Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trilogy Ahok: The Silent Majority (Bagian 3 - Habis)

19 Desember 2016   16:10 Diperbarui: 22 Januari 2017   17:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal, setelah saya tanyakan kepada teman-teman, ternyata ayat ini diturunkan pada saat adanya orang-orang muslim yangingin membunuh Nabi besar Muhammad, dengan cara membuat koalisi dengan kelompok Nasrani dan Yahudi di tempat itu. Jadi,jelas, bukan dalam rangka memilih kepala pemerintahan, karena di NKRI, kepala pemerintahan, bukanlah kepala agama/Imam kepala. Bagaimana dengan oknum elit yang berlindung, dibalik ayat suci agama Kristen? Mereka menggunakan ayat disurat Galatia 6:10.

Isinya, selama kita masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepadakawan-kawan kita seiman. Saya tidak tahu apa yang digunakan oknum elit di Bali yangberagama Hindu, atau yang beragama Budha. Tetapi saya berkeyakinan, intinya, pasti, jangan memilih yang beragama lain atau suku lain atau golongan lain, apalagi yang ras nya lain. Intinya, pilihlah yang seiman/sesama kita (suku, agama, ras, dan antar golongan). Mungkin, ada yang lebih kasar lagi, pilihlah yang sesama kita manusia, yang lain bukan, karena dianggap kafir, ataunajis, atau binatang!

Karena kondisi banyaknya oknum elit yang pengecut, dan tidak bisa menang dalam pesta demokrasi, dan akhirnya mengandalkanhitungan suara berdasarkan se-SARA tadi, maka betapa banyaknya, sumber daya manusia dan ekonomi yang kita sia-siakan. Seorang putra terbaik bersuku Padang dan Batak Islam, tidak mungkin menjadi pemimpin di Sulawesi. Apalagi di Papua.Hal yang sama, seorang Papua, tidak mungkin menjadi pemimpin di Aceh atau Padang.

Kondisi inilah yang memicu kita, tidak mendapatkan pemimpin yang terbaik dari yang terbaik. Melainkan kita mendapatkan yangburuk, dari yang terburuk, karena rakyat pemilih memang diarahkan, diajari, dihasut, untuk memilih yang se-SARA saja.Singkatnya, hanya memilih yang seiman (kasarnya yang sesama manusia). Demikian kutipan dari buku yang saya tulis tersebut.

Versi lengkap nota keberatan Ahok dapat dibaca di sini.[3]

Mari kita cooling down sejenak, kita kesampingkan semua amarah dan prasangka. Kita Tanya secara jujur pada kepada lubuk hati kita yang paling dalam, apakah kita yakin bahwa Ahok benar-benar menistakan Islam, atau kita hanya tidak mau dia jadi gubernur karena ia non-muslim dan keturunan Cina.

Berapa banyak dari kita yang sudah mendengar dan melihat video pidato Ahok di Kepulauan Seribu secara lengkap, selama 47 menit? Hal ini penting. Sebelum menjatuhkan tuduhan, kita sebaiknya tabayyun dulu, check and recheck kejadian aslinya secara utuh. Kesimpulan yang diambil dari berita yang hanya sepotong, apalagi secuil, bisa jadi “misleading”, apalagi jika dipelintir oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Videonya ada di sini.[4]


Setelah saya tonton videonya secara utuh dari awal sampai akhir, saya tidak menemukan penistaan agama. Video ini justeru menunjukkan bagaimana jujur, tulus dan adilnya seorang Ahok. Ahok datang ke Kepulaun Seribu menemui langsung para nelayan untuk membantu mereka mengusahakan budi daya (tambak), memudahkan akses bagi para nelayan untuk datang ke Jakarta membawa hasil panennya, menyediakan kapal dan hanya membebankan biaya Rp 5ribu per-ton, atau hanya Rp 5,- per-Kg alias hampir nol atau gratis. Menggratiskan bus untuk para nelayan yang ke Jakarta. Dia juga menerapkan bagi hasil 80:20, 80% nelayan dan 20% Pemprov DKI. Pembagian yang jauh lebih menguntungkan daripada dijual ke tauke atau tengkulak manapun. Bahkan jumlah 20% yang disetor itu akan dimasukkan ke koperasi yang anggotanya adalah para nelayan tersebut, jadi ujung-ujungnya akan kembali ke mereka juga.

Kemudian ia menjamin bahwa program ini akan terus berjalan walaupun ia tidak terpilih jadi Gubernur lagi. Ahok menjamin kebebasan masyarakat kepuluan seribu untuk memilih Gubernur sesuai pilihannya. Jangan sampai ada yang berpikiran bahwa agar program tambak tetap jalan, maka harus memilih Ahok di Pilgub nanti. Luar biasa, di saat kepala daerah lain memanfaatkan posisinya untuk berkampanye menarik suara, Ahok justeru sebaliknya, memastikan warga mendapatkan kesejahteraan dari progam yang ia bangun walau mereka tidak memilihnya. Berikut transkrip dari secuil potongan pidato beliau:

“Bapak ibu ga susah khawatir, ini pemilihan kan dimajuin, kalau saya tidak terpilih pun, saya berhentinya oktober 2017,  jadi kalau progam ini kita jalankan dengan baik pun Bapak Ibu masih sempat panen sama saya, sekalipun saya tidak terpilih menjadi gubernur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun