Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meranti dan Kenari

2 Mei 2023   14:51 Diperbarui: 2 Mei 2023   15:13 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu pagi, sekawanan rangkong asyik bertengger di salah satu cabang pohon kenari. Jaraknya tak jauh dari tempatku berdiri. Suara cericitnya bersahutan dengan suara bekantan yang terdengar sayup-sayup di kejauhan.

"Kalian sudah mendengar berita hari ini?" tanya seekor rangkong yang paruhnya paling panjang. Surai hitamnya mengkilat terkena pantulan matahari yang menerobos pada celah daun.

"Berita apa?" beberapa rangkong balik bertanya.

"Tadi malam, di hulu telah terjadi badai. Banyak pohon di hutan sekitar, bertumbangan. Aliran sungai tak jauh dari hutan itu juga meluap, bahkan tebing-tebing pun ikut longsor," cerita rangkong paruh panjang.

"Kasihan! Teman-teman kita yang tinggal di sana, sebagian mati tertimpa pohon, malahan ada yang hilang terseret arus banjir," lanjutnya kemudian.

"Ya Tuhan! Tak terbayang bagaimana paniknya mereka tadi malam," timpal kawanan rangkong yang lain penuh kengerian.

"Dengar-dengar, semua karena ulah manusia!" suara rangkong paruh panjang mendesis, setengah berbisik.

"Haah!" rangkong yang lainnya memekik bersamaan.

"Mereka berulah apa lagi?" tanya salah satu rangkong dengan paruh yang terangkat dan mata membelalak kesal.

"Hutan di hulu telah mereka babat. Kawanan orangutan dan binatang lainnya entahlah bagaimana nasib mereka sekarang. Tapi yang pasti, gara-gara pohon di hutan itu mereka tebangi, otomatis saat hujan tiba, bukit di atasnya menjadi longsor," jelas rangkong paruh panjang.

"Jahat sekali mereka!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun