Mohon tunggu...
Maurien
Maurien Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halo semua!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gunung Semeru dan Risiko Catastrophic Erupsi

13 Desember 2021   20:41 Diperbarui: 13 Desember 2021   20:53 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erupsi Gunung Semeru | cnnindonesia.com

Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, telah membuat perhatian dari berbagai pihak terfokus pada risiko yang dialaminya, melalui risiko juga membuat banyak pihak jadi terfokus pada mitigasi bencana dan peringatan dini pada seluruh kawasan rawan bencana. Sistem peringatan dini seharusnya menjadi salah satu upaya mengurangi risiko bencana, termasuk mencegah jatuhnya korban dan meminimalkan kerugian materi. 

Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi dan paling aktif di pulau Jawa, Indonesia, secara rutin memuntahkan gumpalan abu dan gas kecil yang sebagian besar tidak berbahaya selama bertahun-tahun. Namun keadaan berubah pada Sabtu, 4 Desember 2021.

Menyusul runtuhnya sebagian kubah lava puncak pada awal Desember, sensor mulai mendeteksi aktivitas seismik yang meningkat, menurut Survei Vulkanologi Indonesia (PVMBG). Setelah lebih banyak kubah lava Semeru runtuh, bagian depan abu yang sangat panas, tephra, tanah, dan puing-puing lainnya mengalir ke beberapa saluran di sisi tenggara gunung.

Setelah kejadian memuntahkan awan panas abu, dua hari setelah letusan kuat dirangkum bahwa bencana ini menewaskan sedikitnya 22 orang dan menyebabkan 27 hilang, kata badan mitigasi bencana Indonesia. 

Tak berhenti disana, gunung tertinggi dan terakttif di pulau Jawa ini meletus lagi pada hari Senin, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia dikonfirmasi melalui akun Twitter-nya, memperingatkan aktivitas seismik lanjutan. 

Peta Lokasi Gunung Semeru | reuters.com
Peta Lokasi Gunung Semeru | reuters.com

"Semeru adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Sebelum dan sesudah letusan 4 Desember akan terus aktif," kata Liswanto, kepala Observatorium Gunung Semeru, kepada Reuters. 

Mempersulit upaya logistik dan penyelamatan, aliran lahar dari letusan Sabtu menghancurkan jembatan yang menghubungkan dua wilayah di Kabupaten Lumajang dengan Kota Malang. Dapur umum dan fasilitas kesehatan telah didirikan untuk lebih dari 1.700 orang yang mengungsi. 

Warga terdampak bencana erupsi | reuters.com
Warga terdampak bencana erupsi | reuters.com

Dalam upaya evakuasi, diperkirakan akan sulit terjadi karena hujan lebat yang mungkin terjadi selama tiga hari ke depan yang dapat mempersulit evakuasi, kata seorang pejabat badan meteorologi pada minggu malam. Puing-puing batu dan sedimen vulkanik panas sudah membatasi pergerakan, kata penyelamat setempat. 

BNPB akan membangun kembali rumah-rumah yang hancur, dan alat berat, termasuk ekskavator dan buldoser, sedang dikerahkan, kata kepala BNPB. Badan tersebut juga mengatakan bahwa 10 orang yang terperangkap di tambang pasir akibat letusan telah dievakuasi ke tempat yang aman.

Menurut pakar gunung berapi, Semeru telah berada dalam fase letusan sejak 2014 , mulai mengeluarkan awan panas dan aliran lava baru-baru ini, mendorong pihak berwenang untuk mengeluarkan peringatan bagi orang-orang untuk tidak mendekatinya.

Risiko Catastrophic Erupsi Semeru

Asap dan debu vulkanik dari letusan gunung berapi seperti erupsi Semeru di Lumajang dan Malang Jawa Timur bisa berisiko memunculkan penyakit, salah satunya infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan risiko penyakit lainnya juga bisa muncul seperti infeksi saluran pernapasan bawah seperti pneumonia dan bronkhitis, alergi, radang atau pada mata dan kulit, gangguan saluran pencernaan. 

Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, "Perlu diwaspadai perburukan dari penyakit kronik baik karena daya tahan tubuh yang turun maupun karena stres atau lalai makan obat." Selain itu, menurutnya yang pernah menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes dan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, bukan tidak mungkin awan panas dapat terinhalasi ke dalam paru yang disebut trauma inhalasi. 

Langkah Minimalisir Risiko Lanjutan Dampak Erupsi Semeru

Peneliti Pusat Kebencanaan Universitas Gadjah mada (UGM) Danang Sri Hadmoko menyampaikan, langkah antisipasi dampak risiko lanjutan dari erupsi gunung berapi Semeru pada 4 Desember 2021 ini.

Hal yang harus dilakukan, pertama ialah harus benar-benar memantau real time curah hujan di puncak. Pasalnya, hujan dengan intensitas tinggi merupakan salah satu faktor pemicu turunnya lahar dingin. Lengseran lahar dingin terjadi ketika material gunung berapi tidak mampu menahan beban kemudian longsor bersamaan dengan air hujan mengalir ke sungai. Apalagi letusan Semeru ini memang terjadi saat musim penghujan ini. 

Menuju ke langkah kedua, yaitu memastikan kantong lahar di sungai yang berhulu dari Semeru berfungsi dengan baik. Karena jika tidak bisa, lahar ini berpotensi untuk meluber ke kanan-kiri sungai dan membahayakan permukiman warga. Pada warga dalam radius bahaya primer dan sekunder itu wajib dievakuasi. Proses antisipasi daerah hulu dan hilir. Lembah sungai yang sudah penuh itu masyarakat harus meninggalkan daerah tersebut.

Mitigasi Bencana Erupsi Semeru

Catastrophic Erupsi Semeru mengingatkan kembali kepada kita tentang pentingnya manajemen risiko atas bencana yang menjamin langkah darurat penanganan pengungsi, pengelolaan dana kebencanaan, hingga konsistensi penerapan mitigasi bencana. Lima hari pasca-erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, tercatat 43 orang dinyatakan meninggal. Tak hanya korban meninggal, erupsi juga mengakibatkan ribuan orang mengungsi. 

Berdasarkan data Pos Komando Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, jumlah penyintas mencapai 6.542 jiwa. Ribuan pengungsi tersebut tersebar di 121 titik pengungsian, yaitu wilayah Kabupaten Lumajang, Malang, dan Blitar. 

Hingga 9 Desember 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, 2.970 rumah rusak dan 3.026 hewan ternak mati. Kerusakan lainnya mencakup 42 unit sarana pendidikan, 17 sarana ibadah, 1 fasilitas kesehatan, dan 1 jembatan. Sebagai langkah awal, BNPB telah mengirimkan bantuan logistik senilai Rp 1,1 miliar pada 5 Desember 2021. 

Jumlah korban dari erupsi Semeru ini merupakan salah satu yang terbesar dalam lintasan sejarah letusan Semeru. Untuk mencegah dampak lanjutan erupsi bagi pengungsi, BNPB dan pemerintah daerah perlu memastikan seluruh kebutuhan dasar pengungsi, seperti makanan, pakaian, tempat penampungan, dan sanitasi, segera terpenuhi. 

Tanggap darurat merupakan tahapan awal sesaat setelah terjadi bencana serta masih perlu diteruskan ke tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi. Setelah kondisi lebih stabil, tahap berikutnya adalah perumusan mitigasi bencana.

Peran penting mitigasi terletak pada besarnya dampak bencana yang dapat ditekan dan minimnya kerugian finansial akibat bencana.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka sistem mitigasi bencana memang harus dibangun secara spesifik, yaitu mempertimbangkan jenis risiko bencana dan kondisi sosial budaya masyarakatnya.

Untuk kasus erupsi Semeru, maka spesifikasi mitigasi bencana yang dibuat harus berfokus pada proses kejadian bencana dan modal pengetahuan penduduk sekitar.

Cara lain untuk memastikan proses mitigasi berjalan lancar adalah penegasan kawasan risiko bencana. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi ESDM telah berencana melakukan pemutakhiran peta kawasan rawan bencana sekitar Gunung Semeru. 

Pemutakhiran terpenting adalah mendetailkan peta kawasan risiko bencana. Selama ini, kebanyakan peta bencana dibuat dalam skala lebih umum, padahal dampak bencana perlu dilihat dari skala lebih detail.

Pentingnya Peringatan Dini Bencana

Guguran lava serta awan panas yang dihasilkan dari erupsi Semeru mengakibatkan kepanikan hingga banyak orang tidak sempat mengevakuasi diri. Ketua DPD Koalisi Kawali Indonesia Lestari Jawa Timur, Suwignyo, mengatakan keberadaan sistem peringatan dini kebencanaan menjadi pertanyaan besar karena warga yang berada di titik terdekat dari lokasi rawan bencana mengaku tidak mendapatkan peringatan. 

Keterangan relawan Kawali di Lumajang, kata Suwignyo, menyebut tidak terdengar sirene atau bunyi peringatan saat awan panas meluncur di desa sekitar Semeru. Menurutnya, sistem peringatan dini harusnya ada di setiap desa, bukan hanya di sekitar area penambangan pasir. 

Pakar geologi dari Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo, menyebut kondisi Semeru saat terjadi guguran lava dan awan panas berada pada level 2 atau waspada, sehingga memang tidak ada erupsi yang terdeteksi dari pos pantau.

 Amien mengatakan, perlu adanya peralatan lain yang mengamati pergerakan di puncak gunung berapi, sehingga aktivitas seperti longsoran dapat terdekteksi dan diketahui oleh masyarakat di desa-desa sekitar. 

Amien Widodo menjelaskan bahwa gunung berapi memang ancaman salah satunya adalah longsor dengan ukuran besar. Jika itu tidak disiapkan alat early warning system di tempat longsor, maka memicu bencana lainnya lagi. Mereka memang mempunyai alat namanya deformasi, jadi kalau ada perubahan di atas sana itu akan kelihatan, ada sesuatu perubahan, entah naik atau entah turun itu tahu dia. 

Suwignyo menambahkan, peningkatan aktivitas di Gunung Semeru masih mungkin terjadi, sehingga perlu ada evakuasi dan relokasi permukiman penduduk di lokasi rawan bencana. Saat ini evakuasi masih berlangsung karena sejumlah desa tertimbun material gunung berapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun