Pentingnya Peringatan Dini Bencana
Guguran lava serta awan panas yang dihasilkan dari erupsi Semeru mengakibatkan kepanikan hingga banyak orang tidak sempat mengevakuasi diri. Ketua DPD Koalisi Kawali Indonesia Lestari Jawa Timur, Suwignyo, mengatakan keberadaan sistem peringatan dini kebencanaan menjadi pertanyaan besar karena warga yang berada di titik terdekat dari lokasi rawan bencana mengaku tidak mendapatkan peringatan.Â
Keterangan relawan Kawali di Lumajang, kata Suwignyo, menyebut tidak terdengar sirene atau bunyi peringatan saat awan panas meluncur di desa sekitar Semeru. Menurutnya, sistem peringatan dini harusnya ada di setiap desa, bukan hanya di sekitar area penambangan pasir.Â
Pakar geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo, menyebut kondisi Semeru saat terjadi guguran lava dan awan panas berada pada level 2 atau waspada, sehingga memang tidak ada erupsi yang terdeteksi dari pos pantau.
 Amien mengatakan, perlu adanya peralatan lain yang mengamati pergerakan di puncak gunung berapi, sehingga aktivitas seperti longsoran dapat terdekteksi dan diketahui oleh masyarakat di desa-desa sekitar.Â
Amien Widodo menjelaskan bahwa gunung berapi memang ancaman salah satunya adalah longsor dengan ukuran besar. Jika itu tidak disiapkan alat early warning system di tempat longsor, maka memicu bencana lainnya lagi. Mereka memang mempunyai alat namanya deformasi, jadi kalau ada perubahan di atas sana itu akan kelihatan, ada sesuatu perubahan, entah naik atau entah turun itu tahu dia.Â
Suwignyo menambahkan, peningkatan aktivitas di Gunung Semeru masih mungkin terjadi, sehingga perlu ada evakuasi dan relokasi permukiman penduduk di lokasi rawan bencana. Saat ini evakuasi masih berlangsung karena sejumlah desa tertimbun material gunung berapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H