Mohon tunggu...
Kevin Akbar Maulana
Kevin Akbar Maulana Mohon Tunggu... Freelancer - Ridholloh fii kulli makan.

seorang Muslim. penggugah literasi, hidup--menghidupi--menghidupkan, cukup aku apa adanya, wallohu'alam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengulik Ibroh dari Lirik Legendaris "Lir Ilir"

23 Maret 2020   23:30 Diperbarui: 23 Maret 2020   23:28 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sunan Kalijaga namanya, silau menyilau juga mentereng sebagai seorang tokoh agamawan juga sastrawan. Beliau dikenal sebagai penanam awal bibit islam di masa kepulauan ini, Nusantara. Bersama 8 tokoh lainnya yang di kenal sebagai Wali Songo atau Wali Sembilan. Berbagai metode dakwah yang beraneka ragam telah ditempuh oleh para wali ini, dari mulai lisan hingga kesenian. 

Sehingga dengan metode dakwah yang beraneka ragam ini, dapat dengan mudah diterima oleh para pribumi di bumi Nusantara ini yang disertai dengan seabreg keanekaragamannya. Dengan kedalaman ilmu yang dimiliki secara syari'at oleh beliau maka diciptakannya sebuah lirik lagu  yang mudah dicerna, bernafaskan islam (walau maknanya sengaja dikaburkan supaya mudah diterima), menyenangkan, cocok disemua kalangan, dan yang terpenting adalah survive disegala zaman sebagai salah satu metode dakwah yang membuat Islam membumi hingga hari ini. 

Meski lagu tersebut berbahasa Jawa, tapi lagu ini sangat populer di daerah yang tidak berbahasa Jawa, seperti halnya di Jawa Barat lagu ini sangat dikenal. lalu, seperti apakah makna dari lirik lagu tersebut, sebelum menuju kesana mari kita baca terlebih dahulu lirik dibawah, kemudian disambung artinya.

Lirik Lagu

Lir ilir lir ilir

Tandhure wus sumilir

Tak ijo royo-royo

Dhak senggu temanten anyar


Cah angon cah angon

Penekno Belimbing kuwi

Lunyu-lunyu panekno

Kanggo mbasuh dhodhot iro


Dhodhot iro dhodhot iro

Kumitir bedha ing pinggir

Dondomono jlumatono

Kanggo seba mengko sore


Mumpung padhang rembulane

Mumpung jembar kalangane

Yo surako surak Hiyo!

Arti sekaligus pemaknaan lirik:

Bangkitlah-bangkitlah

(Selaras dengan pesan Al-Qur'an Surat Al-Muddatsir 1-4)

Benih telah bersemi

(Keimanan yang ditabur para Wali itu mulai tumbuh)

Tampak hijau segar

(hijau adalah warna lambang Islam yang segar)

Bagai penganten baru

(Yang dirubung dengan kekaguman akan kecantikan dan ketampanan atau kemurnian Islam yang mempesona)

Wahai para gembala

(Setiap kita adalah gembala, Kullukum Roo'in, demikian sabda nabi)

Panjat(ambil)lah 'Belimbing itu

(Peluklah agama Islam yang berukun lima itu)

Sekalipun licin, panjatlah

(Pelajari dan laksanakan ajarannya)

Untuk mencuci pakaianmu

(Untuk membasuh akhlak kemanusiaanmu)

Pakaianmu, pakaianmu

(Akhlak kemanusiaanmu saat ini)

Teburai sobek dipinggir

(Kurang pas untuk menutup aurat dan menghiasi jasad manusiawimu)

Maka jahit dan sulamlah

(Maka tambal, lengkapi dan hiaslah)

Untuk (kau pakai) menghadap nanti sore

(Untuk bekal menghadap Tuhan saat usia senja)

Selagi benderang cahaya rembulan

(Mumpung cahaya Islam menyinari semesta)

Selagi luar arenanya

(Mumpung masih terbuka lebar kesempatannya)

Mari bersorak, sorak Hayo!

(Mengiyakan apabila diajak pada kebaikan dan kebenaran "Islam")

Demikian lirik lagu yang sarat akan makna, sebuah makna yang benar-benar menggambarkan kapasitas yang luar biasa dari salah seorang tokoh Da'i termasyur di Nusantara. semoga sedikitnya tulisan ini dapat menggugah jiwa-jiwa unggul, siapapun anda, mari mulai palingkan wajah pada ajaran kebenaran ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun