Mohon tunggu...
Mauliyya sri Rahmawati
Mauliyya sri Rahmawati Mohon Tunggu... Guru - Seorang mahasiswa sastra di universitas pamulang

Hidup adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Membacakan Dongeng Sebelum Tidur Penting untuk Anak?

2 Juli 2024   18:35 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:16 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Dudung (2015), dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) dan tidak benar-benar terjadi. Selain itu, Kamisa (dalam Rusyanti, 2013) menjelaskan bahwa pengertian dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan . Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar tejadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita fiktif yang bertujuan untuk menghibur dan mengandung nilai-nilai budi pekerti di dalamnya.

Dongeng dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu mitos, sage, fabel, legenda, cerita lucu, cerita pelipur lara, dan perumpamaan. Jenis-jenis dongeng antara lain (1) mitos: bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal magis seperti cerita tentang dewa-dewa, peri atau Tuhan; (2) sage: dongeng kepahlawanan, keberanian, atau sihir seperti sihir dongeng Gajah Mada; (3) fabel: dongeng tentang binatang yang dapat berbicara atau berperilaku seperti manusia; (4) legenda: bentuk dongeng yang menceritakan tentang sebuah peristiwa tentang asal-usul suatu benda atau tempat; (5) cerita jenaka: cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat membangkitkan tawa; (6) cerita pelipur lara: biasanya berbentuk narasi yang bertujuan untuk menghibur tamu di pesta dan kisah yang diceritakan oleh seorang ahli; dan (7) cerita perumpamaan: bentuk dongeng yang mengandung kiasan, contohnya adalah didaktik dari Haji Pelit. Cerita tersebut tumbuh dan berkembang di daerah dan dinamakan cerita lokal (Dudung, 2015).

Berbagai jenis dongeng tersebut memiliki nilai-nilai moral yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter anak. Hanya saja, pendidik perlu memilihkan dongeng yang sesuai dengan usia dan perkembangan psikologi serta minat anak.

Istilah karakter identik dengan istilah budi pekerti. Istilah budi pekerti didefinisikan oleh Nurchasanah dan Lestari (2008:9) yang berarti perangai (akhlak) untuk dapat menimbang baik atau buruk serta benar atau tidak benar terhadap sesuatu. Perangai mausia membedakan diri seseorang dengan orang atau bangsa lain. Selain itu, Ditjen Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Dani, 2013) menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

 Karakter juga sering diistilahkan dengan kata moral. Dalam pengertian umum, Solomon (dalam Nurchasanah dan Lestari, 2008:9) mengatakan bahwa moral menekankan pada karakter individu yang bersifat khusus, bukan pada aturan-aturan dan ketaatan. Nilai moral atau moralitas adalah nilai yang mengatur kehidupan manusia, baik sebagai pribadi yang bermartabat maupun dalam rangka mengatur keharmonisan dalam hidup bermasyarakat (Nurchasanah dan Lestari, 2008:10). Berdasarkan pejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku suatu individu yang membedakan dirinya dengan orang lain dalam kehidupannya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Dongeng sebelum tidur ( Bedtime stories )

Mendongeng merupakan kegiatan yang sangat sederhana, mudah, dan maknanya sangat luas. Kenyataannya, tidak semua orang mampu melakukannya. Dalam pengertian sederhana, mendongeng adalah bertutur dengan intonasi yang jelas, menceritakan sesuatu hal yang berkesan, menarik, memiliki nilai-nilai khusus dan tujuan khusus (Mal, 2011). Selain terdapat beberapa manfaat, dongeng juga sangat menyenangkan karena di dalam dongeng ada pengetahuan sekaligus hiburan, baik bagi pendongengnya maupun pendengarnya. Selain itu, dengan dongeng akan menjadikan hubungan yang lebih erat antara orang tua dengan anaknya atau guru dengan anak didiknya. Secara sederhana, dongeng sebelum tidur yakni dongeng yang dibacakan sebelum anak-anak tidur. Biasanya yang membacakan adalah orang dewasa. Umumnya, orang tua si anak.

Hasil wawancara penulis dengan beberapa orang tua, tidak semua orang tua membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak-anak mereka. Alasan yang dikemukakan beragam. Bagi yang membacakan dongeng sebelum tidur, alasan yang dikemukakan antara lain karena anak-anak mereka menyukai kegiatan tersebut, dan alasan dongeng sebagai media mendidik anak. Bagi yang tidak membacakan dongeng sebelum tidur, alasan yang dikemukakan antara lain kesibukan yang tinggi sebagai orang tua, dan alasan kondisi fisik yang lelah sepulang kerja sehingga tidak memungkinkan untuk mendongeng bagi anak. Ada pula alasan lain seperti merasa tidak bisa (tidak mampu) mendongeng.

Pendongeng Kusumo Priyono (Kak Kusumo) menjelaskan hal tersebut sebagai berikut, bahwa kegiatan mendongeng sebenarnya tidak sekedar bersifat hiburan belaka, melainkan memiliki tujuan yang lebih luhur, yakni pengenalan alam lingkungan, budi pekerti, dan mendorong anak berperilaku positif (Mal, 2011).

Mengapa dongeng sebelu tidur (bedtime stories)? Penulis mencoba melihat dari sisi kondisi otak anak-anak yang berada pada kondisi gelombang alfa saat menjelang tidur. Di mana berbeda dibandingkan ketika anak-anak aktif bermain, yang kondisi otak mereka berada pada gelombang beta. Kondisi zona alfa inilah saat yang baik bagi anak-anak untuk menerima informasiinformasi positif, dalam hal ini pesan-pesa moral melalui dongeng sebelum tidur.

Mendongeng dan berkisah sangat memikat dan mendatangkan banyak manfaat. Tidak hanya untuk anak-anak, orang tua yang mendongeng atau guru pun akan sama-sama mendapatkan manfaat. Dalam Mall (2011) dikemukakan bahwa dongeng dapat merangsang kekuatan berpikir, dapat menjadi media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika pada anak, dapat membantu anak mengasah kepekaan terhadap bunyi-bunyian, dapat menumbuhkan minat baca, dapat menumbuhkan empati, dapat meningkatkan kecerdasan, dan dapat menumbuhkan rasa humor yang sehat. Bagi orang tua dan guru, dongeng juga member manfaat antara lain menambah pengetahuan, sebagai media pembelajaran, dan juga menambah kedekatan dan hubungan emosi dengan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun