Abstrak
Dongeng merupakan cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan sosial yang berguna untuk membentuk karakter anak. Pembentukan karakter anak dapat dilakukan di lingkungan pembelajaran sekolah dan lingkungan rumah atau keluarga. Strategi pembentukan karakter anak dilakukan dengan pemberian contoh, pembiasaan membaca dongeng, pembiasaan mendengarkan dongeng, dan penciptaan lingkungan baca yang mendukung.
Kata kunci: dongeng, karakter, nilai moral
Abstract
Tales is story that contains of moral and social values which are useful for shaping the character of children. School and family are the place for shaping the character of children. Strategies for shaping the character are giving the examples, reading tales continuously, listening it continuously, and creating an environment that supports reading.
 Key words: tales, character, moral values
Salah satu metode pembelajaran yang diperkenalkan oleh para ahli psikologi, dan merupakan cara yang sangat efektif dan efisien adalah dongeng atau cerita. Ada cerita-cerita yang berfungsi sebagai media healing, sebagaimana dijelaskan oleh George W. Burns dalam bukunya 101 Healing Stories for Kids and Teens Using Metaphors in Therapy. George Burns sendiri merupakan psikolog klinis terkemuka yang mengembangkan metode bercerita sebagai terapi. Mendongeng adalah suatu kegiatan yang sangat sederhana, mudah, dan maknanya sangat luas. Kenyataanya, tidak semua orang tua mendongeng untuk anakanak mereka.
Dalam pengertian yang sederhana, mendongeng adalah bertutur dengan intonasi yang jelas, menceritakan sesuatu hal yang berkesan, menarik, memiliki nilainilai khusus dan tujuan khusus (Mal, 2011).
Dongeng bermanfaat untuk merangsang kekuatan berpikir, sebagai media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika pada anak, mengasah kepekaan terhadap bunyi-bunyian, menumbuhkan minat baca, menumbuhkan empati, meningkatkan kecerdasan, dan menumbuhkan rasa humor yang sehat.
Sebagian orang tua membacakan dongeng sebelum tidur (bedtime stories) pada anak- anak mereka. Secara sederhana, bedtime stories yakni dongeng yang dibacakan (biasanya oleh orang dewasa semisal orang tua) pada anak-anak sebelum mereka tidur (menjelang tidur).
Para ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa masa anak-anak adalah masa keemasan (the golden ages). Menurut Hidayah (2009:10), anak usia balita sedang mengalami masa pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan otak dan kepala anak lebih cepat daripada pertumbuhan organ yang lain. Dilihat dari aspek perkembangan kecerdasan balita, banyak ahli mengatakan: (a) pada usia 0-4 tahun mencapai 50%; (b) pada usia 4-8 tahun mencapai 80%; dan (c) pada usia 8-18 tahun mencapai 100%. Suyadi (dalam Subiyantoro, 2012:2) menjelaskan bahwa menurut para psikolog, masa kanak-kanak adalah masa yang penuh dengan imajinasi. Anak mempunyai daya imajinasi yang lebih beragam dari pada orang dewasa. Terlebih lagi ketika anak-anak bermain peran, yaitu memerankan tokoh dari sebuah cerita, maka imajinasinya akan menghidupkan daya fantasinya sehingga ia seolah-olah benarbenar menjadi sosok yang diperankannya tersebut. Selain itu, anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karena itu, orangtua perlu melatih kemampuan fisik dan kemampuan berpikir anak, termasuk mengembangkan imajinasi anak. Merangsang rasa ingin tahu anak dapat dilakukan dengan mengajak jalan-jalan, dan melihat gambar, membaca buku. Selain itu, membacakan dongeng juga dapat merangsang rasa ingin tahu anak, mengembangkan imajinasinya sekaligus mempelajari nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita dongeng.
Menurut Dudung (2015), dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) dan tidak benar-benar terjadi. Selain itu, Kamisa (dalam Rusyanti, 2013) menjelaskan bahwa pengertian dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan . Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar tejadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita fiktif yang bertujuan untuk menghibur dan mengandung nilai-nilai budi pekerti di dalamnya.
Dongeng dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu mitos, sage, fabel, legenda, cerita lucu, cerita pelipur lara, dan perumpamaan. Jenis-jenis dongeng antara lain (1) mitos: bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal magis seperti cerita tentang dewa-dewa, peri atau Tuhan; (2) sage: dongeng kepahlawanan, keberanian, atau sihir seperti sihir dongeng Gajah Mada; (3) fabel: dongeng tentang binatang yang dapat berbicara atau berperilaku seperti manusia; (4) legenda: bentuk dongeng yang menceritakan tentang sebuah peristiwa tentang asal-usul suatu benda atau tempat; (5) cerita jenaka: cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat membangkitkan tawa; (6) cerita pelipur lara: biasanya berbentuk narasi yang bertujuan untuk menghibur tamu di pesta dan kisah yang diceritakan oleh seorang ahli; dan (7) cerita perumpamaan: bentuk dongeng yang mengandung kiasan, contohnya adalah didaktik dari Haji Pelit. Cerita tersebut tumbuh dan berkembang di daerah dan dinamakan cerita lokal (Dudung, 2015).
Berbagai jenis dongeng tersebut memiliki nilai-nilai moral yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter anak. Hanya saja, pendidik perlu memilihkan dongeng yang sesuai dengan usia dan perkembangan psikologi serta minat anak.
Istilah karakter identik dengan istilah budi pekerti. Istilah budi pekerti didefinisikan oleh Nurchasanah dan Lestari (2008:9) yang berarti perangai (akhlak) untuk dapat menimbang baik atau buruk serta benar atau tidak benar terhadap sesuatu. Perangai mausia membedakan diri seseorang dengan orang atau bangsa lain. Selain itu, Ditjen Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Dani, 2013) menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
 Karakter juga sering diistilahkan dengan kata moral. Dalam pengertian umum, Solomon (dalam Nurchasanah dan Lestari, 2008:9) mengatakan bahwa moral menekankan pada karakter individu yang bersifat khusus, bukan pada aturan-aturan dan ketaatan. Nilai moral atau moralitas adalah nilai yang mengatur kehidupan manusia, baik sebagai pribadi yang bermartabat maupun dalam rangka mengatur keharmonisan dalam hidup bermasyarakat (Nurchasanah dan Lestari, 2008:10). Berdasarkan pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku suatu individu yang membedakan dirinya dengan orang lain dalam kehidupannya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.
Dongeng sebelum tidur ( Bedtime stories )
Mendongeng merupakan kegiatan yang sangat sederhana, mudah, dan maknanya sangat luas. Kenyataannya, tidak semua orang mampu melakukannya. Dalam pengertian sederhana, mendongeng adalah bertutur dengan intonasi yang jelas, menceritakan sesuatu hal yang berkesan, menarik, memiliki nilai-nilai khusus dan tujuan khusus (Mal, 2011). Selain terdapat beberapa manfaat, dongeng juga sangat menyenangkan karena di dalam dongeng ada pengetahuan sekaligus hiburan, baik bagi pendongengnya maupun pendengarnya. Selain itu, dengan dongeng akan menjadikan hubungan yang lebih erat antara orang tua dengan anaknya atau guru dengan anak didiknya. Secara sederhana, dongeng sebelum tidur yakni dongeng yang dibacakan sebelum anak-anak tidur. Biasanya yang membacakan adalah orang dewasa. Umumnya, orang tua si anak.
Hasil wawancara penulis dengan beberapa orang tua, tidak semua orang tua membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak-anak mereka. Alasan yang dikemukakan beragam. Bagi yang membacakan dongeng sebelum tidur, alasan yang dikemukakan antara lain karena anak-anak mereka menyukai kegiatan tersebut, dan alasan dongeng sebagai media mendidik anak. Bagi yang tidak membacakan dongeng sebelum tidur, alasan yang dikemukakan antara lain kesibukan yang tinggi sebagai orang tua, dan alasan kondisi fisik yang lelah sepulang kerja sehingga tidak memungkinkan untuk mendongeng bagi anak. Ada pula alasan lain seperti merasa tidak bisa (tidak mampu) mendongeng.
Pendongeng Kusumo Priyono (Kak Kusumo) menjelaskan hal tersebut sebagai berikut, bahwa kegiatan mendongeng sebenarnya tidak sekedar bersifat hiburan belaka, melainkan memiliki tujuan yang lebih luhur, yakni pengenalan alam lingkungan, budi pekerti, dan mendorong anak berperilaku positif (Mal, 2011).
Mengapa dongeng sebelu tidur (bedtime stories)? Penulis mencoba melihat dari sisi kondisi otak anak-anak yang berada pada kondisi gelombang alfa saat menjelang tidur. Di mana berbeda dibandingkan ketika anak-anak aktif bermain, yang kondisi otak mereka berada pada gelombang beta. Kondisi zona alfa inilah saat yang baik bagi anak-anak untuk menerima informasiinformasi positif, dalam hal ini pesan-pesa moral melalui dongeng sebelum tidur.
Mendongeng dan berkisah sangat memikat dan mendatangkan banyak manfaat. Tidak hanya untuk anak-anak, orang tua yang mendongeng atau guru pun akan sama-sama mendapatkan manfaat. Dalam Mall (2011) dikemukakan bahwa dongeng dapat merangsang kekuatan berpikir, dapat menjadi media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika pada anak, dapat membantu anak mengasah kepekaan terhadap bunyi-bunyian, dapat menumbuhkan minat baca, dapat menumbuhkan empati, dapat meningkatkan kecerdasan, dan dapat menumbuhkan rasa humor yang sehat. Bagi orang tua dan guru, dongeng juga member manfaat antara lain menambah pengetahuan, sebagai media pembelajaran, dan juga menambah kedekatan dan hubungan emosi dengan anak-anak.
SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat ditarik suatu simpulan bahwa dongeng, khususnya dongeng sebelum tidur (bedtime stories) merupakan alternatif media pendidikan yang sangat baik dan sangat bermanfaat, khususnya pendidikan bagi anak-anak. Implikasi secara lebih praktisnya, bagi guru-guru akan lebih positif apabila mempergunakan media dongeng dalam kegiatan pembelajaran. Bukan hanya guru PAUD, namun guru-guru di jenjang yang lebih tinggi dapat mempertimbangkan untuk melakukannya. Para orang tua dapat membiasakan diri melakukan kegiatan mendongeng, khususnya dongeng sebelum tidur. Bagi orang tua muslim, dapat menceritakan berbagai kisah yang bersumber dari Kitab Suci Al Quran.
REFERENSI
Habsari, Z. (2017). DONGENG SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER ANAK. Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi, 21-29.
Hidayati, N. (2013) . DONGENG SEBELUM TIDUR ( BEDTIME STORIES ) SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK. Prosding Seminar Nasional Psikologi UMS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H