Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Suka Datang ke Bandar Kolas, Main Mercon dan Klotean Sampai Kesiangan

3 Juni 2018   15:29 Diperbarui: 3 Juni 2018   15:53 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kecil (kanak-kanak) adalah masa yang paling indah untuk dikenang, meski pada kenyataannya tidak semua orang memiliki masa kecil yang indah (menyenangkan). Makanya kadang-kadang muncul istilah masa kecil kurang bahagia.

Para ahli memberikan pendapat (teori) yang berlainan tentang definisi anak-anak berdasarkan kelompok umur, saya tidak menganut teori milik siapapun. Yang masih segar di ingatan, tingkah pola masa kecil saya sejak sekolah di SD (Sekolah Dasar) itu sampai kelas satu SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Usia anak-anak identik dengan bermain dan bermain. Kadang ada juga sih sebagian anak yang menentang perintah orang tua, sehingga muncul sumpah serapah "dasar anak bandel, tak tahu diuntung".

Anak-anak bermain tak melihat waktu. Bulan puasa yang semestinya dihadapi dengan tenang, rajin beribadah dan sekolah justru malah nekad bermain.

Main Mercon (petasan)

Namanya juga anak-anak he..he.. . Bulan puasa kala itu sekitar tahun 1977 an, saat saya masih berusia 7 tahun, membunyikan petasan (mercon) sudah menjadi tradisi anak kecil seusia saya.

Belum banyak pencerahan dan setertib seperti sekarang ini. Saking seringnya anak-anak membunyikan petasan sampai-sampai jalanan di kampung penuh dengan serpihan-serpihan kertas pembalut mercon.

Kala itu mercon dibagi menjadi beberapa ukuran. Ukuran paling kecil, meminjam istilah Arek Surabaya disebut Mercon Letek. Ukuran agak besar dinamakan Mercon Kacangan dan yang paling besar dinamakan blanggur. 

Di atas ukuran Mercon Kacangan masih ada ukuran-ukuran yang lebih besar lagi. Biasanya kalau kebetulan ada uang, alm. Bapak saya kadang membeli mercon yang dirangkai mulai ukuran kecil sampai terbesar, mercon jenis ini dinamakan Mercon Rentengan. 

Mercon yang berukuran ekstra besar atau yang dinamakan blanggur itu biasanya dibunyikan saat maghrib tiba. 

Letusan blanggur bunyinya keras sekali terdengar hingga jarak beberapa kilometer. Biasanya Masjid Rahmat, Kembang Kuning Surabayalah yang punya tradisi membunyikan blanggur ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun