Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menikmati Sudut-sudut Kota Saat "Sahur On The Road"

4 Juni 2018   18:45 Diperbarui: 4 Juni 2018   18:59 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi SOTR sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus dibarengi konvoi kendaraan bermotor. Sehingga akan terkesan lebih santun, dengan begitu resiko terjadinya konflik antar kelompok akan semakin berkurang atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

Kekhawatiran Terhadap Aksi SOTR 

Silahkan saja bagi-bagi makanan sahur di pinggir jalan dengan cara yang tidak mengundang perhatian massa untuk bergerombol hingga menimbulkan ketegangan antar kelompok.

Apakah aksi SOTR bisa dijamin tertib, aman dan terkendali, lha wong aparat kepolisian saja melarang kegiatan itu. Informasi selengkapnya bisa dibaca di sini. 

Aksi bagi-bagi makanan sahur merupakan bentuk amaliah yang terang-terangan, sisi positifnya kegiatan itu bisa menjadi inspirasi (contoh) bagi daerah lain, asalkan berjalan tertib tanpa menimbulkan masalah.

Bagaimana dengan seseorang atau sekelompok orang yang berniat ihlas bagi-bagi makanan sahur tapi tidak pakai acara konvoi-konvoian (santun dan tidak ditampakkan) sehingga mengundang perhatian orang untuk bergerombol di pinggir jalan, ya itu juga baik bahkan lebih baik lagi karena menjaga orang atau kelompok tadi dari perasaan ujub (somse, red). 

Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang pantas menjadi hakim atas semua amalan manusia, baik yang ditampakkan maupun yang secara sembunyi-sembunyi.

Sayangnya zaman sekarang ini beramal sedikit saja dianggap nggak keren kalau tidak mengundang perhatian publik.

Kalau masing-masing pihak dalam aksi SOTR merasa yakin bisa menjamin keadaan menjadi aman, tertib dan terkendali ya tak ada larangan untuk mentradisikan acara itu, namun sayangnya kenyataan berkata lain.

Menikmati Suasana Kota di Tengah Aksi SOTR 

Kawasan sekitar Monkasel Jalan Pemuda Surabaya (dok.pri)
Kawasan sekitar Monkasel Jalan Pemuda Surabaya (dok.pri)
Di tengah-tengah munculnya pro dan kontra maraknya aksi SOTR di sejumlah kota di Indonesia saya anggap hal itu sebagai fenomena kekinian yang wajar-wajar saja. Saya termasuk yang tidak mendukung (pro) tapi juga tidak menentang (kontra) alias netral. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun