Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trilogy Ahok: The Silent Majority (Bagian 3 - Habis)

19 Desember 2016   16:10 Diperbarui: 22 Januari 2017   17:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fitnah, cacian dan hinaan, tidak pernah reda menimpa Ahok sejak beliau maju menjadi calon wakil Gubernur di Pilgub DKI tahun 2012 hanya karena ia seorang non-mulsim dan dilahirkan sebagai etnis keturunan Cina. Namun itu semua tidak menyurutkan tekadnya untuk terus menjadi pelayan masyarakat. Ahok sudah banyak berbuat untuk Jakarta dan umat Islam. Tidaklah mengherankan ketika tangis pun pecah ketika beliau membacakan nota keberatan di persidangan. Berikut videonya.[1] 


Seperti kata pepatah, air susu dibalas air tuba. Ia sudah banyak membela dan melayani umat Islam, namun masih saja ada sebagian kelompok yang memusuhinya, memfitnah, menghina, mencaci-makinya, hingga mendo’akan kecelakaan kepadanya. Alhamdulillah, atas kehendak-Nya, Ahok sampai saat ini sehat walafiat. Beliau juga tidak menjadi pundung, sakit hati dan kemudian mundur dari berjuang untuk membangun dan memperbaiki Jakarta. Saya menyarankan agar masyarakat menonton video persidangan Ahok agar dapat menilai secara lebih fair, ketimbang mendengar berita yang sepotong-sepotong.

Terkait perkataannya di Kepulau Seribu yang mengutip surat Al-Maidah ayat 51, ternyata di tahun 2008 Ahok pernah menulis buku dengan sub-judul “Berlindung di Balik Ayat Suci.” Jadi apa yang disampaikannya di kepulauan Seribu bukanlah hal yang baru. Ia sudah menuliskannya sejak delapan tahun yang lalu. Bahkan dalam salah satu ceramahnya, Habib Rizieq pernah berkata bahwa yang paling dikhawatirkan oleh Nabi SAW untuk menghancurkan umat Islam adalah Ulama yang menipu umat pakai ayat Al-Quran. Lihat videonya di sini.[2]


Berikut potongan nota keberatan Ahok di persidangan terkait surat Al-Maidah ayat 51:

Majelis Hakim yang saya muliakan. Ijinkan saya untuk membacakan salah satu Sub-judul dari buku saya, yang berjudul "Berlindungdibalik ayat suci" ditulis pada tahun 2008.Saya harap dengan membaca tulisan di buku tersebut, niat saya yang sesungguhnya bisa dipahami dengan lebih jelas, isinya sebagai berikut,

saya kutip :

Selama karir politik saya dari mendaftarkan diri menjadi anggota partai baru, menjadi ketua cabang, melakukan verifikasi, sampai mengikuti Pemilu, kampanye pemilihan Bupati, bahkan sampai Gubernur, ada ayat yang sama yang saya begitu kenal digunakanuntuk memecah belah rakyat, dengan tujuan memuluskan jalan meraih puncak kekuasaan oleh oknum yang kerasukan "rohkolonialisme".

Ayat ini sengaja disebarkan oleh oknum-oknum elit, karena tidak bisa bersaing dengan visi misi program, dan integritas pribadinya.Mereka berusaha berlindung dibalik ayat-ayat suci itu, agar rakyat dengan konsep "seiman" memilihnya.

Dari oknum elit yang berlindung dibalik ayat suci agama Islam, mereka menggunakan surat Almaidah 51. Isinya, melarang rakyat,menjadikan kaum Nasrani dan Yahudi menjadi pemimpin mereka, dengan tambahan, jangan pernah memilih kafir menjadi pemimpin. Intinya, mereka mengajak agar memilih pemimpin dari kaum yang seiman.

Padahal, setelah saya tanyakan kepada teman-teman, ternyata ayat ini diturunkan pada saat adanya orang-orang muslim yangingin membunuh Nabi besar Muhammad, dengan cara membuat koalisi dengan kelompok Nasrani dan Yahudi di tempat itu. Jadi,jelas, bukan dalam rangka memilih kepala pemerintahan, karena di NKRI, kepala pemerintahan, bukanlah kepala agama/Imam kepala. Bagaimana dengan oknum elit yang berlindung, dibalik ayat suci agama Kristen? Mereka menggunakan ayat disurat Galatia 6:10.

Isinya, selama kita masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepadakawan-kawan kita seiman. Saya tidak tahu apa yang digunakan oknum elit di Bali yangberagama Hindu, atau yang beragama Budha. Tetapi saya berkeyakinan, intinya, pasti, jangan memilih yang beragama lain atau suku lain atau golongan lain, apalagi yang ras nya lain. Intinya, pilihlah yang seiman/sesama kita (suku, agama, ras, dan antar golongan). Mungkin, ada yang lebih kasar lagi, pilihlah yang sesama kita manusia, yang lain bukan, karena dianggap kafir, ataunajis, atau binatang!

Karena kondisi banyaknya oknum elit yang pengecut, dan tidak bisa menang dalam pesta demokrasi, dan akhirnya mengandalkanhitungan suara berdasarkan se-SARA tadi, maka betapa banyaknya, sumber daya manusia dan ekonomi yang kita sia-siakan. Seorang putra terbaik bersuku Padang dan Batak Islam, tidak mungkin menjadi pemimpin di Sulawesi. Apalagi di Papua.Hal yang sama, seorang Papua, tidak mungkin menjadi pemimpin di Aceh atau Padang.

Kondisi inilah yang memicu kita, tidak mendapatkan pemimpin yang terbaik dari yang terbaik. Melainkan kita mendapatkan yangburuk, dari yang terburuk, karena rakyat pemilih memang diarahkan, diajari, dihasut, untuk memilih yang se-SARA saja.Singkatnya, hanya memilih yang seiman (kasarnya yang sesama manusia). Demikian kutipan dari buku yang saya tulis tersebut.

Versi lengkap nota keberatan Ahok dapat dibaca di sini.[3]

Mari kita cooling down sejenak, kita kesampingkan semua amarah dan prasangka. Kita Tanya secara jujur pada kepada lubuk hati kita yang paling dalam, apakah kita yakin bahwa Ahok benar-benar menistakan Islam, atau kita hanya tidak mau dia jadi gubernur karena ia non-muslim dan keturunan Cina.

Berapa banyak dari kita yang sudah mendengar dan melihat video pidato Ahok di Kepulauan Seribu secara lengkap, selama 47 menit? Hal ini penting. Sebelum menjatuhkan tuduhan, kita sebaiknya tabayyun dulu, check and recheck kejadian aslinya secara utuh. Kesimpulan yang diambil dari berita yang hanya sepotong, apalagi secuil, bisa jadi “misleading”, apalagi jika dipelintir oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Videonya ada di sini.[4]


Setelah saya tonton videonya secara utuh dari awal sampai akhir, saya tidak menemukan penistaan agama. Video ini justeru menunjukkan bagaimana jujur, tulus dan adilnya seorang Ahok. Ahok datang ke Kepulaun Seribu menemui langsung para nelayan untuk membantu mereka mengusahakan budi daya (tambak), memudahkan akses bagi para nelayan untuk datang ke Jakarta membawa hasil panennya, menyediakan kapal dan hanya membebankan biaya Rp 5ribu per-ton, atau hanya Rp 5,- per-Kg alias hampir nol atau gratis. Menggratiskan bus untuk para nelayan yang ke Jakarta. Dia juga menerapkan bagi hasil 80:20, 80% nelayan dan 20% Pemprov DKI. Pembagian yang jauh lebih menguntungkan daripada dijual ke tauke atau tengkulak manapun. Bahkan jumlah 20% yang disetor itu akan dimasukkan ke koperasi yang anggotanya adalah para nelayan tersebut, jadi ujung-ujungnya akan kembali ke mereka juga.

Kemudian ia menjamin bahwa program ini akan terus berjalan walaupun ia tidak terpilih jadi Gubernur lagi. Ahok menjamin kebebasan masyarakat kepuluan seribu untuk memilih Gubernur sesuai pilihannya. Jangan sampai ada yang berpikiran bahwa agar program tambak tetap jalan, maka harus memilih Ahok di Pilgub nanti. Luar biasa, di saat kepala daerah lain memanfaatkan posisinya untuk berkampanye menarik suara, Ahok justeru sebaliknya, memastikan warga mendapatkan kesejahteraan dari progam yang ia bangun walau mereka tidak memilihnya. Berikut transkrip dari secuil potongan pidato beliau:

“Bapak ibu ga susah khawatir, ini pemilihan kan dimajuin, kalau saya tidak terpilih pun, saya berhentinya oktober 2017,  jadi kalau progam ini kita jalankan dengan baik pun Bapak Ibu masih sempat panen sama saya, sekalipun saya tidak terpilih menjadi gubernur.

Saya ingin cerita ini supaya Bapak Ibu semangat. Jadi ga usah kepikiran, aaa... nanti kalo ga kepilih, pasti Ahok programnya bubar, engga, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil, Bapak Ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pake surat Al-Maidah 51 macem-macem gitu lho, itu hak Bapak Ibu.”

Jadi Ahok memastikan bahwa bagi masyarakat yang berkeyakinan bahwa Gubernur tidak boleh non-muslim, thus tidak memilih Ahok, tidak usah khawatir, karena semua program yang Ahok canangkan akan jalan terus. Mari kita berbesar hati, membuka hati dan pikiran kita. Video ini memberikan keteladan bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap; berlaku adil dan membantu rakyatnya dengan tulus ikhlas, tanpa meminta timbal-balik untuk memilihnya di Pemilu yang akan ia ikuti.

Setelah menonton penuh tayangan di atas, mari kita kembali menanyakan kepada diri kita, kepada lubuh hati kita yang paling dalam, “Apakah kita yakin bahwa Ahok benar-benar menistakan Islam, atau kita hanya tidak mau dia jadi gubernur karena ia non-muslim dan keturunan Cina?”.

Mari kita jujur kepada diri kita. Berapa banyak dari kita yang sejak kecil ditanamkan rasa benci kepada etnis Cina yang diwariskan oleh orang tua-orang tua kita. “Dasar Cina! Dasar Akew! Dasar Kafir!” Bahkan sampai ada ungkapan, “Kaya dipukulin Cina tapi ga bisa bales!” Saya adalah generasi yang dibesarkan dengan rasa kebencian seperti itu. Saya tidak akan membahas tentang polemik Cina di tulisan ini. Saya hanya ingin mengemukakan fakta bahwa masih ada rasa benci di hati sebagian saudara-saudara kita terhadap etnis Cina. Ketika ia bertemu dengan ajaran yang fanatik dan intoleran, maka tidaklah sulit membenci Ahok yang kafir dan keturunan Cina. Padahal dalam Al-Quran disebutkan, “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongm kamu untuk berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa” (Q.S. Al-Maidah: 8).

Ketika kita memberikan mimbar Jumat kepada Habib Rizieq di Monas, maka kita secara tidak langsung menyetujui aksi intoleran, anarkis dan main hakim sendiri yang selama ini dilakukan oleh FPI. Tidak mengherankan, jika tak lama setelahnya ada pembubaran kebaktian di Bandung, penurunan Baliho universitas Kristen di Jogja, dan teriakan-teriakan anti Cina dan kafir pun semakin sering terdengar. Wajah Islam dan ulama yang damai, bijak, santun dan penuh kesejukkan, telah diganti dengan wajah yang penuh amarah dan kebencian.

Bagi saya, potret ulama itu, salah satunya, adalah seperti KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Orangnya sejuk, bijak, penuh kedamaian. Ketika ada seseorang bernama Pandu Wijaya yang menghinanya di twitter, ia tidak marah, bahkan langsung memaafkannya. Ia bahkan meminta kepada perusahaan tempat Pandu bekerja (PT Adhi Karya) agar tidak memecatnya. Ia menjamu makan Pandu yang datang ke kediamannya untuk meminta maaf. Baca kisahnya di sini.[5]

“Tidak ada yg perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan 'bahasa khusus' di tempat umum. Maklum masih muda. Saya mohon jangan sampai si karyawan dipecat, sebagaimana usul sementara orang,“ tulis Gus Mus.

Hinaan dibalas dengan kata-kata yang santun. Karena keteladanannya ini lah, orang yang tadinya menghina beliau, berubah menjadi hormat kepada beliau. Satu persatu penghina Gus Mus datang ke rumahnya untuk meminta maaf.[6]

Beliaulah ulama sesungguhnya yang meneladani akhlak Rasul SAW. Seperti kata Muhammad Asad, “Don’t judge Islam (The Quran) by the behavior of Muslims but judge Muslims by Islam (by what the Quran says).” Berikut sebuah video yang menggambarkan indahnya akhlak Rasul SAW yang bertolak belakang dengan perilaku sebagian kelompok yang mengklaim dirinya Muslim, “Nothing to do with my prophet!”[7] 


Jika dari teman-teman ada yang memiliki kelapangan waktu, sudi kiranya membuatkan terjemahan dari video di atas, dan meminta izin kepada pengunggahnya untuk mem-publish versi subtitle bahasa Indonesia.

Saya yakin bahwa setiap kejadian pasti mengandung hikmah di dalamnya. Minimal, dengan kejadian ini, banyak rakyat Indonesia jadi tahu asbabun nuzul (latar belakang) atau konteks diturunkannya Surat Al-Maidah ayat 51, dan menjadi tahu bahwa hanya di negara Indonesia saja kata “Auliya” pada Al-Maidah 51 diterjemahkan “pemimpin”, sementara di negara-negara lain diterjemahkan, friends, allies, protectors, dsb. Dengan kejadian ini juga masyarakat Indonesia semakin mengenal Ahok. Bisa jadi, yang tadinya berprasangka buruk dan membenci Ahok (karena hoax dan fitnah yang beredar), mungkin jadi berbalik mengapresiasi Ahok setelah membaca dan mempelajari lebih dalam tentangnya. Seperti kata pepatah, “Tak kenal maka tak sayang.”

Sekarang semuanya terpulang kepada kita. Apakah kita akan diam saja, menjadi silent majority, atau kita bangkit dan berani menyatakan sikap kita. Buya Syafi’i Ma’arif telah memberikan keteladanannya. Ia tetap istiqamah menyampaikan kebenaran, menyuarakan hati nuraninya walau harus menentang arus perlawanan yang besar, walau harus dihujat dan dihina.

“Kebenaran itu tidak bisa dikalahkan dengan emosi. Saya akan sampaikan apa yang saya pandang benar. Bahwa saya harus berhadapan dengan banyak orang, dengan MUI. Saya tidak memusuhi mereka. Mari kita tegakkan persaudaraan dalam perbedaan. Kita bersaudara dalam perbedaan, berbeda dalam persaudaraan untuk menjaga kesatuan dan kebinekaan Indonesia.”[8] 


Setelah itu hinaan dan cacian oleh para netizen ditumpahkan kepada buya, mulai dari munafik, pikun, penjual akidah, ustad honorer, tentara setan, laknatullah, tua bangka, dajjal, dan banyak lagi.

Saya jadi teringat ketika saya melawan kampanye SAVE MARYAM yang diluncurkan oleh Mercy Mission UK, sebuah organisasi Muslim yang berbadan hukum yayasan (charity) di London, saya pun dihina dan digelari macam-macam, mulai dari pembela kafir, fasiq, munafik, antek JIL, dll. Apalagi waktu itu Ustad Salim A. Fillah sempat membela organisasi ini di twitter-nya. Namun ketika kampanye Save Maryam gulung tikar, websitenya tidak bisa diakses lagi, page FB-nya menghilang, dan belakangan pemerintah UK mencabut izin yayasan ini, semua yang gencar membelanya diam seribu bahasa. Uang ribuan poundsterling yang dikumpulkan oleh organisasi ini selama Ramadhan yang katanya untuk membangun TV Channel dan hotline di Indonesia entah kemana, tak terdeteksi, ikut menghilang bersama yayasannya. Artikel-artikel yang saya tulis di facebook untuk melawan kampanye Save Maryam kemudian dikumpulkan, dan diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul MARYAM MENGGUGAT: Menguak Propaganda Save Maryam (2013). Apalah artinya saya dibandingkan dengan Ustad Salim A. Fillah. Baik dari segi pengetahuan agama dan akhlak saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beliau. Tapi setidaknya, saya lebih tabayyun dan teliti dalam kasus Save Maryam.

Saya merasa terpanggil ketika melihat Buya Ma’arif berdiri kokoh, memikul semua cacian dan hinaan kepada dirinya. Saya juga kagum dan berterima kasih kepada teman-teman yang dengan sabar dan tiada henti-hentinya berusaha menghalau fitnah, meluruskan hoax, dan menetralisir kampanye-kampanye hitam dengan bahasa yang santun, argumen-argumen yang logis dan mencerahkan. Semua itu perlu pengorbanan waktu, tenaga, pikiran yang tidak sedikit, di sela kesibukan mereka sehari-hari. Semoga Allah membalas segala pengorbanan teman-teman dengan kebaikan yang berlipat ganda.

5-10 tahun yang lalu orang tidak pernah berpikir Donald Trump akan menjadi presiden AS. Dahulu semua itu hanyalah isapan jempol belaka. Tapi hari ini semua itu nyata. Beberapa bulan yang lalu, ide Habib Rizieq menjadi presiden R.I. hanyalah isapan jempol belaka. Namun pasca aksi 411 dan 212, Habieb Rizieq naik daun dan mulai digadang-gadang sebagai calon presiden RI. 5-10 tahun lagi, isapan jempol ini bisa jadi kenyataan, jika kita terus berdiam diri melihat kaum intoleran bertindak sewenang-wenang tanpa bisa terjangkau hukum.

Saya melihat bahwa banyak yang datang ke aksi 411 dan 212 dengan tulus ikhlas, dengan niat yang baik. Banyak sahabat-sahabat saya yang pergi ke Monas, dan mereka adalah orang-orang baik. Mereka paham betul bahwa Islam adalah agama yang damai, santun, adil, dan menyejukkan, agama yang rahmatan lil’alamien, rahmat bagi alam semesta. Memang kita berbeda dalam menyikapi kasus Ahok. Itu semua adalah hal yang wajar. Seperti yang Buya Ma’arif katakan, “Mari tegakkan persaudaraan dalam perbedaan!” Karena tanpa kerja sama dan persatuan dari seluruh rakyat Indonesia, baik yang pro maupun kontra Ahok, kita tidak bisa menegakkan keadilan dan menghalau anarkisme dan intoleransi dari bumi Indonesia.

Jangan sampai ada lagi peribadahan yang dibubarkan. Jangan ada satupun manusia di Indonesia yang takut melaksanakan ibadahnya karena ancaman. Jangan sampai itu terjadi lagi. Karena beribadah adalah hak asasi setiap manusia!

Dari Bandung untuk Indonesia yang lebih baik!

Maulana M. Syuhada

REFERENSI

[1] Ahok Menangis di Persidangan Saat Bacakan Nota Keberatan (Youtube, 12 Desember 2016)
 https://www.youtube.com/watch?v=gak4Ryhi4EQ

[2] Habib Rizieq Ceramah Tentang "Nipu Umat Pake Ayat Al Qur'an dan Hadits " Mirip Dengan Pidato Ahok (Youtube, 8 November 2016)
https://www.youtube.com/watch?v=eUBLlZAArik

[3] Isi Lengkap Nota Keberatan Ahok atas Dakwaan Penistaan Agama (Detik, 13 Des 2016)
 https://news.detik.com/berita/d-3369592/isi-lengkap-nota-keberatan-ahok-atas-dakwaan-penistaan-agama

[4] Video Asli Pidato Ahok di Kepulauan Seribu Yang Menjadi Dasar Tuduhan Penistaan Agama Al Quran Surat (Youtube, 6 November 2016)
https://www.youtube.com/watch?v=xREPf4vlVKc

[5] Sikap Gus Mus Terhadap Penghinanya Bikin Adem Sekaligus Merinding (Tribunnews, 25 November 2016).
 http://www.tribunnews.com/nasional/2016/11/25/sikap-gus-mus-terhadap-penghinanya-bikin-adem-sekaligus-merinding

[6] Cerita Gus Mus Sambut Penghina: Memaafkan dan Menjamu Makan (Detik, 26 Nov 2016)
 https://news.detik.com/berita/d-3355521/cerita-gus-mus-sambut-penghina-memaafkan-dan-menjamu-makan

[7] NOTHING TO DO WITH MY PROPHET (Youtube, 26 Nov 2015)
 https://www.youtube.com/watch?v=dQVMdh6d3h0

[8] ILC- Buya Syafii Maarif: TIDAK ADA AHOK MENISTA AL-QURAN, Indonesia Lawyer Club 8 November 2016 (Youtube, 8 Nov 2016)
 https://www.youtube.com/watch?v=pCXYBMnUmpA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun