Saya tidak menutup kemungkinan bahwa Nikuba bisa menjadi penemuan yang canggih di masa depan. Kita tinggal menunggu saja bagaimana kelanjutan perkembangannya. Namun jika ada pernyataan kalau Nikuba merupakan bahan bakar kendaraan bermesin yang terbuat dari air, maka narasi itu menyesatkan. Memakai metode elektrolisis, dalam membuat bahan bakar yang dibutuhkan adalah hidrogennya, bukan air secara langsung. Memang hidrogen terdapat pada air, masalahnya air adalah penghantar listrik yang buruk, sedangkan elektrolisis bekerja menggunakan listrik. Perlu elektrolit seperti litium dan natrium untuk memungkinkan proses elektrolisis. Sehingga membutuhkan banyak energi kimia untuk menghasilkan elektrolisis. Jelas tidak efisien secara teoretis.
Meskipun sedikit normatif, saya punya pesan. Untuk para pengguna media sosial yang membantu percepatan reproduksi konten, kalian harus membiasakan diri untuk tidak gatal dalam menghakimi pihak tertentu akibat rasa kesal. Kekesalan kalian datang dari narasi yang belum tentu dapat diverifikasi kebenarannya. Berita Nikuba mirip seperti viralnya Blue Energy di masa SBY. Jangan sampai hanya karena dapat undangan dari acara otomotif internasional, masyarakat merasakan euforia bak menyambut messias. Apakah perlu sejarah kelam terulang kembali?
"Even when the experts all agree, they may well be mistaken."
Bertrand Russell, On the Value of Sceptiscism
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H