Penulis beruntung tidak perlu jauh-jauh datang untuk melihat suasana CFD di Dago, karena bersama beberapa temen jurnalis menginap di hotel Palais Jl. Dago yang atapnya berbentuk kubah seperti Katedral St. Paul di London.
Ke luar hotel kami sudah melihat suasana CFD. Persis di depan parkiran hotel ada sejumlah anak muda yang sedang menggelar sebuah permainan yang dilombakan. Nampaknya seperti lomba tari modern dan game menarik. Siapa saja boleh ikut.
Di tengah jalan suasana ramai sekali. Ada klub-klub sepeda atau perorangan dengan kostum sepeda mereka yang warna-warni, ada pula pesepeda perorangan yang mengayuh mereka dengan santai sambil mendengarkan musik dari earphone atau headset yang terpasang di telinga mereka. Sesekali mereka harus turun dari sepeda karena jalan penuh oleh pejalan kaki.Â
Aparat  negara tak mau ketinggalan. Beberapa petugas dari LLAJR Dishub wanita yang cantik menelusuri jalan menggunakan sepeda angin atau self balancing scooter. Petugas kepolisian menjaga keamanan dengan berjalan kaki.Â
Jalan juga diramaikan anak-anak muda -- lelaki / perempuan -- yang menjajakan makanan ringan, air mineral, tisu atau membawa kardus kecil untuk mencari sumbangan bagi korban gempa di Palu dan Donggala yang baru saja terjadi.
Ada yang menarik perhatian; seorang lelaki paruh baya bertopi yang hilir-mudik memikul potongan bambu dua petung dan gelas-gelas plastik tersusun di ujungnya. Lelaki itu adalah penjual tuak.Â
Tuak tentu saja tidak dikenal oleh generasi jaman now. Maka sulitlah bagi lelaki paruh baya itu untuk menjual dagangannya di jalan Dago yang sedang dipenuhi generasi milenial.
Sementara trotoar dan tempat parkir sudah penuh oleh para pedagang makanan, pemusik-pemusik jalanan, kelompok tari yang memperlihatkan keindahan tarian tradisional. Berbagai makanan tradisional dan makanan kekinian dijual saat itu. Para penjualnya pun banyak anak-anak muda berpenampilan modis. Itulah Bandung.
Di Taman Cikapayang, ratusan manusia menyemut menenuhi taman berbentuk bulat yang berada si ujung Jalan Ir. H. Juanda dan Jl. Cikapayang. Masyarakat mendapat hiburan gratis dari siswa/siswi Sekolah Musik Purwacaraka, Puwa Caraka Musik Studio (PCMS) yang tengah menyambut hari jadinya yang ke-30.Â
Taman Cikapayang adalah sebuah taman kecil yang diresmikan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Kamis, 17 Agustus 2017. Kini Ridwan Kamil menjadi Gubernur Jawa Barat. Taman itu direvitalisasi menggunakan dana CSR dari Perusahaan jasa ekspedisi JNE.
Rancangan baru dari taman ini adalah dibangunnya amfiteater dengan dasar yang lebih rendah dari permukaan jalan raya. Kapasitasnya hingga 300 orang. Terdapat sejumlah bollard yang menghias bagian dasar amfiteater.
Pemilihan desain amfiteater ini bertujuan untuk menampung kegiatan publik, termasuk aktifitas komunitas kreatif, seni, atau budaya. Fungsi amfiteater ini mirip dengan ruang di Taman Musik Jalan Bali.