Mohon tunggu...
Muhammad Dahlan
Muhammad Dahlan Mohon Tunggu... Petani -

I am just another guy with an average story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hilang

9 Maret 2017   22:08 Diperbarui: 11 Maret 2017   22:00 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kaupakailah untuk membeli permen telur cicak kesukaanmu,” selalu begitu katanya.

Akut ak tahu kenapa kakek Yunus selalu memberiku potongan harga. Mungkin karena aku berkawan karib dengan Mahmud. Aku hanya menduga saja.

Lelaki usia paruh baya yang rambutnya sebagian telah memutih dan selalu memakai peci ini telah menjadi tukang cukur sejak puluhan tahun lalu. Dari cerita yang sangat terkenal di desa kami yang pernah kudengar, dia pernah jadi tukang cukur tentara Jepang. Kakek Yunus bekerja mengurus beberapa keperluan tentara Jepang dan tenaga ahli perminyakan dalam pemasangan dan perawatan pipa minyak dari Tanjung menuju kilang penyulingan minyak di kota Balikpapan. Dia menjadi tukang masak, mencuci pakaian, menyiapkan air mandi, juru dayung perahu penyeberangan sampai mencukur rambut tentara Jepang.

Padasuatu senja yang malang, perahu yang dipakai kakek Yunus menyeberangkan tentara Jepang dan pekerja pemasangan pipa minyak yang baru pulang dari lokasi kerja tenggelam karena kelebihan muatan. Lusinan penumpang perahu tewas terseret derasnya arus Sungai Telake yang tengah banjir besar. Komandan tentaraJ epang sangat marah. Kakek Yunus ditangkap, disiksa dan diikat di pohon kelapa selama dua hari dua malam. Tidak diberi makan dan minum serta dibiarkan terpanggang panas matahari di siang hari dan menjadi santapan nyamuk dan gigitan dinginnya angin di malam hari. Beruntunglah kakek Yunus tidak dibunuh. Mungkin karena komandan Jepang berubah pikiran dengan menganggap kejadian itu merupakan kecelakaan murni atau atas pertimbangan jasa kakek Yunus kepada orang Jepang selama ini.

Sampai Jepang kalah perang, menyerah dan dipulangkan, mereka tidak pernah tahu bahwa sebenarnya kakek Yunus adalah seorang pejuang yang berhasil menyusup ke markas Jepang untuk memata-matai kekuatan dan rencana kegiatan mereka. Informasi yang didapat kakek Yunus dikirim ke teman-teman pejuang yang bergerilya di dalam hutan dan dipakai sebagai petunjuk dalam menyerang kepentingan Jepang.

Setelah perang selesai, teman-teman seperjuangan kakek Yunus pergi ke kota Balikpapan untuk bergabung menjadi tentara guna menghadapi Belanda yang datang ingin menjajah Indonesia lagi. Kakek Yunus tidak bisa ikut serta. Bekas hantaman popor senjata tentara Jepang di paha dan tulang kering kakinya membuat jalannya menjadi timpang. Derita cacat seumur hidup itu membuatnya tak mepunyai pilihan selain terus tetap tinggal di Long Kali menjadi petani dan tukang cukur.

Kakek Yunus tidak pernah terdaftar sebagai veteran perang yang berhak mendapat santunan uang pensiun setiap bulan dan diundang ke ibu kota kabupaten saat resepsi hari kemerdekaan. Pun tidak pernah mau menceritakan masa perjuangannya kepada siapapun jua. Termasuk kepada Mahmud dan aku.

“Jika kau ingin tahu tentang kisah heroik, kau bacalah buku pelajaran sejarah sekolahmu. Di sana terdapat kisah perjuangan kemerdekaan yang melahirkan banyak pahlawan. Merekalah pahlawan yang diakui negara,” begitu jawab kakek Yunus ketika aku memintanya bercerita, saat aku bercukur padanya.

Rupanya dia telah mengunci gudang yang berisi timbunan kenangan masa perjuangannya, lalu anak kuncinya dibuang sejauh mungkin.

“Ayo kita pulang,” ajak Mahmud memecah lamunanku yang masih terus mengedarkan pandangan dari satu arah ke arah lain di bawah sana.

“Tunggulah sebentar lagi. Belum surut benar lelahku serta belum puas mataku menyaksikan pemandangan di bawah sana.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun