Mohon tunggu...
Maulana Yusuf
Maulana Yusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Pendidikan Biologi lahir yang memiliki pengalaman dan ketertarikan bekerja dalam produksi berbagai jenis video pembelajaran, mulai dari pra hingga pasca produksi, yaitu: menulis, mengarahkan, dan mengedit produksi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Tidak Semua Siswa Sama, Mengapa Berdiferensiasi Itu Penting?

23 September 2024   15:28 Diperbarui: 27 September 2024   08:03 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

“Teaching is more than imparting knowledge, it is inspiring change. Learning is more than absorbing facts, it is acquiring understanding.”--William Arthur Ward

Pada tahun 2008, Bunga, seorang peserta didik yang berasal dari pedesaan, diterima di salah satu MTsN terkenal di salah satu Kota Madya di Jawa Timur. 

Sekolah ini memiliki reputasi yang baik dan menawarkan kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang terkenal akan kebijakan pengajaran multibahasa. 

Namun, di balik gemerlapnya status RSBI, ada awan gelap yang menggantung di atas kepala Bunga. Ketidakmampuan Bunga menguasai bahasa asing menjadi penghalang yang sangat besar. 

Setiap hari, mulai dari Senin hingga Kamis, bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar. Sayangnya, latar belakang Bunga dari MI di desa, sebuah sekolah di pedesaan, membuat Bunga sangat tertinggal. Saya merasa seperti berada di lautan luas tanpa dayung, tenggelam dalam ketidakpahaman.

Nilai buruk dalam ulangan bahasa Inggris menjadi momok yang tak terhindarkan bagi Bunga. Setiap kali kertas ujian dikembalikan, seolah ada bayang-bayang kegelapan yang datang. Hukuman yang diberikan bukanlah hukuman biasa. 

Bunga harus menulis 100 kali kalimat "I must speak English everyday." Tangan Bunga terasa kaku, tetapi lebih menyakitkan adalah hati yang penuh rasa malu. Lembar hukuman itu harus dibawa pulang dan ditandatangani oleh orang tua, kemudian diserahkan kepada kepala madrasah. 

Bunga merasa seperti seorang pesakitan yang harus memperlihatkan kelemahannya kepada dunia. Ketika teman-teman melihat Bunga membawa lembar itu, tawa cemoohan mereka bagai jarum yang menusuk hati, membuat Bunga semakin merasa tidak berharga. 

Seiring waktu, Bunga mulai meragukan kemampuan diri sendiri, dan setiap hari di sekolah terasa seperti bertahan hidup di medan perang yang tidak pernah usai. Pengalaman Bunga di atas menggambarkan perlunya pendekatan pembelajaran yang berdiferensiasi. 

Tapi tahukah anda apakah itu pembelajaran berdiferensiasi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun