4. Menginsiprasi
Satu lagi. Menulis itu mudah memancing simpati, bahkan gelombang sosial. Bulan lalu, kita mendapati viralnya kasus dugaan pelecehan seksual di lembaga Komisi Penyiaran Indonesia.Â
Hebohnya isu ini berawal dari tulisan korban tentang kasus yang ia alami, timelinennya, bentuk pelecehannya, pun pelakunya. Isu sensitif ini pun jadi buah bibir.Â
Atau mungkin kita sering dapati ajakan petisi? Biasanya ini berawal dari tulisan berupa kisah yang menyentuh. Misalnya dari change.org. Tulisan bertaut petisi, seringkali bersambut di konsitusi, minimal kesadaran masyarakat terbentuk. Â
Namun, pertimbangan dampak jangan luput dari tulisan-tulisan kita. Inspirasi memang berasal dari penulis, namun baik-buruk, positif-negatif, menjalar ke siapapun yang membacanya. Apakah kita sebagai penulis akan jadi penggerak kebaikan atau sebaliknya, apakah kita meninggalkan jejak keharmonisan atau sebaliknya.
Ada banyak lagi sebetulnya. Namun inilah yang mendasar, prinsipal.Â
Demikian 4 alasan kenapa kita harus menulis. Semoga jadi pelecut semangat bagi yang masih ragu untuk mulai menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H