Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menebak Langkah Kuda Catur Deddy "Bang Jack" Mizwar

4 September 2018   10:56 Diperbarui: 4 September 2018   14:23 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi foto: Dok. Pribadi

Naga Bonar, Bang Jack, adalah nama dua tokoh yang diperankan oleh Deddy Mizwar. Tokoh yang pertama ia memerankan ketika masih murni menjadi aktor, yang kedua setelah dia menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) sekaligus aktor.

Meskipun nama Naga Bonar masih suka disandingkan dengan Deddy Mizwar, nama Bang Jack jauh lebih diingat oleh generasi milenial. Karena tokoh Bang Jack selalu muncul dalam beberapa tahun selama Ramadhan hingga tahun lalu, karena Bang Jack adalah nama tokoh dalam sinetron "Para Pencari Tuhan", produksi PT Demigisela milik Deddy Mizwar yang ditayangkan SCTV.

Terlepas dari kontroversi kiprah Deddy Mizwar yang memerankan dua tokoh penting sekaligus -- sebagai Wagub Jabar dalam keseharian dan menjadi tokoh Bang Jack di sinetron -- nama Deddy Mizwar tetap eksis sampai saat ini.

Setelah menyelesaikan jabatannya sebagai Wagub Jabar mendampingi Ahmad Heryawan, Deddy "Bang Jack" Mizwar kembali mencalonkan diri sebagai Cagub Jabar berdampingan dengan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Namun pasangan itu kalah. Ridwan Kamil dan pasangannya terpilih sebagai Pemimpin Jabar periode ..

Meski pun gagal dalam Pilkada Jabar, Bang Jack tetap main di dua tempat: dunia film dan politik. Kabar terbaru Bang Jack dipinang menjadi pengisi juru bicara pasangan bakal calon presiden Jokowi - Ma'ruf Amin (MA) di pemilihan presiden 2019. Itu diakui olehnya.

Di sinilah kehebohan muncul, karena Partai Demokrat mengklaim Deddy Mizwar adalah kader partai berlambang mercy tersebut. Menjadi heboh karena Partai Demokrat adalah pendukung pasangan Prabowo - Sandi dalam Pilpres 2019 mendatang.

Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan partainya meminta Deddy Mizwar segera mundur dari Demokrat jika memilih menjadi tim sukses pasangan calon Jokowi - MA di pemilihan presiden 2019

Deddy Mizwar sendiri berharap Partai Demokrat menghargai  sikap politiknya mendukung pasangan Joko Widodo - MA pada Pemilihan Presiden 2019. Tawaran menjadi juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) juga sudah diterima.

Keputusan Deddy Mizwar menjadi Jubir TKN Jokowi - MA memang mengagetkan. Sejak terjun menjadi politisi, Deddy Mizwar sama sekali tidak dekat dengan Jokowi dan partai kepala banteng.

Ketika mendampingi Ahmad Heryawan dalam Pilkada Jabar tahun 2014 lalu, Deddy sangat dekat dengan PKS. Kemudian ketika mencalonkan sebagai Wagub tahun 2019, dia didukung oleh Partai Demokrat. Kalau sekarang mendukung Jokowi dan KH Ma'ruf Amin, pasti ada suatu transformasi sikap dan berpikir yang luar biasa pada diri Bang Jack.

Deddy "Bang Jack" Mizwar seperti kuda catur, langkahnya bisa ke mana saja, melompat-lompat. Bagi yang tidak cermat mengamati, pasti akan terkajut-kejut. Namun bagi pecatur hebat, langkah kuda masih bisa ditebak, bahkan hingga tiga langkah ke depan.

Bisa jadi keputusannya sudah dipikirkan masak-masak, menimbang untung-rugi. Seperti tokoh Bang Jack, penjaga mushala yang diperankannya dalam sinetron "Para Pencari Tuhan", dia menunjukkan sebagai tokoh yang naif tapi keras kepala, namun tahu untung dan ruginya dalam mengambil keputusan.

Keputusannya bisa jadi tidak bisa dilepaskan dengan konstelasi politik yang terjadi di Pilkada Jabar, beberapa waktu lalu. Deddy Mizwar yang pada Pilkada sebelumnya didukung PKS, kemarin ditinggal PKS, karena PKS mendukung pasangan Sudrajat -Ahmad Saikhu yang juga kalah. Dengan demikian, tak mungkin Deddy Mizwar bergandengan tangan lagi dengan PKS yang mendukung Prabowo - Sandi.

Mendukung Jokowi - KH Ma'ruf Amin berarti melawan Partai Demokrat, karena PD mendukung Prabowo - Sandi. Itupun bisa jadi sudah dipikirkan masak-masak oleh Bang Jack. Dalam politik tidak ada sahabat abadi, juga tidak ada musuh abadi. Yang ada adalah kepentingan abadi.

Bagi Bang Jack, PD memang telah mendukungnya dalam Pilkada Jabar 2018, tetapi untuk karier politik ke depan, PD tidak menjanjikan. Selama ini konsentrasi PD adalah bagaimana mengusung Agus Harimurti Yudohoyono (AHY). Seolah tidak ada kepentingan lebih besar dalam PD selain membawa AHY menjadi pemimpin di negeri ini, baik Pemimpin Daerah maupun Pemimpin Nasional.

Begitu besar ambisi SBY untuk mencarikan kursi bagi AHY, sehingga semua kader harus bekerja keras, dan banyak kepentingan lain terabaikan. Dukungan terhadap kader yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah, tidak sebesar yang diberikan kepada AHY. Bisa dimaklumi,  karena AHY adalah anak Ketua Umum PD, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Meskipun AHY (Partai Demokrat) telah gagal dalam Pilkada DKI tahun 2017 lalu, PD (SBY) tidak patah semangat. AHY coba dibawa ke panggung nasional, dan diharapkan pada tahun 2019 ini sudah berada di barisan calon Presiden / Wapres.

Safari dilakukan oleh SBY. Ia mencoba melakukan penjajakan ke Jokowi, tetapi respon Jokowi dan partai pendukungnya, dingin. SBY lalu melakukan lobi intensif dengan Prabowo, seraya menyodorkan AHY sebagai calon pendamping Prabowo.

Namun tidak mudah bagi Prabowo untuk memutuskan, karena pada saat bersamaan dua partai pendukungnya, PAN dan PKS, menginginkan kader-kader mereka menjadi pendamping Prabowo. Keinginan itu juga diiringi desakan dan ancaman. Belum lagi Ijtimak Ulama yang meminta Prabowo menggandeng ulama menjadi pendampingnya, dengan menyebut Ustad Abdul Somad (UAS) atau Segaf Al Juffri sebagai calonnya.

Tanpa diduga, Prabowo malah memilih kadernya sendiri, Sandiaga Uno, yang sedang menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI, menjadi Capresnya.

Pilihan Prabowo karuan membuat PD (SBY) gundah. Sehingga salah seorang kader PD, Andi Arief, menyebut Prabowo sebagai Jenderal Kardus, dan menuding ada  mahar sebesar Rp. 1 trilyun untuk PAN dan PKS, masing-masing dapat Rp 500 miliar.

PD sempat mutung. Tapi karena ada peraturan KPU, partai politik harus mendukung salah satu calon dalam Pilpres 2019 mendatang, PD dengan sangat terpaksa mendukung Prabowo -Sandi. Keputusan itu menyakitkan, tapi gengsinya masih ada sedikit ketimbang mendukung Jokowi - MA.

Kegamangan PD membuat partai yang pernah berkuasa selama 10 tahun itu tiba-tiba terlihat paria. Banyak kader yang merasa PD sudah kehilangan tajinya sebagai partai politik, sehingga mereka merasa tidak punya harapan berada dalam partai tersebut.

Di situlah Deddy "Bang Jack" Mizwar harus mengambil keputusan cepat, demi masa depan kariernya di dunia politik. Kesempatan itu datang dengan adanya tawaran dari Tim Pemenangan Jokowi - MA. Harus disambar.

Hitung-hitungannya, jika tetap berada di barisan Partai Demokrat, belum tentu dia dapat apa-apa andaikata pasangan Prabowo - Sandi menang dalam Pilpres 2019 mendatang. Kalau pun ada jatah untuk PD sebagai partai pendukung, Bang Jack mungkin berada di urutan yang jauh sebagai penerima jatah, seperti urut-urutan penerima warisan.

Yang pertama jelas AHY, kemudian pengurus partai atau kader yang loyal. Sedangkan Bang Jack hanya kader suam-suam kuku, peluangnya sangat tipis. Jauh jaraknya.

Jika Jokowi - MA menang, kemungkinan ada peluang untuk mendapat potongan kue. Entah sebagai apa, tetapi jerih payahnya dalam Pilpres tentu akan diperhitungkan, mengingat sebagai Juru Kampanye namanya akan tetap populer baik di kubu pasangan Jokowi - MA, maupun di mata masyarakat pendukung Jokowi - MA.

Jokowi adalah seorang yang sangat menghargai insan kreatif. Kepala Bekraf Triawan Munaf adalah seorang kreator pendukung Jokowi dalam Pilpres 2014, yang mendapat jabatan penting. Siapa tahu, dengar latar belakangnya sebagai aktor, produser, tokoh perfilman, akan diperhitungkan bila Jokowi - MA menang Pilpres 2019 mendatang,

Saat ini tidak hanya Deddy  Mizwar, kader PD yang  mendukung Jokowi - MA. Sebelumnya sudah ada Gubernur Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, kemudian mantan Gubernur Jatim Soekarwo, dan banyak lagi yang punya keinginan sama. 

Demokrat, sudah tidak menjanjikan sebagai partai. Apalagi citra santun yang dulu jadi jargon SBY mulai terkikis dengan kenyinyiran kader-kadernya seperi Ferdinand Hutahaean, Roy Suryo, Andi Arief, dan bahkan kadang SBY sendiri. 

Di balik kenaifannya berpolitik Deddy "Bang Jack" Mizwar memiliki kalkulasi yang hebat. Inilah politik. Prinsipnya, mendukung siapa, dapat apa! Jika ia bertahan di Demokrat, bukan hanya tidak dapat apa-apa, citranya juga akan semakin tergerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun