Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Nyambi" Jadi Pemburu Paku Bekas, Sakur Bisa Kuliahkan Anak

2 Juli 2018   10:45 Diperbarui: 2 Juli 2018   21:12 2454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telaten mencari paku bekas (dok.pri)

Setiap orang punya cara sendiri-sendiri agar hidupnya berhasil. Selain itu, standar kecukupan masing-masing orang boleh jadi tidak sama. Sebagai contoh, Si A kesehariannya menggantungkan hidup sebagai buruh tani di desanya. 

Meski hanya menjadi buruh tani namun hasil yang ia peroleh cukup untuk menghidupi keluarga bahkan bisa untuk menyekolahkan anak. 

Pekerjaan (profesi) yang ditekuni dan standart kecukupan Si A belum tentu cocok untuk Si B atau Si C.

Untuk bisa sukses dalam hidup, seseorang tidak selalu harus menjadikan dirinya sebagai pejabat atau pengusaha yang kaya raya. 

Mereka yang hidupnya sangat sederhana bahkan jauh dari ingar-bingarnya dunia perkotaan toh bisa juga hidup nyaman dan sukses.

Paku bekas di manakah kau berada (dok.pri)
Paku bekas di manakah kau berada (dok.pri)
Itu seperti yang dilakukan oleh Sakur, warga Desa Slempit, Kedamean, Gresik, Jawa Timur. Lelaki paruh baya kelahiran 48 tahun silam itu sehari-harinya hanyalah seorang buruh tani biasa. 

"Nek wis mari mbrujul sawah, tak sambi ngene iki mas (setelah bekerja membajak sawah, saya punya sambilan seperti ini mas / berburu paku bekas, red) ujarnya, saat saya temui (01/07/2018) sedang mencari paku bekas di kawasan Desa Driyorejo Gresik, beberapa kilometer dari tempat tinggalnya.

Sakur mengaku telah menjalani profesi sebagai buruh tani sejak puluhan tahun silam. Awalnya memang ia merasa berat dengan hanya mengandalkan hasil sebagai buruh tani. Apalagi ketiga anaknya sudah mulai beranjak dewasa. 

Bukan buruh tani biasa
Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil kridit pada salah satu bank pemerintah dengan bunga sangat ringan. Uang pinjaman itu ia gunakan sebagai modal membeli alat pengolah sawah atau hand tractor (traktor tangan). 

Dengan saringan memisahkan paku bekas dengan serpihan kotoran lainnya (dok.pri)
Dengan saringan memisahkan paku bekas dengan serpihan kotoran lainnya (dok.pri)
Berkat kerja kerasnya, uang pinjaman bank berhasil ia kembalikan tepat pada waktunya. Malahan kini ia sudah memiliki 2 buah hand tractor dan 2 buah mesin pemotong rumput. Alat-alat itu ia pakai sendiri atau ia sewakan pada buruh tani (pengolah) sawah lainnya.

Sakur ternyata bukan buruh tani biasa yang identik dengan penghasilan pas-pasan dan miskin modal. Ia sendiri yang mengaku dengan polos kalau tidak punya lahan dan hanya mengisi kesehariannya dengan bekerja menggarap lahan milik orang lain. 

Di sela-sela rutinitasnya menggarap lahan persawahan milik orang lain itu ternyata Sakur memiliki kesibukan lain yakni sebagai pemburu paku bekas.

Sebenarnya hasil dari pekerjaan yang telah ditekuninya selama ini sudah cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya namun ia tak mau waktu luangnya terbuang sia-sia hanya dengan berdiam diri di rumah.

Nyambi berburu paku bekas 

Hasil buruan siap dilego ke pengepul (dok.pri)
Hasil buruan siap dilego ke pengepul (dok.pri)
Sakur mengaku sudah tiga tahun ini nyambi sebagai pemburu paku bekas. Satu kilogram besi paku bekas di tingkat pengepul dihargai Rp 2700. Dalam sehari Sakur bisa mengumpulkan 30 hingga 50 Kg besi paku bekas. 

Cara berburu besi paku bekas ala Sakur ini boleh dibilang sangat unik. Dia menggunakan alat bantu khusus berupa magnet (besi berani) berbentuk lingkaran yang diikatkan pada sebatang bambu sebagai pegangan.

Biasanya Sakur berburu besi paku bekas di tempat-tempat sisa pembakaran kayu rumah yang sudah keropos di mana di bagian-bagian tertentu dari kayu keropos tadi masih menempel banyak paku yang sebelumnya berfungsi melekatkan satu kayu dengan kayu lainnya.

Sakur mengaku tidak mempunyai teknik khusus untuk menemukan lokasi dari sisa-sisa pembakaran kayu rumah yang keropos di mana banyak ia temukan paku bekas. 

Dia hanya mengandalkan intuisinya, dengan telaten mengikuti ke mana kaki melangkah mulai pagi sekitar pukul delapan sampai usai Dhuhur pukul satu atau dua siang. 

Dengan magnetnya itu Sakur merangsek, mengacak-acak arang (abu) sisa pembakaran kayu keropos. Alhasil, puluhan bahkan ratusan biji paku bekas serta merta menempel pada magnetnya tadi. 

Sebelum dimasukkan ke dalam karung plastik (Jawa = glangsing), hasil buruan berupa besi paku bekas tadi disaring terlebih dulu agar terpisah dari kotoran yang berupa abu bekas pembakaran atau serpihan kotoran lainnya.

Kemudian besi-besi paku bekas tadi diangkut menggunakan sepeda motor kesayangannya untuk selanjutnya dijual ke pengepul.

Bisa kuliahkan anak 
Sakur mempunyai tiga orang anak. Anak sulungnya laki-laki, lulusan UIN Surabaya (dulu IAIN Sunan Ampel Surabaya). 

Sang putra sulung itu kini bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu pondok pesantren yang ada di Sidoarjo. 

Anak keduanya juga laki-laki, setelah lulus Sekolah Lanjutan Atas kini bekerja di pabrik baja yang ada di Kota Gresik. 

Sedangkan anak bungsunya perempuan, kini baru masuk Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada tak jauh dari kediaman keluarga sederhana itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun