Mohon tunggu...
simaulss
simaulss Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat Lintas Ruang

Bercakap, Berjabat, Beramal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cemas-cemas harap

7 April 2019   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2021   16:34 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai sebuah sistem, demokrasi merupakan kesatuan perangkat yang mesti dirawat. Koherensinya pada berbagai sektor menunjukkan perannya selaku tumpuan beragam kebutuhan publik terhadap negara. Sistem ini merupakan media sekaligus alat hajat hidup banyak orang, menyangkut kepentingan serta hak dan kewajiban warga negara.

Hal itu dapat dicermati melalui pelaksanaannya seperti tahapan birokrasi di instansi, ruang aspirasi, hingga kelangsungan pemilu. Ilustrasi demikian menggambarkan bahwa sistem ini sangat mendasari terwujudnya kehidupan bernegara yang berkualitas, yang tentu saja juga berdampak terhadap aspek-aspek lainnya. 

Oleh karenanya, sudah selayakya sistem demokrasi ini diletakkan pada posisi yang bermutu dengan segala upaya yang membentuk ke arahnya.

Pada tatanan ideal, demokrasi menggiring individu untuk aktif berpartisipasi, terlibat pada kelangsungan pembangunan negara. Demokrasi mempersilahkan tiap individu membawa hal-hal mendasar yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. 

Tantangan yang sering kali memboncengi hiruk pikuk demokrasi, salah satunya adalah keberlangsungan pemilu. Aktivitas Pemilu, makna sederhananya ialah proses pemilihan pemimpin atau kepala daerah dalam tataran eksekutif dan perwakilan pada lajur legislatif. Baik eksekutif maupun legislatif, sejak reformasi, dihasilkan melalui pemilihan langsung oleh rakyat. 

Rakyat berdaulat penuh atas orang-orang yang dipercayakannya, menitipkan harapan dari bilik suara. Partisipasi masyarkat melalui pemilu merupakan indikator kualitas demokrasi di suatu negara. Itu sebabnya, agenda ini mutlak dijaga dalam kerangka etis dan estetikanya.

Bahwa memang tidak ada bantahan dari penyebutan tahun 2019 adalah tahun politik, bahkan sebutan itu telah muncul sejak tahun lalu. Sebutan tersebut mengacu pada makna menjamurnya aktivitas politik yang diselenggarakan dari dan untuk rakyat, yang menurut konstitusi mereka berhak menyandang status memilih dan dipilih, sebuah legitimasi yang mutlak dalam kehidupan demokrasi. 

Tahun politik selalu menarik untuk ditelisik oleh siapapun. Bukan hanya oleh para pengamat, atau politisi berikut masing-masing agendanya, melainkan juga pihak-pihak yang beafiliasi kepentingan dengan agenda ini, sebuah fenomena polarisasi politik. Momentum ini menarik dikaji pihak-pihak yang ingin menari di panggung politik.

Nyaris nihil redaksi bertopik pemilu, baik pileg maupun pilpres, bermuatan kegamangan solutif. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa pemilu adalah instrumen peningkatan sekaligus tolak ukur kualitas kehidupan warga negara. Masa pemilu merupakan masa teraktif politisi dan partai politik sebagai mesin demokrasi menawarkan program-program yang bernuansa perbaikan. 

Pada saat inilah, mereka bekerja esktra untuk meyakinkan masyarakat bahwa, melalui program merekalah, harapan-harapan terwujudkan, kecemasan hilang, kegelisahan lenyap, kekhawatiran pudar, berganti menjadi kecerahan peluang, keluasan kesempatan,  dan kehidupan mengarah pada kesejahteraan. 

Hal krusial yang mereka mesti patri ialah bahwa ruang politik itu ialah ruang pengabdian. Mereka yang berkecimpung di alam politik, adalah yang siap mengabdi atas kebutuhan masyarakat, memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun