Mohon tunggu...
Maulana Ichsan
Maulana Ichsan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis bebas

Senang membaca

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Berita Nikuba dan Pembusukan Jurnalisme Sains

10 Juli 2023   23:19 Diperbarui: 11 Juli 2023   08:07 2196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan terkuak kebenaran dari teknologi terbarukan itu. Blue Energy hanyalah konsep usang yang sudah pernah digunakan sebelumnya oleh Stanley Meyer. Teknologi ini bersifat sederhana dan tidak signifikan, berupa bahan bakar air yang hanya mengaplikasikan konsep elektrolisis. Joko telah terbukti menipu masyarakat Indonesia dan mempermalukan Presiden SBY. Akhirnya Joko ditangkap dan dipenjara.

Setelah kejadian itu, tak sedikit masyarakat yang mencibir Presiden karena dianggap mudah tertipu. Akibat keluguannya itu, Presiden SBY harus mengalokasikan dana untuk riset yang tak berguna apa-apa. Mungkin pemerintah Jokowi dan BRIN menjadi lebih berhati-hati akibat kerugian yang pernah dialami di masa SBY yang mengatasnamakan riset karya anak bangsa.

Segenggam Konfirmasi BRIN beserta Kebutuhan Verifikasi

BRIN bukannya mengabaikan Nikuba begitu saja. Meskipun mereka tidak langsung memperhatikan dan mendukung penuh karya Aryanto, mereka tidaklah sepenuhnya abai, hanya saja skeptis terhadap Nikuba. Mereka mempertanyakan mekanisme di balik cara kerja Nikuba. "Sesuai dengan pengalaman saya, kayaknya saat ini belum memungkinkan. Air itu adalah unsur paling stabil dibumi, kan dia yang diambil gas nya. Jadi harus dipisahkan dengan proses elektrolisis," ujar Arifin Nur dikutip dari instagram @terangmedia, Senin (03/07/2023).

Setahun yang lalu, BRIN telah mengonfirmasi kalau Nikuba bukanlah pengganti BBM. Mengutip dari Detik.com (10/05/2022), Profesor Riset BRIN Eniya Listiani mengomentari Nikuba ciptaan Aryanto. "Bukan proses elektrolisa murni menghasilkan gas hidrogen. Alat tersebut semacam reaksi kimia, yang menggunakan stainless steel sebagai elektroda dan sebagai elektrolit adalah NaOH (soda) atau KOH atau NaCl, yang paling banyak dipakai adalah NaOH," ucapnya. Eniya memperkirakan bahwa motor yang dipasang alat tersebut tetap masih menggunakan BBM.

BRIN sebenarnya sudah mengetahui Nikuba setahun lalu dan yang dibutuhkan adalah verifikasi ilmiah. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menjelaskan, "Nikuba sudah kami ketahui sejak tahun lalu dan kami sudah mengirim tim ke sana untuk melihat itu. Dari asesmen tim perlu ada riset lanjutan." Selain itu Nikuba didorong untuk melakukan pembuktian ilmiah. Handoko menyebut BRIN siap mendukung bila perlu penyempurnaan.

Handoko menekankan pentingnya pembuktian saintifik jika benar-benar ingin mengembangkan Nikuba. "Kalau di sains kita harus berhati-hati, kita lihat bersama-sama, lakukan pengembangan sampai terbukti secara saintifik di komunitas ilmiah," ujarnya.

Kesimpulannya BRIN yang mewakili institusi pemerintah tidak benar-benar mengabaikan Nikuba. Saya rasa mereka hanya ingin menghindari sikap naif yang langsung main percaya terhadap Nikuba. Mungkin mereka berjaga-jaga agar kejadian serupa di era SBY tidak terulang kembali.

Catatan Penutup

Berita itu memang jadi berita sains yang viral dan naik daun. Namun cara berita itu tersebar dan tersampaikan sama sekali tidak mengindahkan kaidah sikap ilmiah. Jurnalis yang menyebarkan berita tentang sains seharusnya juga memperhatikan cara menumbuhkan sikap ilmiah di kalangan pembaca, bukan malah memanfaatkan titik bias dari netizen untuk langsung meyakini begitu saja status kebenaran dari berita Nikuba.

Dalam tulisan ini saya tidak menyalahkan latar belakang jurnalis sains. Saya hanya menyayangkan cara komunikasi yang dilakukan para jurnalis sains dalam memuat informasi sains, yakni secara reduksionis dan terlalu heboh sehingga membuat publik tidak skeptis. Sekali lagi perlu ditekankan, seharusnya jurnalis sains mampu memberi tulisan yang berimbang, tetap memberi disclaimer sejauh mana informasi valid, dan mampu mengajak masyarakat lebih skeptis lagi untuk menyikapi suatu hal, terlebih yang menyangkut sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun