Belajar merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Di setiap tahapan kehidupan, masyarakat selalu belajar bagaimana menghadapi perubahan dan tantangan  di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami teori-teori pembelajaran yang ada dan menerapkannya pada setiap tahapan kehidupan. Salah satu teori belajar yang perlu dipahami adalah teori belajar  Bruner.
   Bruner sebagai seorang psikolog dan pemikir mengembangkan  teori belajar berdasarkan perspektif konstruksionis dan  berkaitan erat dengan teori belajar kognitif. Discovery learning (Belajar Penemuan) adalah suatu model pembelajaran atau pembelajaran kognitif yang  dikembangkan oleh Bruner. Menurut Bruner, pembelajaran bermakna  hanya dapat terjadi melalui pembelajaran penemuan yang berlangsung selama proses pembelajaran. Guru harus menciptakan situasi pembelajaran yang bermasalah, menstimulasi siswa dengan bertanya, mencari jawaban  dan melakukan  eksperimen. Bentuk lain dari pembelajaran penemuan adalah dimana guru menyajikan contoh dan siswa mengerjakan contoh  sampai mereka dapat membuat penemuan sendiri dan melakukan percobaan. Salah satu model pembelajaran penemuan yang diterapkan di Indonesia adalah sebuah konsep yang kami sebut Cara Mengajar Siswa Secara Aktif.
Prinsip Pembelajaran J. S. BrunerÂ
Jerome S. Bruner adalah seorang psikolog kognitif yang mendorong perhatian pendidikan terhadap pentingnya perkembangan kognitif Bruner menjelaskan bahwa pembelajaran perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan individu . Tingkat perkembangan pribadi Bruner hampir  sama dengan  Piaget. Menurut Bruner, perkembangan  intelektual anak dapat dibagi menjadi 3 tingkatan:
1.) Masa pra operasi sampai usia 5-6 tahun disebut masa prasekolah. Pada tingkat ini, individu belum mampu membedakan dengan jelas antara emosi dan motivasi pribadinya  dengan realitas dunia luar. Pada tingkat ini kemampuan menyampaikan konsep tertentu kepada anak sangat  terbatas. Fase ini disebut juga fase aktif, seseorang melakukan aktivitas dengan tujuan memahami lingkungan sekitar atau dunia sekitarnya dengan  menggunakan pengetahuan motoriknya.
Contoh: menggigit, menyentuh, memegang, dan sebagainya.
2.) Tahap operasional konkrit, pada tingkat kedua ini operasinya bersifat "internalisasi", artinya ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, seorang individu hanya dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara langsung dalam arti sebenarnya. Individu belum mampu  memecahkan masalah  yang tidak dihadapinya secara nyata, konkrit atau  belum pernah dialaminya sebelumnya. Tahap ini disebut juga  tahap simbolik,  seseorang  memahami objek atau dunia melalui visual atau visualisasi verbal. Artinya ketika memahami  dunia di sekelilingnya, anak-anak belajar melalui dongeng atau representasi, gambar, visualisasi dan cara-cara sederhana untuk membandingkan atau mengkontraskan, dan sebagainya.
3.)Tahap operasional formal, dimana anak sudah dapat mengoperasikan kemampuan yang diasumsikan dan tidak lagi  dibatasi oleh apa yang telah terjadi sebelumnya.Tahap ini disebut juga  tahap patung ekspresif, tidak ada seorang pun yang mampu mempunyai ide atau pemikiran.. Ringkasan sangat dipengaruhi oleh kemampuan linguistik dan logika mereka.Dengan memahami dunia di sekitar mereka, anak-anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika, dan banyak lagi. Komunikasi terjadi dengan menggunakan berbagai sistem simbolik. Semakin matang seseorang dalam proses  berpikirnya, semakin dominan sistem simboliknya. Meski tetap seperti itu, bukan berarti ia tidak lagi menggunakan sistem ikonik dan dinamis milik . Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran menjadi bukti masih diperlukannya sistem yang dinamis dan simbolis dalam proses pembelajaran.
Tahap-tahap dalam Proses Pembelajaran
 Menurut Bruner, belajar pada dasarnya merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada 3 proses kognitif dalam belajar, yaitu:
a) Proses pemerolehan informasi baru.
b) Proses mentransformasikan informasi yang diterima.
c) Menguji atau mengevaluasi relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Menurut Bruner, ada beberapa hal yang harus diperhatikan  dalam proses pembelajaran agar pengetahuan dapat dengan mudah ditransfer, yaitu:
1.) Struktur Pengetahuan yaitu Program harus memuat struktur pengetahuan Kesadaran berisi  gagasan, ide, konsep dasar, hubungan antar konsep atau contoh konsep yang dianggap penting. Agar proses pembelajaran dapat  efektif, struktur pengetahuan  harus sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan generasi muda.
2.) Kesiapan belajar Menurut Bruner, kesiapan belajar meliputi persiapan berupa keterampilan-keterampilan sederhana yang  memungkinkan seseorang  menguasai keterampilan-keterampilan yang bersifat lebih tinggi.
3.) Intuisi yaitu Selama belajar, Anda harus menekankan proses intuitif. Intuisi yang dimaksud Bruner melibatkan teknik mental untuk sampai pada rumusan sementara tanpa melalui langkah-langkah analisis. Setiap disiplin ilmu mempunyai konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami seseorang sebelum memulai studinya.
4.) Motivasi yaitu suatu keadaan yang ada pada diri seseorang, yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas untuk  mencapai tujuan tertentu.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Menurut BrunerÂ
 Kelebihan Teori Belajar Menurut Bruner
1.Lebih Menarik dan Menyenangkan Teori belajar menurut Bruner menekankan  pentingnya eksplorasi dan kreativitas dalam belajar. Hal ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan memikat bagi individu. 2. Teori pembelajaran berorientasi masalah Bruner mengajarkan individu kemampuan memecahkan masalah dengan  lebih efektif. Ini dapat membantu individu  memecahkan masalah yang kompleks dan meningkatkan keterampilan analitis mereka. 3. Memperluas Pemahaman Teori belajar  Bruner memperluas pemahaman pribadi melalui tiga tahap pembelajaran yang diperkenalkannya. Ini membantu individu mempertimbangkan suatu konsep atau materi dari  sudut pandang yang berbeda.
Kekurangan Teori Belajar  Bruner
1.Terlalu Abstrak Teori belajar  Bruner terlalu abstrak dan sulit  dipahami oleh orang yang  kemampuan berpikir abstraknya terbatas. Hal ini dapat menyulitkan individu  dalam memahami konsep atau materi yang dipelajari. 2. Terlalu Rumit Teori belajar  Bruner terlalu rumit dan memakan waktu dalam proses pembelajarannya. Hal ini dapat menyebabkan individu kehilangan minat dalam proses belajar dan cepat merasa bosan. 3. Terlalu bergantung pada struktur pembelajaran yang disajikan Teori belajar  Bruner sangat bergantung pada struktur pembelajaran yang disajikan. Hal ini dapat membuat individu tidak mungkin memahami suatu konsep atau konten secara mandiri.
Implikasi Konsep Belajar Penemuan menurut Brunner dalam Kegiatan Pembelajaran
a. Simulasi, dimana guru memulai bertanya dengan mengajukan suatu masalah atau meminta siswa membaca atau mendengarkan uraian masalah..
b. Pernyataan masalah dimana siswa mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang berbeda. Kebanyakan memilih solusi yang dianggap paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Masalah yang dipilih kemudian harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
c. Mengumpulkan data, terutama untuk menjawab pertanyaan atau mendemonstrasikan
d. Pengolahan data, yaitu seluruh hasil pembacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, Â diolah, dilacak, diklasifikasi, bahkan bila perlu, dihitung dengan cara tertentu dan diinterpretasikan dengan tingkat keyakinan tertentu.
e. Verifikasi yaitu berdasarkan hasil pengolahan dan penafsiran atau keterangan yang ada, maka pernyataan-pernyataan atau hipotesis-hipotesis yang telah dibuat sebelumnya diperiksa untuk melihat apakah terbukti atau tidak.
f.Generalisasi, terutama atas dasar verifikasi ini, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H