Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kedatangan Aa Gatot Brajamusti di Parfi Bukan Keinginan Yenni Rahman!

25 Agustus 2016   12:27 Diperbarui: 26 Agustus 2016   09:17 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota Parfi yang terdiri dari Kamel Marvin, Abi Bambang Irawan, Soultan Ssaladin, Pong Hardjatmo, Debby Cinthya Dewi, Darti Manulang, Lela Anggraeni dll melakukan ziarah ke makam pendiri Parfi Suryosumanto, di TPU Karet Bivak Jakarta, 28 Juli 2016 lalu. (Foto: Herman Wijaya)

Kedatangan Aa Gatot Brajamusti ke Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia) lima tahun lalu hingga kemudian terpilih menjadi Ketua Umum (Ketum) Parfi untuk periode 2011 - 2016, bukanlah atas kehendak Yenni Rahman, melainkan atas inisiatif beberapa anggota Parfi. Waktu itu, tahun 2010 Yenni Rahman menjabat sebagai Ketum Parfi.

Hal itu disampaikan oleh anggota Parfi Kamel Marvin, ketika ditemui dalam acara memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-71 di rumah makan Pondok Nelayan Jakarta, Sabtu (20/8/2016). Kamel Marvin menjelaskan kronologis kehadiran Aa Gatot Brajamusti ke Parfi hingga menduduki kursi Ketum.

Kamel Marvin merasa perlu menjelaskan, karena menjelang Kongres Parfi yang akan diadakan di Lombok dalam waktu dekat ini, eksistensi Aa Gatot Brajamusti sebagai Ketua Umum Parfi kembali digugat oleh sebagian anggota.

Dalam pertemuan di rumah makan Pondok Nelayan yang dihadiri oleh artis Marcella Zalianti, Adrina Rasti, beberapa artis senior seperti Mark Sungkar, Rima Melati, Mieke Wijaya, Ida Leman, Adam Jordan, Debby Cinthia Dewi dan lain-lain, beberapa peserta pertemuan dengan tegas menyatakan ingin merebut Parfi kembali.   

Penjelasan Kamel Marvin sekaligus membantah pernyataan anggota Parfi Firman Nurjaya, yang dikenal sebagai pendukung Aa Gatot Brajamusti, yang ditulis di  tabloid Bintang Film edisi Agustus 2016 lalu.  

“Jadi versi yang sebenarnya begini,” Kamel membuka pembicaraan. “Saya sebagai umat beragama kan tidak boleh membalikan fakta. Harus berbicara berdasarkan kebenaran. Katakanlah yang benar kalau memang itu benar.”

Menurutnya, sejumlah anggota Parfi yang terdiri dari Yana Achbari CS: Yana, Atin Martino, Firman Nurjaya, Thamrin Lubis dan Sandra Naholo meminta kepada Yenni Rahman untuk menjadi Panitia Pelaksana Kongres Parfi.

Yenni Rahman menolak karena tidak yakin kelompok ini bisa melaksanakan kongres.

Sepulang dari Batam, ketika main ke kantor Parfi di Gedung PPHUI Kuningan, Kamel dimintai tolong oleh Atin Martino Cs supaya mendorong Yenni Rahman membuatkan SK Panpel Kongres untuk mereka, karena mereka mengaku sudah menyiapkan uang Rp. 2 milyar untuk melaksanakan Kongres.

“Nah kalau sudah ada uang 2 milyar, kenapa Yenni enggak ngasih? Makanya saya ketemu Yenni waktu itu menanyakan kenapa tidak dikasih SK? Kata Yenni enggak yakin dan sebagainya. Aku bilang sudah ada kok duitnya,” kata Kamel.

Setelah itu Kamel mengundang kelompok Atin Martino Cs untuk menemui Yenni Rahman di rumahnya, di Jalan Surabaya, Jakarta.  Setelah bertemu akhirnya Yenni Rahman bersedia membuat SK Pelaksana Kongres untuk mereka.

“Beberapa hari kemudian kelompok itu kembali mengajak saya ketemu di ruang PWI, lantai 4 Gedung PPHUI. Di situ mereka mengatakan ada nama Gatot Brajamusti yang punya uang.  Aku sempat kaget ketika. Oke sepanjang (akan jadi) Panpel aku akan perjuangkan, aku bantu,” tutur Kamel.

Kamel kembali menemui Yenni Rahman di kantor Parfi. Sedangkan kelompok Atin Martino Cs menunggu di kantor PWI, yang berada satu lantai di Gedung PPHUI. “SK belum ada waktu itu, tapi informasi sudah ada, tinggal teken. Maka berubah lagi isi SKnya,” tambah Kamel. Waktu itu ada Yattie Octavia di ruang Yenni di kantor Parfi Kuningan.

Kamel menjelaskan kepada Yenni Rahman, bawah yang ingin jadi Panpel itu Aa Gatot Brajamusti, bukan Atin Martino Cs. Mendengar nama itu Yenni Rahman tidak  mau. Yenni tidak bersedia membuatkan SK Panpel untuk Aa Gatot Brajamusti.

“Aku sempat bertengkar dengan Yenni disaksikan Yattie Octavia. Aku bilang, sekarang begini: lu ada duit enggak buat ngelaksanain kongres? Lu Yattie ada duit enggak? Kalau ada yang punya duit kenapa diributin?”

“Akhirnya Yenni bilang oke, tapi nanti bagaimana kalau banyak protes. Aku bilang akan aku hadapi kalau cuma protes, asal untuk Panpel. Akhirnya Yenni setuju.”

Setelah itu Kamel Marvin menyampaikan kepada Atin Martino Cs, mengatakan bahwa Yenni mau Gatot Brajamusti jadi Panpel.

“Setelah itu mereka minta ketemu lagi, katanya Aa Gatot Brajamusti mau jadi ketua, dan aku dijanjiin jadi Sekjen. Aku bilang enggak mau. Dari awal aku bilang enggak mau. Tapi dalam hati aku merasa dibohongin oleh mereka. Diam-diam aku akan berjuang di luar untuk menggagalkan kongres ini, karena kelihatanya udah mulai tidak sehat jalannya.”

Kamel lalu menemui Yenni Rahman untuk mencabut kembali SK pengangkatan Panpel itu. Yenni masih tidak perduli. Yenni tidak menggubrik permintaan Kamel Marvin. Baru beberapa hari menjelang kongres Yenni menyatakan ingin mengklarifikasi dulu soal keanggotaan Gatot Brajamusti. Tapi sudah terlambat.

Yenni bersedia kongres dilaksanakan, dan dia akan minta pertimbangan Ketua DPO (Dewan Pertimbangan Organisasi) Deddy Mizwar. Diundanglah Deddy Mizwar untuk dimintai pendapatnya, ternyata Deddy Mizwar tidak setuju dengan pencabutan SK Panpel itu. Alasan Deddy ketika itu, Parfi kan sudah bisa berantem dan lain sebagainya.

“Jujur aku katakan, Deddy Mizwar harus bertanggungjawab. Dialah yang mendorong munculnya Gatot Brajamusti di Kongres Parfi. Seharusnya sebagai aktor senior, orang yang mapan, dia ikut menciptakan cooling down. Dia lihat dulu ke belakang dan memikirkan apa yang akan terjadi di depan,” tandas Kamel.

Meski pun waktu itu SK yang dibuat untuk Gatot Brajamusti sebagai Ketua Panpel, tetapi sudah ada isyu-isyu untuk menaikan dia menjadi Ketua Umum. Terjadilah manipulasi data. Siapa yang bermain di situ aku enggak ngerti. Yang jelas orang yang duduk dalam kepengurusan Parfi di bawah Yenni Rahman.

“Selama ini aku diam. Satu patah kata pun aku tidak pernah menjelekan Gatot Brajamusti. Barangkali saja dia bisa melakukan perubahan di organisasi, tapi tidak merubah roh atau landasan organisasi. Kenapa itu terjadi? Karena orang-orang di sekitar Gatot Brajamusti itu sudah mulai memelintir organisasi. Sebetulnya jujur aja, Gatot Brajamusti itu hanya korban. Tapi dibilang korban dia menikmati,” jelas Kamel.

Penjelasan Kamel Marvin bertolak belakang dengan penuturan anggota Parfi Firman Nurjaya, sebagaimana ditulis di tabloid Bintang Film edisi Agustus 2016.

Penuturan Firman Nurjaya: Di penghujung kepengurusan Yenni Rahman, saya diundang oleh Mbak Yenny dan Sekjennya saat itu Ade Muftin untuk membantu persiapan kongres XIV PARFI.  Dalam pertemuan di kantor PB PARFI saat itu selain kedua pejabat teras Parfi tersebut hadir pula Adi Surya Abdy, Yati Oktavia, Adis Adelia, Aspar Patturusi dan Deddy Mizwar, karena  baru saja selesai Rapat Pengurus Besar Parfi dan Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Parfi. 

Setelah pengurus DPO meninggalkan tempat, dan atas arahan ibu Ketua Umum Parfi, saya sebagai anggota diminta untuk membantu mencari figur ketua pelaksana kongres tersebut.  Lalu Ketum meminta Adi Surya Abdy mencatat nama-nama yang jumlahnya mencapai 27 nama, di antaranya ada nama Marcella Zalianty, Olivia Zalianty, Lidya Kandao, Yessy Gusman, Ruhut Sitompul, Jamal Mirdad, Ikang Fawzi, Luna Maya, Julia Perez  dan lain-lain yang merupakan usulan dari ibu Ketum, Thamrin Lubis, Kamel Marvin, Atin Martino, yang merupakan anggota Parfi.   

Dengan berjalannya waktu dari nama-nama yang dicalonkan tersebut tidak satupun yang berhasil.  Menghadapi situasi yang demikian, saya dipanggil kembali oleh Ketum di kediaman jalan Surabaya Jakpus.  Waktu itu saya datang bersama Sandra Naholo.  Ibu Ketum meminta untuk mecari calon Ketua Panitia Pelaksana dari salah satu Anggota Biasa Parfi.     

Kemudian saya menemui Aa Gatot Brajamusti di kediamannya.  Semula Aa Gatot tidak bersedia. Malahan menyarankan agar yang senior saja yaitu Dedy Mizwar atau Slamet Raharjo.  Namun saya tetap meyakinkan Aa Gatot yang waktu itu akan bepergian ke luar negeri, Australia.   Saya mengingatkan bahwa bagaimanapun Aa Gatot adalah Anggota Parfi dengan status Anggota Biasa sejak kepengurusan Eva Rosdiana Dewi dan Soultan Saladin.  Dia lalu bersedia mempertimbangkan permintaan saya.

Sepulang Aa Gatot dari Australia, saya meyakinkan kembali dan akhirnya Aa Gatot bersedia.  Esoknya saya melaporkan kesediaan Aa Gatot sebagai ketua Panpel Kongres kepada ibu Ketum di Ruang Kerja Ketum.  Awalnya ibu Ketum tidak percaya atas kesediaan Aa Gatot, namun setelah setelah disampaikan langsung melalui hp saya, barulah Ibu Ketum merasa senang dan berterima kasih atas kesediaan Aa Gatot.  Berikutnya ibu Ketum dan Aa menjadwalkan pertemuan di Ari Suta Center. 

Dalam pertemuan itu ikut hadir Adi Surya Abdy, Yati Oktavia dan anaknya.  Mereka melakukan pertemuan dan pembicaraan di salah satu ruangan, sementara saya tidak mengikuti pertemuan karena menemani bapak Dr. Ari Sute di ruang lain.  Setelah pertemuan selama kurang lebih satu jam, sambil berjalan ke arah mobil, ibu Yenny menyampaikan agar Aa Gatot mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Parfi seperti yang dilakukannya (Yenny Rahman) saat menjadi ketua panpel Kongres XIII Parfi.  Aa Gatot hanya tersenyum menanggapi saran Ketum. 

Sepulang Ketum dan rombongan, saya mendorong Aa Gatot menyetujui saran ibu Ketum.  Saya bilang ke Aa, "Aa, fokus, bismillah, usholli, alhamdulillah".

Jadi betul bahwa saya ikut andil dalam pencalonan Aa Gatot Brajamusti sebagai Ketua Umum Parfi pada Kongres Parfi XIV untuk periode 2011-2016.

Setelah keluar SK pengangkatan sebagai Ketua Panpel, Aa Gatot mengadakan rapat.  Dalam rapat tersebut Aa meminta kepada seluruh panitia agar fokus bekerja karena waktu yang mendesak.  Seluruh panitia diminta untuk tidak perlu bingung mencari sponsor guna pendanaan kongres karena sudah disiapkan oleh Aa Gatot Brajamusti. Jadi seluruh biaya yang keluar sejak persiapan, pelaksanaan hingga selesainya Kongres adalah dari kantong Aa Gatot Brajamusti pribadi. (hermanwijaya61@gmail.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun