Setelah tragedi maut yang menimpa pesawat nahas AirAsia QZ8501 itu, baru bau kentut mereka semua yang busuk itu merebak ke permukaan. Jangan-jangan bukan hanya AirAsia saja yang sering melakukan pelanggaran jadwal penerbangan, bisa saja maskapai penerbangan lainnya seperti Lion Air, Batik Air, Sriwijaya Air, Citilink, dan maskapai-maskapai penerbangan lainnya melakukan hal yang sama.
Semoga ada maskapai yang segera mengaku dosa-dosa mereka dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya sebelum timbul korban jiwa lebih banyak lagi. Yang kalian angkut itu bukan ayam, akan tetapi nyawa manusia yang sangat berharga!
Terkait dengan pelanggaran yang super dodol, super ngawur, dan super bahaya yang dilakukan oleh pihak AirAsia yang sudah pasti itu (tak mungkin tidak) kongkalingkong dengan oknum tikus-tikus berdasi di Kemenhub, maka besar kemungkinan ada dua dosa besar yang telah terjadi selama ini, yaitu sebagai berikut;
1. AirAsia memanfaatkan momen liburan akhir tahun dan tahun baru dengan menjual tiket penerbangan pada hari minggu. Padahal mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa ijin dari Kemenhub bukan pada hari itu, namum demi uang dan bisnis untuk menyundul saham mereka ke permukaan, AirAsia telah ikut berperan membunuh 155 nyawa penumpang plus 7 orang kru pesawat mereka yang nahas itu.
2. Pihak Kemenhub selama bertahun-tahun telah kongkalingkong main mata dengan AirAsia. Para oknum dodolipet kemaruk yang perutnya pada buncit-buncit itu disogok sejumlah besar uang oleh maskapai AirAsia supaya bisa terbang diluar jadwal yang diijinkan oleh Kemenhub karena tiket yang sudah ludes terjual.
Demi fulus yang tebal menggelembung di dompet dan supaya bisa gaya-gayaan beli batu bacan yang mahal punya dijemari mereka, para oknum tikus-tikus berdasi di Kemenhub itu telah ikut andil membunuh 155 penumpang plus 7 orang kru pesawat AirAsia dalam pesawat yang nahas itu.
Kalau sudah begini, apa kata dunia? Ayam pun geleng-geleng kepala melihat kenekatan mereka itu.
Kalau terbukti ada oknum Kemenhub yang selama ini terlibat kongkalingkong dengan pihak AirAsia, maka sudah sejatinya Menteri Perhubungan, si Ignatius Jonan itu, tahu diri sedikit dan punya rasa malu dengan jabatannya.
Sebagai pimpinan, Ignatius Jonan, telah dianggap tak mampu membersihkan mafia Ijin Penerbangan yang berkembang biak bagaikan kutu busuk yang beranak pinak di instansinya itu.
Sekalipun Jonan masih baru menjabat sebagai Menteri Perhubungan di pemerintahannya Jokowi-JK, tetap kesalahan fatal berada pada pundaknya, kenapa tak memprioritaskan keselamatan dunia penerbangan dalam negeri.
Contohi itu Menteri Jung Hong-won yang legowo mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri karena ia tahu diri dan masih punya rasa malu atas tenggelamnya kapal MV. Sewo yang menewaskan 295 orang di Korea Selatan pada tanggal 16 April 2014 yang lalu.