Setiap orang punya cara sendiri-sendiri agar hidupnya berhasil. Selain itu, standar kecukupan masing-masing orang boleh jadi tidak sama. Sebagai contoh, Si A kesehariannya menggantungkan hidup sebagai buruh tani di desanya.Â
Meski hanya menjadi buruh tani namun hasil yang ia peroleh cukup untuk menghidupi keluarga bahkan bisa untuk menyekolahkan anak.Â
Pekerjaan (profesi) yang ditekuni dan standart kecukupan Si A belum tentu cocok untuk Si B atau Si C.
Untuk bisa sukses dalam hidup, seseorang tidak selalu harus menjadikan dirinya sebagai pejabat atau pengusaha yang kaya raya.Â
Mereka yang hidupnya sangat sederhana bahkan jauh dari ingar-bingarnya dunia perkotaan toh bisa juga hidup nyaman dan sukses.
"Nek wis mari mbrujul sawah, tak sambi ngene iki mas (setelah bekerja membajak sawah, saya punya sambilan seperti ini mas / berburu paku bekas, red) ujarnya, saat saya temui (01/07/2018) sedang mencari paku bekas di kawasan Desa Driyorejo Gresik, beberapa kilometer dari tempat tinggalnya.
Sakur mengaku telah menjalani profesi sebagai buruh tani sejak puluhan tahun silam. Awalnya memang ia merasa berat dengan hanya mengandalkan hasil sebagai buruh tani. Apalagi ketiga anaknya sudah mulai beranjak dewasa.Â
Bukan buruh tani biasa
Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil kridit pada salah satu bank pemerintah dengan bunga sangat ringan. Uang pinjaman itu ia gunakan sebagai modal membeli alat pengolah sawah atau hand tractor (traktor tangan).Â
Sakur ternyata bukan buruh tani biasa yang identik dengan penghasilan pas-pasan dan miskin modal. Ia sendiri yang mengaku dengan polos kalau tidak punya lahan dan hanya mengisi kesehariannya dengan bekerja menggarap lahan milik orang lain.Â
Di sela-sela rutinitasnya menggarap lahan persawahan milik orang lain itu ternyata Sakur memiliki kesibukan lain yakni sebagai pemburu paku bekas.
Sebenarnya hasil dari pekerjaan yang telah ditekuninya selama ini sudah cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya namun ia tak mau waktu luangnya terbuang sia-sia hanya dengan berdiam diri di rumah.
Nyambi berburu paku bekasÂ
Cara berburu besi paku bekas ala Sakur ini boleh dibilang sangat unik. Dia menggunakan alat bantu khusus berupa magnet (besi berani) berbentuk lingkaran yang diikatkan pada sebatang bambu sebagai pegangan.
Biasanya Sakur berburu besi paku bekas di tempat-tempat sisa pembakaran kayu rumah yang sudah keropos di mana di bagian-bagian tertentu dari kayu keropos tadi masih menempel banyak paku yang sebelumnya berfungsi melekatkan satu kayu dengan kayu lainnya.
Sakur mengaku tidak mempunyai teknik khusus untuk menemukan lokasi dari sisa-sisa pembakaran kayu rumah yang keropos di mana banyak ia temukan paku bekas.Â
Dia hanya mengandalkan intuisinya, dengan telaten mengikuti ke mana kaki melangkah mulai pagi sekitar pukul delapan sampai usai Dhuhur pukul satu atau dua siang.Â
Dengan magnetnya itu Sakur merangsek, mengacak-acak arang (abu) sisa pembakaran kayu keropos. Alhasil, puluhan bahkan ratusan biji paku bekas serta merta menempel pada magnetnya tadi.Â
Sebelum dimasukkan ke dalam karung plastik (Jawa = glangsing), hasil buruan berupa besi paku bekas tadi disaring terlebih dulu agar terpisah dari kotoran yang berupa abu bekas pembakaran atau serpihan kotoran lainnya.
Kemudian besi-besi paku bekas tadi diangkut menggunakan sepeda motor kesayangannya untuk selanjutnya dijual ke pengepul.
Bisa kuliahkan anakÂ
Sakur mempunyai tiga orang anak. Anak sulungnya laki-laki, lulusan UIN Surabaya (dulu IAIN Sunan Ampel Surabaya).Â
Sang putra sulung itu kini bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu pondok pesantren yang ada di Sidoarjo.Â
Anak keduanya juga laki-laki, setelah lulus Sekolah Lanjutan Atas kini bekerja di pabrik baja yang ada di Kota Gresik.Â
Sedangkan anak bungsunya perempuan, kini baru masuk Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada tak jauh dari kediaman keluarga sederhana itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H