Di backstage, ketua delegasi asal Indonesia menghampirinya. Senyum terkembang di wajah laki-laki paruh baya itu, menyiratkan rasa bangga tak terhingga.
      "Keren, Alma!" laki-laki itu menyalaminya lalu mengacungkan jempol. Alma tersipu. Sepertinya pagelaran busana kali ini adalah puncak karirnya. Tiga tahun berlalu, selepas dia menamatkan sekolah di SMK. Kerja kerasnya dalam belajar membuahkan hasil. Dia terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Esmode -- sekolah khusus fashion designer, di ibukota.
      Sejak di SMK, Alma mulai membangun mimpi. Mimpi yang besar. Tak lagi mimpi sederhana seperti semula.
      "Jangan takut bermimpi, Nak! Gantungkan mimpimu setinggi langit. Meski mimpimu tak dapat diraih, kamu tetap terjatuh di antara bintang-bintang."
      Begitu kata ibu suatu waktu. Alma mencamkan apa kata ibu dengan serius. Dan itulah yang menjadi alasan kenapa dia tak lagi menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya.
***
      Kali ini perkiraannya meleset.
      Sepulangnya ke tanah air, Alma mendapat kabar yang teramat baik. Manajer VOB -- band rock metal terkenal asal kota kelahirannya, tiba-tiba menghubungi. Meminta dirinya untuk menyediakan outfit selama band itu melakukan tour di seluruh Amerika. Salah satu rangkaian tour VOB di Amerika adalah penayangan video clip perdana album mereka, di layar raksasa gedung Times Square, New York. Dan di video tersebut, personil VOB akan mengenakan salah satu outfit rancangannya.
       "Alhamdulillah..."
      Ibu terbata menatap anak gadisnya, saat Alma menceritakan hal itu. Tak terbayangkan, jika anak perempuan satu-satunya, tak sekedar menjadi tukang jahit seperti dirinya. Anak perempuannya telah menjadi 'orang". Anak perempuannya itu, kini telah menjadi 'fashion designer', setara dengan Ivan Gunawan, Dian Pelangi dan perancang busana terkenal lainnya.
      Aah...kejutan dari Tuhan begitu berunut Alma rasakan. Siapa sangka komentar yang pernah dia tulis di kanal youtube -- delapan tahun yang lalu, adalah doa yang menjelma menjadi nyata. Karir gadis itu belum berhenti mendaki. Alma akan terus meraih puncak, selama kaki-kakinya belum lelah berlari.