5) pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi adalah pihak yang berkepentingan terhadap terhadap sebuah keputusan dan dapat mempengaruhi,Â
6) tindakan korupsi adalah penipuan baik pada badan publik atau masyarakat umum,
 7) setiap tindak korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan,
 8)setiap tindak korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontrakdiktif dari mereka yang melakukan korupsi,
 9) suatu perubahan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertangung jawaban dalam tatanan masyarakat.
2. Sam Santoso, para koruptor mengenal ribuan jurus, namun satu muara, yakni ingin hidup mewah dalam tempo singkat dan melalui jalan pintas. Karyawan akan terlibat dalam usaha korupsi, ketika keuntungan korupsi yang diperoleh lebih besar dari sanksi jika ditangkap, dan kemungkinan tertangkap. Sanksi termasuk upah dan insentif lainnya yang mesti dikorbankan jika kehilangan pekerjaan. Dari rumusan pengertian korupsi sebagaimana tercermin di atas bahwa korupsi menyangkut segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan, penyelewengan kekuasaan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik serta penempatan keluarga serta golongannya ke dalam dinas dibawah kekuasan jabatannya
(Kenapa Menggunakan Diskursi Gaya Kepemimpinan Dewa Ruci Werkudara Dalam Upaya Pencegahan Korupsi?)
Kisah Dewa Ruci menurut berbagai sumber sudah ada sejak zaman Jawa Kuno yang entah kapan tidak terlacak. Pengarang awalnya dinisbahkan kepada tokoh yang bernama "Mpu Siwamurti" yang tidak diketahui secara pasti apakah nama asli atau sekedar sebutan. Menurut Poerbatjaraka sesuai penemuannya, naskah asli Dewa Ruci tidak memuat nama pengarang di dalamnya (anonim). Bahkan yang berkembang di masyarakat ada yang menyebutkan secara spekulatif bahwa pengarangnya adalah Sunan Kalijaga.
Raden Werkudara merupakan salah satu tokoh dalam wayang kulit purwa dari kisah Lakon Dewa Ruci. Ia merupakan salah satu dari Pandawa Lima yaitu putra dari Prabu Pandudewanata raja di kerjaan Astinapura. Raden Wekurdara mempunya 18 karekter yang terdapat pada dunia pendidikan yaitu sifat jujur, berwatak kendel, bandel, tetep, mantep madhep, ajeg, adil, cinta damai, suka menolong, membela kebenaran, membela yang lemah, dan tanggung jawab.
Meringkas cerita utuhnya dari karya Pujangga Surakarta, kisah ringkas Dewa Ruci, yaitu bercerita tentang perjalanan Bima (Bima Sena, Arya Bima, Bratasena, Wrekudara) mencari "Air Suci". Adapun ringkasan atau jalan cerita Dewa Ruci adalah sebagai berikut: Menjelang meletusnya perang Bharatayudha, 51 Prabu Suyudana (Duryudana) memanggil seluruh anggota Kurawa untuk melakukan Sidang Istimewa. Yang dibicarakan dalam sidang tersebut adalah cara mengalahkan dan menyirnakan Pandhawa untuk memperoleh kemenangan. Sebenarnya Prabu Suyudana didalam hatinya tidak menghendaki akan kecurangan, mengingat bagaimanapun juga Pandhawa masih saudara dekat. Supaya Kurawa bisa menang, sidang memutuskan untuk mencari cara agar Bima dapat dibinasakan, karena menurut para korawa Bima adalah Pandhawa yang sangat kuat, jujur, lugu, perkasa dan sakti.
Maka dibuatlah suatu skenario untuk membuang Bima, dengan suatu tipu muslihat yaitu Kurawa mendesak Resi Drona untuk menjerumuskan Bima. Mengingat Bima adalah seorang murid yang patuh dan hormat terhadap gurunya, jadi tidak mungkin Bima akan menolak perintah dari gurunya. Dengan itu, lantas Resi Drona memerintahkan Bima untuk mencari Air Kehidupan (Tirta Nirmala, Tirta Perwita Adi, Tirta Ening, atau Air Hayat). Menurut sang Resi, barang siapa yang memperoleh air kehidupan ini, maka akan memperoleh kemuliaan, mendapat kuasa besar atas hidup, dan unggul di seluruh Triloka. Â Dalam mencari air kehidupan ini Bima tidak boleh ragu, karena jika tidak akan pernah mencapai tentang pengetahuan sejati. Ia harus bertekad dengan sungguh-sungguh dan rela menjalani apa saja untuk dapat memperoleh pengetahuan yang berharga tersebut
Air kehidupan ini tidak mudah diperoleh, karena tempatnya ada di hutan Tibrasara, di bawah Gandamadhana Gunung Candramukha. Setelah mendapat petunjuk dari sang Resi, tanpa ragu Bima langsung berangkat walaupun sejak awal saudara-saudaranya sudah menghalanginya. Tekadnya sudah bulat, ia harus patuh terhadap perintah Gurunya. Setibanya di hutan Gunung Candramukha, Bima mengobrak-abrik bebatuan dan melemparkannya dengan keras, semua gua juga diobrak-abrik olehnya, namun tidak ada tanda-tanda dari yang dicari, yaitu keberadaan Tirta Nirmala. Malahan di sana ia bertemu dengan dua raksasa: Rukmuka dan Rukmakala, yang merasa terganggu dengan kehadiharan Bima, raksasa tersebut lantas menyerang Bima. Melalui pertempuran yang sengit, Bima berhasil mengalahkan keduanya. Ia membanting kedua raksasa tersebut ke batu hingga hancur, dan tubuhnya menghilang. Ternyata kedua raksasa itu adalah Sanghyang Endra dan Bathara Bayu yang mendapat murka Hyang Pramesthi. Berkat Bimalah keduanya terbebas dari kutukan itu. Kemudian mereka memberitahu Bima bahwa petunjuk Drona tentang Tirta Nirmala memang nyata dan benar-benar ada, akan tetapi bukan di sini tempatnya. Ia disuruh kembali kepada gurunya untuk meminta kejelasan terkait tempat yang sebenarnya.