Mohon tunggu...
Rahmat Suatan
Rahmat Suatan Mohon Tunggu... lainnya -

bertualang,menulis dan memainkan musik adalah satu kesatuan dalam setiap gerakku,seperti angin yang membuat dedaunan dan ranting menari mungkin begitulah saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Geliat Atmaku di Telaga Asmara

13 November 2012   01:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarlah sedih

Biarlah kenangan

Biarlah Cinta

Biarlah semua tumpah di atas kertas yang basah karena air mata

Kekasih dari atma yang gundah

Mari belajar saling melupakan karena dengan demikian kasta cinta kita tetap pada tempatnya

Mari sejenak merenung tentang Idealisme yang selalu menjadi warna dalam kisah kita

Terlalu banyak warna di raga dan nalarku dan sudahlah karena itu tidak sejalan dengan idelismemu

Saya akan mencoba Mencukupkan kisah ini dan berhenti untuk berjalan di titian yang lain

Tentang kasta dan idealisme,akan saya ingat pada perjalanan berikutnya

Sampaikan salam damai hangatku pada mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun