Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menikmati Sudut-sudut Kota Saat "Sahur On The Road"

4 Juni 2018   18:45 Diperbarui: 4 Juni 2018   18:59 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan suci Ramadan ini kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah puasa sangat dianjurkan (diperintahkan) melakukan aktivitas bangun di tengah malam atau bahkan sepertiga malam terakhir (penghujung malam) untuk makan sahur.

Berkah Sahur 

Makan sahur tak hanya berfungsi sebagai tambahan sumber energi, lebih dari itu di dalam makan sahur itu banyak sekali keberkahan yang didapatkan oleh seorang muslim yang sedang berpuasa.

Agama Islam melalui nabinya, Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan agar setiap muslim membangunkan dirinya di penghujung malam untuk makan sahur meski hanya minum seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersholawat atas orang-orang yang bersahur.

Sayangnya tidak semua umat Islam yang berniat untuk menjalankan ibadah puasa itu mampu untuk makan sahur. Mereka itu antara lain dari golongan fakir miskin dan kaum dhuafa.

Belakangan ini lagi ngetren aksi bagi-bagi makanan untuk sahur yang dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang (golongan) tertentu di pinggir jalan. 

Aksi itu populer dengan istilah Sahur On The Road (SOTR). Itu sebuah aksi nyata, bentuk kepedulian dan kepekaan sosial kepada fakir-miskin dan kaum dhuafa yang sedang menjalankan puasa.

Uniknya lagi aksi atau kegiatan SOTR ini dilakukan dengan konvoi kendaraan  atau trek-trekan di jalan. Pemberitaan dari sejumlah media di Jakarta menyebutkan kalau aksi amal ini malah menjurus kepada tindakan perkelahian yang sangat brutal antar kelompok hingga menimbulkan korban jiwa dan perusakan sejumlah fasilitas publik.

Lho kok bisa, aksi amal malah menimbulkan masalah? Membagi-bagikan makanan apalagi untuk fakir-miskin dan kaum dhuafa yang sedang berpuasa tentu itu merupakan amaliah yang dianjurkan oleh Islam.

Membagi-bagikan makanan tak ubahnya berinfak atau bersedekah. Berinfak di dalam Islam bisa dilakukan dengan terang-terangan, seperti aksi SOTR atau bisa juga dengan cara sembunyi-sembunyi (sirri). 

Orang awam seperti saya melihat aksi seseorang atau kelompok tertentu dalam ajang SOTR itu sebenarnya positif saja. Kita tidak perlu berburuk sangka kalau aksi SOTR itu riya' (minta dipuji). Anggap saja semua orang yang membagi-bagikan makanan sahur itu ihlas lillaahi ta'ala. 

Aksi SOTR sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus dibarengi konvoi kendaraan bermotor. Sehingga akan terkesan lebih santun, dengan begitu resiko terjadinya konflik antar kelompok akan semakin berkurang atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

Kekhawatiran Terhadap Aksi SOTR 

Silahkan saja bagi-bagi makanan sahur di pinggir jalan dengan cara yang tidak mengundang perhatian massa untuk bergerombol hingga menimbulkan ketegangan antar kelompok.

Apakah aksi SOTR bisa dijamin tertib, aman dan terkendali, lha wong aparat kepolisian saja melarang kegiatan itu. Informasi selengkapnya bisa dibaca di sini. 

Aksi bagi-bagi makanan sahur merupakan bentuk amaliah yang terang-terangan, sisi positifnya kegiatan itu bisa menjadi inspirasi (contoh) bagi daerah lain, asalkan berjalan tertib tanpa menimbulkan masalah.

Bagaimana dengan seseorang atau sekelompok orang yang berniat ihlas bagi-bagi makanan sahur tapi tidak pakai acara konvoi-konvoian (santun dan tidak ditampakkan) sehingga mengundang perhatian orang untuk bergerombol di pinggir jalan, ya itu juga baik bahkan lebih baik lagi karena menjaga orang atau kelompok tadi dari perasaan ujub (somse, red). 

Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang pantas menjadi hakim atas semua amalan manusia, baik yang ditampakkan maupun yang secara sembunyi-sembunyi.

Sayangnya zaman sekarang ini beramal sedikit saja dianggap nggak keren kalau tidak mengundang perhatian publik.

Kalau masing-masing pihak dalam aksi SOTR merasa yakin bisa menjamin keadaan menjadi aman, tertib dan terkendali ya tak ada larangan untuk mentradisikan acara itu, namun sayangnya kenyataan berkata lain.

Menikmati Suasana Kota di Tengah Aksi SOTR 

Kawasan sekitar Monkasel Jalan Pemuda Surabaya (dok.pri)
Kawasan sekitar Monkasel Jalan Pemuda Surabaya (dok.pri)
Di tengah-tengah munculnya pro dan kontra maraknya aksi SOTR di sejumlah kota di Indonesia saya anggap hal itu sebagai fenomena kekinian yang wajar-wajar saja. Saya termasuk yang tidak mendukung (pro) tapi juga tidak menentang (kontra) alias netral. 

Tidak pakai aksi SOTR dengan konvoi kendaraan juga nggak masalah toh beramal bagi-bagi makanan sahur itu bisa dilakukan diam-diam (sirri) dengan mendatangi langsung kediaman para fakir-miskin dan kaum dhuafa. Itu mungkin lebih mengena. 

Tapi mentradisikan SOTR sebagai agenda Ramadan ya silahkan saja asalkan yakin bisa dijamin tertib, aman dan terkendali. Kalau pada akhirnya muncul keributan dan perusakan, ya percuma saja ditradisikan. Mendingan keliling kota, duduk manis atau bobo di rumah he..he..

Terlepas dari pro dan kontra seputar pelaksanaan aksi SOTR di beberapa daerah di Jawa Timur dengan begitu saya menjadi lebih tahu suasana malam di Kota Surabaya. 

Beberapa sudut jalan menjelang aksi SOTR masih tampak ramai dengan arus lalu lintas. Apa lantaran saat itu berbarengan dengan malam Minggu yang di kalangan anak muda dianggap malam panjang? 

Entahlah, yang pasti di tengah hiruk pikuknya acara SOTR, saya masih menyempatkan diri menyaksikan sudut-sudut cantik Surabaya di malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun