Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

[JTS#2] Kalau Benci Sudah Membuta: New Zealand Attack (Bagian 2)

26 Maret 2019   09:30 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:31 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga New Zealand mengenakan kerudung sebagai bentuk solidaritas dan dukungan untuk kaum Muslim. Gambar: (Getty Images)

Warga New Zealand terenyuh, tersentuh, terketuk hati dan rasa kemanusiannya. Mereka yang non-Muslim, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, mereka mendatangi masjid di waktu-waktu sholat, berjaga-jaga di luar dan dalam masjid, memastikan bahwa saudara-saudara mereka yang muslim bisa melaksanakan ibadahnya dengan aman dan khidmat [42]. 


Bahkan Mongrel Mob, geng motor terbesar dan paling disegani di New Zealand, ikut menjaga masjid saat umat Muslim melaksanakan sholat [43]. Support penjagaan masjid selama sholat juga dilakukan oleh geng-geng motor lainnya seperti King Cobras dan Black Power [44]. Bahkan lebih jauh dari itu, Paito Fatu, ketua geng motor Mongrel Bob menyatakan bahwa organisasinya tidak akan lagi menggunakan salam "Sieg Heil" yang merupakan simbol supremasi kulit putih yang digunakan oleh Nazi Jerman [45]. Salam "Sieg Heil" sudah dipraktekan selama 50 tahun dalam geng Mongrel Bob untuk menyapa sesama anggota. "Namun ini saatnya untuk menggantinya dengan yang lain," ujar Paito Fatu merespon tragedi terror di Christchurch yang terindikasi dilatarbelakangi motif rasial oleh seorang penganut ideologi supremasi kulit putih (whitesupremacist). 

Presiden Waikato Mongrel Mob, Sonny Fatu bersama Dr. Asad Mohsen, Presiden Waikato Muslim Association. Gambar: Stuff/Waikator Times.
Presiden Waikato Mongrel Mob, Sonny Fatu bersama Dr. Asad Mohsen, Presiden Waikato Muslim Association. Gambar: Stuff/Waikator Times.
Siswi-siswi perempuan dari Christchurch Girl's High School berkumpul di depan Gedung yang menjadi pusat pelayanan korban tragedi penembakan, membentuk formasi paduan suara, menyanyikan lagu belasungkawa di hadapan para keluarga korban dan komunitas Muslim di Christchurch. Tampak beberapa ibu muslim menghampiri dan memeluk mereka. Dengan suara lirih dan haru mereka terus bernyanyi [46].

 Tak lama berselang, para siswa laki-laki dari Christchurch Boy's High School, melakukan tarian tradisional, Haka, sebagai bentuk solidaritas, simpati dan penghormatan kepada seluruh korban yang meninggal. Setelahnya, para siswa dan keluarga korban saling berpelukan. Air mata tak terbendung. Mereka larut dalam keindahan persaudaraan [47]. Fergus Kilpatrick, head boy dari Christchurch Boy's High Schoold, mengatakan, "Penembakan ini membuat kami semakin erat bersatu. Kami tersakiti, tapi kami tidak takut!" 

Christchurch Boy's High School memeluk kerabat korban penembakan. Gambar: Facebook.
Christchurch Boy's High School memeluk kerabat korban penembakan. Gambar: Facebook.
Tidak hanya di Christchurch, para siswa sekolah di kota-kota lainnya di seluruh New Zealand, melakukan Haka. Tidak hanya siswa sekolah, tapi masyarakan umum, dari peselancar hingga geng motor, dari kelompok hingga individual, semua melakukan Haka, memberikan tribute kepada saudara-saudara mereka yang meninggal, memberikan solidaritas dan dukungan kepada kaum minoritas Muslim yang kali ini menjadi korban aksi terorisme [48]. 


Untuk pertama kalinya dalam sejarah New Zealand, sidang parlemen dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran [49]. Parlemen New Zealand mengundang Imam Nizam ul Haq Thanvi sebagai perwakilan komunitas Muslim untuk membacakan Al-Quran [50][51] yang diikuti oleh terjemahannya dalam Bahasa Inggris. Jacinda Ardern membuka pidatonya dengan ucapan "Assalamu'alaikum". Ia menolak untuk menyebut nama sang teroris, dan mengatakan, "Aku meminta kepada Anda sekalian, ucapkanlah nama-nama mereka yang meninggal, daripada nama orang yang membunuhnya. Dia adalah seorang teroris. Dia adalah seorang kriminal. Dia adalah seorang ekstremis. Tetapi dia, ketika aku berbicara tentangnya, tak akan bernama" [52]. Aksi terorisme ini juga mambawa perubahan pada undang-undang persenjataan di New Zealand. Jacinda Ardern mengumumkan bahwa semua jenis senjata semi-otomatis seperti yang digunakan pada aksi terror 15 Maret dilarang beredar, dan undang-undangnya akan diresmikan sebelum 11 April 2019 [53]. 

Jumat, 22 Maret 2019, seminggu setelah aksi terror, ribuan warga New Zealand, Muslim dan Non-Muslim, berkumpul untuk mengenang satu minggu peristiwa penembakan di Hagley park yang terletak di seberang masjid An-Noor, satu dari dua masjid dimana aksi terror terjadi [54]. Perdana Menteri Jacinda Ardern hadir di tengah-tengah masyarakat, mengenakan kerudung.  

Jacinda Ardern kembali mengunjungi Christchurch untuk memimpin sesi mengheningkan cipta (two minutes of silence). (Gambar: Reuters)
Jacinda Ardern kembali mengunjungi Christchurch untuk memimpin sesi mengheningkan cipta (two minutes of silence). (Gambar: Reuters)
Tidak hanya Jacinda, namun banyak warga non-Muslim New Zealand yang mengenakan kerudung sebagai bentuk solidaritas dan dukungan kepada kaum Muslim. Thaya Ashma, seorang dokter di Auckland, penggagas kampanye "Head Scarf for Harmony" mengatakan bahwa ide ini muncul setelah ia mendengar ada perempuan muslim yang takut pergi keluar dengan menggunakan kerudung karena khawatir menjadi target terorisme. Dengan kampanye ini, ia ingin mengatakan bahwa kami bersamamu, dan ia ingin agar Muslim merasa berada di rumahnya ketika berada di jalanan. "We love, support and respect you", ujarnya [55]. 

Warga New Zealand mengenakan kerudung sebagai bentuk solidaritas dan dukungan untuk kaum Muslim. Gambar: (Getty Images)
Warga New Zealand mengenakan kerudung sebagai bentuk solidaritas dan dukungan untuk kaum Muslim. Gambar: (Getty Images)
Tepat pukul 13.30 azan pertama berkumandang di Hagley Park. TVNZ (Television New Zealand) dan RNZ (Radio New Zealand) menyiarkannya secara langsung. Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah, azan dikumandangkan secara live ke seluruh penjuru New Zealand [56]. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun