Yang perlu dipahami oleh para kontestan bukan hanya filosofi menang tanpa ngasorake, tetapi juga filosofi lain yang setara dengan itu, yakni  Sugih tanpa Bandha (kaya tanpa harta). Kekayaan tidak semata-mata soal harta, tetapi juga persaudaraan, persahabatan, bisa membantu orang lain.
Kemudian Digdaya tanpa Aji (meraih kekuasaan bukan diraih karena kekuatan fisik). Yang dimaksud adalah, suatu kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya, membuat orang lain sangat menghargainya.
Dan yang terakhir adalah  Nglurug tanpa Bala ( menyerang tanpa pasukan). Di sini memiliki arti bahwa kita haruslah menjadi orang yang berani bertanggung jawab, berani untuk beraksi walaupun terkadang tinggal kita sendiri. Sikap ini adalah mencontoh sikap kesatria.
Banyak sekali pelajaran untuk menciptakan Pilpres yang adil, adem-ayem, memberikan suasana gembira bagi rakyat, bukan menciptakan suasana panas, permusuhan, mencekam, atau perpecahan.Â
Demokrasi menyediakan ruang-ruang itu. Lain halnya jika kita masih sulit beranjak dari alam jaman batu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H