hakikat kehidupan Bima segera bergegas kembali ke Hastina. Sesampainya di Hastina, Bima menceritakan tentang perjalanannya, guru Drona yang membohonginya kemudian memberikan petunjuk pada Bima karena terkesan dengan sifat patuhnya pada guru. Mendengar penjelasan gurunya, Bima kembali berangkat mencari Tirta Ening. Sesampainya di tepi samudra, Bima menggunakan ilmunya, Jalasengara. Bima terus berjalan hingga sampai di tengah samudra, olehnya tampak seekor naga besar yang berbisa dan mematikan. Dengan cekatan naga itu melilitkan tubuhnya pada tubuh Bima. Seketika itu ia teringat kukunya yang sakti, segera ia menikamkan kuku Pancanaka yang panjang dan tajam itu, tepat menancap di tubuh naga. Bima telah berhasil membunuh sang naga. Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan penuh dengan berbagai rintangan yang berbahaya. Kini Bima mulai kehabisan tenaga untuk mencari dimana sebenarnya Tirta Amrta (air hayat) ini. Ia merasa terpuruk berada di tengah samudra sendirian, senyap tanpa siapa-siapa, hingga pada saat itulah ia bertemu dengan makhluk kecil berambut panjang yang bernama Dewa Ruci. Perawakannya hanya sebesar jari kelingking Bima serta wujud dan penampilan persis seperti dirinya. Disinilah Bima akhirnya mendapatkan wejangan-wejangan tentang ilmu pengatahuan dan hakekat kehidupan.
Nilai Karakter Gaya Kepemimpinan Dewa Ruci Dalam Upaya Pencegahan Korupsi
Nilai karakter dari Dewa Ruci Werkudara merupakan salah satu alasan mengapa gaya kepemimpinannya dijadikan diskursi dalam pencegahan korupsi.
ReligiusÂ
Nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh-kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan-aturan ilahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Berserah diri atau Tawakal merupakan salah satu nilai yang paling mendasar dalam karakter religius. Menurut ajaran islam, tawakkal itu adalah landasan atau tumpuan terakhir dalam suatu usaha atau perjuangan. Baru berserah diri kepada Allah setelah menjalankan ikhtiar. Inilah kesuksesan pertama bagi seseorang yang sedang menempuh perjalanan menuju Tuhan. Ketika sang Arya Sena telah memasrahkan hidup dan matinya hanya kepada dewata, hatinya menjadi tenang dan suka cita. Tak ada lagi ketakutan dalam dirinya. Tak ada lagi was-was, yang ada hanya kebahagiaan.
Setelah Bima mencapai kesempurnaan hidup, karena sudah tahu tentang hakikat hidup. Maka orang yang seperti ini, berarti telah mencapai keadaan sadar akan arti sangkan paraning dumadi. Segala ajaran Dewa Ruci dalam hubungan ini melambangkan mustikaning budhi (sumber segala budi pekerti), telah menjadi darah dagingnya. Peristiwa memasuki tubuh sang Dewa Ruci, bermakna bahwa watak sang Bima telah mengalami perubahan penting menuju kebaikan.
Â
Jujur
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar, memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan kenyataan Orang yang jujur tidak akan pernah merugikan orang lain. Selain itu orang yang jujur pasti menjaga amanah (kepercayaan) dan orang yang amanah pasti memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan menjalankan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan orang yang jujur cenderung bersikap adil.
Namun berbeda dengan Bima, yang harus kembali ke Hastinapura dengan tangan kosong setelah dirinya melakukan perjalanan dari hutan Tibrasa. Seperti yang dimuat dalam Serat Dewa Ruci Pupuh II Pangkur 12-13, sifat jujur ditunjukan Bima ketika ditanya oleh Korawa dan Guru Drona tentang hasil dari perjalanannya dihutan Tribasa, lantas Bima mengatakan bahwa air kehidupan tidak ada disana. Kemudian Bima menjelaskan kepada Gurunya apa yang dia temui sewaktu dihutan Tribrasa, bahwa yang ada disana hanyalah dua raksasa.