Mohon tunggu...
Maula Nisyyah Amar
Maula Nisyyah Amar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Dan Inovasi Dalam Manajemen Layanan BK di SMA Al-Azhar Gresik : Mengatasi Persepsi Guru BK Sebagai 'Polisi Sekolah'

19 Desember 2024   22:03 Diperbarui: 19 Desember 2024   22:03 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.Tantangan Dalam Manajemen BK Di SMA Al-Azhar Gresik

Secara umum, dalam KBBI tantangan merupakan suatu hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemapuan mengatasi masalah. Hal ini berarti bahwa tantangan adalah suatu masalah yang perlu ditangani. Dengan adanya tantangan dalam kegiatan seseorang, akan menumbuhkan tekad seseorang tersebut untuk segera mengatasinya. Begitupun dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, tantangan yang biasanya dihadapi terdapat pada pelaksanaan manajemen BK atau dalam memberikan layannanya. Untuk mencapai tujuan layanan BK, menyusun program yang baik saja tidak cukup, tetapi implementasi layanan yang baik, benar, efektif dan efisien juga berguna untuk mendukung tujuan BK, sekaligus meningkatkan kepercayaan dan pengakuan masyarakat terhadap layanan tersebut (Masbur & Nuzliah, 2017).

Dari proses pelaksanaan manajemen BK yang di lakukan, tidak dapat dipungkiri SMA Al-Azhar Gresik juga memiliki tantangan dalam memberikan layanan kepada siswa. Dari hasil wawancara yang kami lakukan, ditemukan bahwa salah satu kendala dalam pelaksanaan layanan BK adalah adanya persepsi bahwa guru BK seperti "polisi sekolah,". Hal ini membuat beberapa siswa merasa takut atau tertutup saat berhadapan dengan guru BK, sehingga mereka sulit terbuka. Dengan sikap tertutup dan takut tersebut, guru BK juga akan kesusahan dalam memberikan layanan. Dengan begitu, ruang BK menjadi tempat yang akan jarang dikunjungi oleh siswa-siswi. Padahal mereka boleh bercerita secara terbuka tanpa takut dihakimi, karena guru BK pasti akan membantu untuk menemukan solusi dan akan mendengarkan dengan baik.

Persespsi negatif tersebut juga masih banyak ditemukan di berbagai sekolah lain. Persepsi-persepsi seperti itu sudah menjadi bagian dari pada pola pikir mereka sehingga menjadi mindset yang melekat pada diri siswa. Salah satu tantangan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah persepsi negatif siswa terhadap Guru BK. Menurut Setyaningrum (2013), persepsi siswa adalah cara mereka melihat dan menilai sikap serta perilaku Guru BK yang diamati melalui panca indera. (Dalam Sahana, 2024). Secara umum, persepsi adalah proses dimana individu memberikan sebuah tanggapan atau mengartikan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan melalui panca indera, yang kemudian tercermin dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan pandangan. Persepsi bersifat pribadi karena bergantung pada pandangan setiap individu itu sendiri sehingga penafsiran setiap individu akan berbeda. Oleh karena itu, guru BK perlu untuk memahami dan berusaha membangun persepsi positif di kalangan peserta didik agar layanan konseling dapat berjalan dengan efektif dan maksimal (Sahana, 2024).

Adanya Persepsi negatif tersebut di SMA Al-Azhar, bisa jadi dikarenakan seringnya ia melihat bahwa siswa-siswi yang masuk ke ruangan guru BK adalah anak bermasalah yang nakal. Mereka juga melihat guru BK menegur siswa yang tidak menaati peraturan. Apa yang dilakukan guru BK itu memang sudah benar. Namun, mereka menganggap bahwa jika berurusan dengan guru BK mereka adalah anak bermasalah yang nakal. Respon dari teman lainnya juga sangat berpengaruh, di mana ketika ada anak atau siswa yang berurusan dengan guru BK, siswa yang lain akan memandang anak itu orang yang problematik atau orang yang nakal, tidak patuh, dan lain-lain. Selain itu, masih banyak juga siswa yang beranggapan bawa guru BK itu sedikit menyeramkan. Adanya anggapan seperti itu akan membentuk mindset bahwa guru BK adalah polisi sekolah, Guru BK tempat hukuman atau menghukum, guru BK orang yang terlalu serius dan galak, dan lain-lain. Dikatakan polisi sekolah yaitu karena polisi adalah orang yang umumnya ditakuti oleh masyarakat. Polisi bertugas menjaga keamanan dengan bertindak tegas terhadap kejahatan atau hal-hal yang tidak sesuai aturan. Oleh sebab itu, di sekolah, para siswa menggunakan istilah polisi sekolah untuk guru BK, yang mana guru BK biasanya menangani urusan-urusan yang melanggar aturan sekolah. Selian itu, Persepsi negatif ini juga bisa dikarenakan kurangnya pemahaman siswa tentang tugas guru BK sendiri.

Pada kenyataannya, guru BK ialah seseorang yang bertugas untuk membantu siswa di sekolah. Baik dalam bidang akademik, pribadi atau emosi, social, dan jenjang karier. Fungsi guru bimbingan dan konseling disekolah untuk membantu pengembangan proses belajar siswa. Semestinya, Ketika siswa memiliki masalah, siswa dapat menghadap ke guru BK untuk menjadi fasilitator dalam memecahkan masalah tersebut (Fitriani & Aisyah, 2024). Guru BK bukan polisi sekolah atau musuh para siswa, melainkan teman siswa. Siswa akan dibantu dalam menemukan solusi permasalahannya. Guru BK juga akan mendengarkan curhatan / keluh kesah siswa tanpa menghakimi sehingga siswa dapat menjadi versi yang lebih baik.

3.Inovasi Manajemen BK Di SMA Al-Azhar Gresik

Inovasi merupakan suatu alat atau gagasan baru dan terciptanya hal yang belum pernah ada sebelumnya (Ulfa, 2021). Inovasi yang dilakukan dalam menghadapi tantangan yang ada yaitu dengan menerapkan Papan Pohon Ekspresi yang merupakan media pada setiap kelas, dengan tujuan untuk memberikan tempat bagi peserta didik dalam mengekspresikan diri mereka. Media ini berbentuk pohon, yang memungkinkan siswa untuk menuliskan pikiran, perasaan, atau pengalaman mereka pada daun yang tersedia pada papan pohon tersebut. Inovasi ini memiliki berbagai tujuan dan keuntungan terutama sebagai wadah untuk mengekspresikan diri. Papan ini berfungsi sebagai tempat di mana peserta didik dapat dengan bebas menuliskan perasaan secara terbuka. Dengan ini, penting untuk mengurangi tekanan emosi, stres, dan memberikan ruang untuk meluapkan emosi (Mandala, 2023). Selain itu, papan ini juga dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik, melalui papan ini peserta didik didorong untuk mengembangkan kreativitas dalam mengekspresikan diri melalui teks dan gambar. Peserta didik dapat berinovasi dalam menyampaikan perasaan mereka.

Papan Pohon Ekspresi juga berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengenal dan mengelola emosi mereka dengan baik. Ketika peserta didik menuliskan apa yang dirasakan, ini akan mendorong peserta didik untuk lebih sadar akan perasaan yang sedang dialami. Proses ini membantu mereka menjadi lebih terbuka dengan diri sendiri (B.Galnau, 2009). Dengan begitu, peserta didik tidak hanya mengekspresikan emosi, tetapi juga belajar memahami serta merespons emosi dengan cara yang lebih baik.

Selain itu, papan ini juga berfungsi sebagai media untuk menunjang komunikasi antar peserta didik. Ketika peserta didik membaca ekspresi teman-temannya, mereka dapat saling lebih memahami satu sama lain. Hal ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif, setiap peserta didik akan lebih merasa di hargai. Dengan adanya papan ini secara tidak langsung juga dapat mengurangi adanya rasa kesepian yang kemungkinan besar dialami oleh sebagian peserta didik.

Papan ini juga menjadi tempat untuk menanamkan nilai empati pada peserta didik. Hal ini dapat membantu membentuk individu yang lebih peduli dengan perasaan orang lain, sehingga terciptanya lingkungan sekolah yang supportif dan positif. Inovasi papan pohon ekspresi ini tidak hanya menambah pengalaman belajar peserta didik, tetapi juga meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling di SMA Al-Azhar. Dengan memberikan ruang ekspresi bagi peserta didik, guru BK dapat lebih mudah untuk mengenali dan memudahkan dalam proses pemberian bantuan pada peserta didik yang membutuhkan bimbingan maupun konseling. Inovasi ini juga dapat meningkatkan perkembangan sosial dan emosional peserta didik (Muzzamil et al., 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun