Mohon tunggu...
Maulani Aidi Putri
Maulani Aidi Putri Mohon Tunggu... Penulis - Social Media Specialist/Copywriter

An enthusiast learner who loves to write and enjoying simplest things in life

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Polaris

15 September 2022   04:50 Diperbarui: 15 September 2022   04:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kudengar suara orang berbincang. Hanya beberapa patah kata yang kupahami, salah satunya adalah Byeol. Itu jelas namaku---Seo Han Byeol.

"Ibu, lihat! doa kita terkabul!"

Kelopak mataku akhirnya terbuka perlahan. Kulihat seorang pria muda dan wanita paruh baya yang mengenakan Hanbok, membanjiri kepalaku dengan berbagai pertanyaan.

"Nak Byeol, apakah kau baik-baik saja?"

"Siapa kalian?"

 "Byeol, kenapa? apakah kepalamu terbentur saat terjatuh di Bukit Bintang?"

Bukit Bintang ... bukit apa yang pria ini maksud?

"Namamu Byeol dan aku Kim Seondal, tunanganmu. Kau ingat itu, kan?"

"Nak, coba kau ajak Byeol menghirup udara segar di pekarangan. Mungkin itu dapat membantunya."

 

***

Aku tak pernah melihat pekarangan seindah ini. Bunga-bunga cantik bermekaran, pepohonan rindang, kicauan burung yang merdu, serta hembusan angin yang sejuk. Namun anehnya, pekarangan ini dibatasi oleh tembok batu setinggi tubuh orang dewasa dan dikelilingi oleh rumah bermodel Hanok.

"Yang tadi kau ucapkan ... apa yang kau maksud dengan Bukit Bintang?"

"Maafkan aku, Byeol. Seharusnya aku tak mengajakmu pergi ke sana untuk melihat menara Cheomseongdae sehingga kau terjatuh. Aku merasa bersalah."

"Menara Cheomseongdae yang dibangun lebih dari 1.300 tahun lalu itu?"

"Kau bercanda? pembangunan Cheomseongdae baru selesai beberapa tahun lalu!"

"Apa maksudmu ... t-tunggu, di mana kita sekarang?"

"Di mana a-apa? rumahku? Seorabeol?"

 

***

Sembari menyusuri jalan setapak, aku berbincang dengan Seondal, tunanganku di dunia ini. Terasa aneh untuk meyakinkan diri bahwa kini aku berada di tempat yang sama sekali berbeda. Aku mengajak Seondal pergi ke Bukit Bintang untuk membuktikan ucapannya. Saat tiba, hari telah gelap. Dari atas bukit, kami melihat menara Cheomseongdae dan langit Silla yang bertabur bintang.

"Ini ... milikmu. Aku menyimpannya sejak kau jatuh sakit."

Seondal menyerahkan benda yang kukenal, Dwikkoji berbentuk bulan dan bintang.

"Ini milik Byeol? cantik sekali."

"Kau berkata seakan dirimu bukanlah Byeol ... dan oh, jelas itu cantik. Aku yang membelinya sebagai simbol pengikat janji. Jangan pernah lupakan janji itu, ya. Aku pasti akan menikahimu."

Senyum yang terlukis pada wajah Seondal setelah berkata demikian sungguh membuatku ingin ikut tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun