Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Untung dan Rugi Jika Harga Rokok per Bungkus Rp 50 Ribu

22 Agustus 2016   13:56 Diperbarui: 24 Agustus 2016   14:55 1487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bukan perokok dan sangat terganggu jika ada orang yang merokok didekat aku. Dulu sebelum berhenti total merokok, aku pernah mengalami rasanya sebagai perokok berat.

Dalam sehari aku menghabiskan rokok bisa dua sampai tiga bungkus, sampai kuku jari aku kuning semua. Namun karena memang aku sudah punya niat untuk berhenti merokok, ya akhirnya bisa juga total berhenti merokok.

Disaat pikiran lagi mumet, stress dililit masalah, rokok sangat membantu merilekskan beban pikiran. Apalagi kalau udara dingin atau disaat hujan, sebatang rokok ditemani secangkir kopi panas dan ubi rebus atau pisang goreng yang mengepul, betapa nikmatnya.

Namun itu dulu. Sekarang aku menerapkan pola hidup sehat. Filosofi aku, tubuhku adalah istanaku. Tentu saja sebagai istana harus selalu dijaga kebersihannya agar senantiasa tak tercemar dengan sesuatu yang kotor.

Menyimak wacana pemerintah yang berniat mengurangi jumlah perokok dengan menaikkan harga rokok yang fantastis itu bagiku jelas bukan solusi yang tepat untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia.

Menaikkan harga rokok secara semena-mena justru hanya akan menimbulkan banyak kerugian daripada keuntungan yang diperoleh. Keuntungannya ya paling orang yang kantongnya pas-pasan akan berpikir seribu kali untuk membeli sebungkus rokok yang harganya jika buat beli beras sudah dapat 5 liter, lumayan bisa memberi makan sekeluarga selama berhari-hari lamanya.

Mereka akan beli rokok hanya ketika ada rejeki lebih, namun sebagai perokok aktif tentunya akan sangat menyiksa mereka ketika keinginan untuk merokok tak terpenuhi akibat dari harga rokok yang melambung tinggi itu.

Itu kalau kita bicara dari sisi keuntungannya ya, tapi bagaimana kalau kita bicara dari sisi kerugian yang ditimbulkan jika pemerintah menaikkan harga rokok sampai Rp 50 ribu per bungkus? Tentunya akan sangat banyak kerugiannya, setidaknya dari parameter sudut pandang sebab akibat berikut ini;

1. Jumlah Kriminalitas Akan Meningkat

Dengan menaikkan harga rokok yang sebegitu mahalnya untuk ukuran sebungkus rokok, maka otomatis daya beli masyarakat perokok pun akan menurun dratatis. Para perokok berat akan berupaya sebisa mungkin dengan segala macam cara agar keinginan mereka untuk merokok dapat terpenuhi.

Disaat keinginan untuk merokok yang begitu kuat, namun uang tak cukup untuk beli rokok, maka mereka akan nekat melakukan pencurian, perampokkan toko kelontongan yang menjual rokok, penodongan, dan bahkan menghabisi nyawa orang lain jika korban yang dirampok melakukan perlawanan.

Tingkat kriminalitas akan semakin menjadi-jadi demi kebutuhan untuk beli rokok yang mahal itu yang tak terjangkau oleh para pecandu rokok kelas bawah.

Orang kalau sudah ketagihan rokok memang susah, cara apapun akan mereka tempuh, sekalipun dengan cara kriminal demi terpenuhinya keinginan mereka untuk merokok.

2. Jumlah Perceraian Akan Meningkat

Ini juga akan terjadi sebagai dampak dari naiknya harga rokok. Para perokok berat akan menghabiskan uang belanja bulanan rumah tangga mereka hanya untuk membeli rokok demi memenuhi keinginan mereka untuk merokok.

Jatah bulanan untuk istri akan dikurangi karena mereka sudah perhitungan pos pengeluaran harus tercukupi untuk kebutuhan rokok bulanan mereka. Dampaknya, pertengkaran dalam rumah tangga akan terus terjadi karena sang suami yang tanpa pikir panjang menghabiskan uang untuk beli rokok.

Selain itu tabungan juga akan terkuras habis jika uang untuk beli rokok tak mencukupi, sehingga akan menimbulkan pertengkaran terus menerus dalam rumah tangga yang ujung ujungnya bisa terjadinya perceraian. Kita semua tahu, faktor perceraian tertinggi yaitu karena faktor ekonomi.

3. Jumlah Pengangguran Akan Meningkat

Dengan harga rokok yang melambung tinggi tak terkira, sudah barang tentu daya beli masyarakat perokok akan menurun drastis. Dengan kondisi demikian, tentu saja akan berdampak pada pabrik-pabrik rokok yang mengalami penurunan pendapatan yang signifikan akibat dari harga rokok yang mencekik leher masyarakat golongan perokok.

Pabrik-pabrik rokok akan kehilangan omzet yang cukup tinggi karena daya beli masyarakat yang menurun drastis. Sebagai dampak dari kehilangan omzet mereka, maka pabrik-pabrik rokok akan dengan sangat terpaksa mengurangi jumlah karyawan mereka demi efisiensi biaya produksi.

Akibatnya jelas, PHK besar-besaran akan terjadi sehingga angka pengangguran pun semakin tinggi.

4. Jumlah Pendapatan Petani Tembakau Akan Menurun Drastis

Dengan kenaikan harga rokok yang fantastis yang jelas dampaknya akan menurunkan pendapatan petani tembakau karena pembelian rokok yang menurun drastis otomatis jumlah pembelian tembakau juga akan menurun.

Dengan menurunnya pendapatan para petani tembakau, maka standard hidup layak mereka juga akan menurun dimana jika sebelumnya para petani tembakau mampu beli ini itu, sekarang mereka tak akan mampu lagi beli macam-macam karena penjualan hasil tembakau mereka yang Senin Kamis itu.

Selain itu, biaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka juga akan mengalami kendala karena mereka tak mampu lagi menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena mahalnya biaya pendidikan, sementara pemasukan mereka dari penjualan tembakau menurun drastis.

5. Jumlah Pemakai Rokok Elektronik Akan Meningkat

Dengan melambungnya harga rokok, maka akan berpotensi bagi para perokok beralih ke rokok elektronik. Rokok elektronik akan laku keras karena biarpun harganya mahal, namun pemakaiannya lebih lama, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan pemakaiannya untuk menghabiskan sebotol kecil rokok ekektronik.

Padahak rokok elektronik itu sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Penyakit yang ditimbulkan yaitu kanker, penyakit pernapasan, tenggorokan, paru-paru, dan penyakit kulit karena rokok elektronik mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.

6. Menambah Beban Biaya BPJS

Jika jutaan perokok di Indonesia beralih menggunakan rokok elektronik, maka potensi orang yang masuk rumah sakit akibat terserang penyakit juga akan lebih banyak. Dan bila mayoritas pasien itu menggunakan BPJS, tentu saja akan membuat beban BPJS semakin meningkat, sehingga dampaknya BPJS bisa mengalami tekor.

7. Jumlah Produksi Rokok Palsu Akan Meningkat

Sifat manusia pada dasarnya jika ia dijepit, maka ia akan berupaya sebisa mungkin melepaskan diri dari jepitan itu dengan berbagai cara, halal maupun haram.

Dengan mahalnya harga rokok, maka akan menimbulkan kreatifitas baru yaitu munculnya produksi rokok palsu dengan harga yang sangat murah tapi rasanya sama dengan rokok resmi. Para perokok aktif akan berburu rokok palsu di pasar-pasar rakyat yang dijual oleh para pedagang gelap termasuk juga di toko-toko online yang menyediakannya.

Dengan banyaknya rokok palsu yang beredar, tentu saja akan mematikan usaha pabrik-pabrik rokok resmi, sehingga ya itu tadi, kembali lagi dampaknya akan menimbulkan pengangguran karena rokok resmi yang tak laku-laku itu.

8. Sebagai Senjata Lawan Politik

Tentunya dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga rokok secara signifikan akan menjadi senjata baru bagi para lawan politik untuk menggoyang pemerintah. Apapun akan dilakukan demi menjatuhkan kredibilitas dan wibawa pemerintah.

Kebijakan harga rokok yang signifikan itu akan digoreng sedemikian rupa sehingga menimbulkan kegaduhan baru dan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah.

Kita semua tahu, isu apapun di negeri ini bisa dijadikan celah oleh para lawan politik sebagai senjata pamungkas dengan tujuan utama yaitu menjatuhkan kredibilitas dan wibawa pemerintah, digoreng sedemikian rupa, dibuat gaduh segaduh-gaduhnya, sehingga dampak negatif yang ditimbulkan yaitu menghambat kinerja pemerintah disegala aspek.

**

Intinya suatu kebijakan sebelum dilempar ke masyarakat harus dipikirkan matang-matang dulu untung dan ruginya bagaimana, efeknya nanti seperti apa. Kalau ruginya lebih banyak daripada untung, ya sebaiknya dibatalkan saja, karena suatu kebijakan dibuat demi kemaslahatan masyarakat luas, bukan malah sebaliknya, menguras isi dompet rakyat jelata.

Dulu juga sudah pernah dilakukan upaya menurunkan jumlah perokok dengan memasang gambar-gambar seram dibungkusan rokok, tapi hasilnya apa? Nihil. Tetap saja tak mengurangi jumlah perokok aktif di Indonesia untuk berhenti merokok.

Orang kalau mau berhenti merokok ya dari niatnya, bukan karena dinasihatin orang lain serta upaya pemerintah memberantas para perokok akut dengan menaikkan harga rokok secara semena-mena. Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan pola hidup bersih dan sehat itulah yang membuat seseorang akan berhenti merokok secara total selamanya.

Ya sudah itu saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun