paku bekas tadi diangkut menggunakan sepeda motor kesayangannya untuk selanjutnya dijual ke pengepul.
Bisa kuliahkan anakÂ
Sakur mempunyai tiga orang anak. Anak sulungnya laki-laki, lulusan UIN Surabaya (dulu IAIN Sunan Ampel Surabaya).Â