Aku, tengah menysuuri jalanan kota yang indah, hujan membasahi kku disekujur tubuh, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang kearah barat, melihat perlahan matahari akan sirna, hanya ada cahaya jingga yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari.Â
Burung senja terbang dibalik awan, barangkali jika ku sapa, mereka akan menghampiriku, kataku dalam hati seraya tersenyum. Angin sore berhembus sepoi-sepoi, seolah menghembuskan udara pada wajahku, dan seolah meminta untuk ku hirup udaranya. Samar kulihat awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri pada karya sore ini.Â
Ahh, ternyata tinggal hitungan detik matahari akan tenggelam. Kurasakan kenyamanan saat memandangnya, hingga tanpa kusadari senyum terpancar di balik bibirku. Ternyata setitik cahaya pun bisa memberikan keindahan yang luar biasa diantara luasnya langit yang sore ini.Â
Seandainya setiap hari ketika membuka jendela, aku dapat menikmati atmosfer ini, memandang langit dan mencoba tak memikirkan hal-hal yang akan terjadi kedepannya. Mataharipun perlahan tenggelam, cahaya gelap terpancar dalam keheningan malam, senja elok berganti menjadi malam yang gelap.Â
Saat ini aku mencoba menatap satu bintang kecil yang muncul dalam kegelapan malam, tapi kemudian ku tutup jendela kembali, aku hanya tak suka satu bintang saja yang bersinar, mungkin aku dapat menemukan bintang yang tersembunyi di balik awan malam. Tapi aku tidak suka kegelapan tanpa panorama, aku hanya suka senja.
***
Sore itu aku tengah berada di pertengahan kota, karena perkuliahan hari ini dilaksanakan outing class, akhirnya mau tidak mau aku haru segera datang ke tempat.
"Perkuliahan akan dilaksanakan di Kayu tangan, pukul 16.00" Tulis dosenku pada grub whatsaap
Mungkin karena cuaca tahu apa isi hati mahasiswa yang sedang gusar, maka hujan pun turun. Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore dan hujan tak kunjung reda.
"Hujan deres banget, kuliah jam berapa ning" tanyaku ke ning ning teman se kos ku
"Disini sih jam 4 sore, tapi kok belum reda-reda ya hujannya" saut ningning