BRAND ADALAH JANJI, REPUTASI ADALAH KENYATAAN
Suatu saat ketika memberi kuliah tentang Corporate Branding & Reputation, seorang mahasiswa saya mengajukan pertanyaan cantik, "Bu, bagaimana membedakan barang (maksudnya merek, red) asli dan palsu?"
Lalu saya bertanya balik kepadanya, "kalau tiba-tiba di jalan kamu kehujanan dan tidak membawa payung, apa yang kamu lakukan?"
Dia jawab lagi, "biasanya tas yang saya tenteng buat nutup kepala, bu."
Pertanyaan berikut, "Apakah jika tas yang kamu bawa itu harganya puluhan juta, masih rela buat tutup kepalamu?" ..."ha..ha...gak lah, mending rambut saya kuyup daripada tas mahal saya kena air," jawabnya.
Ada saja orang yang rela kakinya lecet hanya untuk menggunakan sepasang sepatu ber-merk meski ukurannya terlalu kecil atau bahkan sedikit kebesaran.Â
Seorang kawan pernah menenteng sepatunya dan berjalan tanpa sepatu, hanya karena jalanannya berbatu, tidak rata. Katanya, sayang sepatunya mahal dan sudah tidak keluar lagi model seperti itu.Â
Tak sedikit pula orang mengeluarkan sekian puluh juta bahkan ratusan juta hanya untuk memiliki sebuah produk branded. Menyedihkan lagi jika untuk memiliki produk tersebut harus meminjam uang atau membayar dengan kartu kredit.
Sebegitu bernilainya sehingga barang-barang branded berlabel internasional ini tetap memiliki nilai tinggi meski dalam kondisi bekas pakai (second).
Seorang kerabat asal Indonesia yang berdomisili di luar negeri pernah menitipkan kepada saya untuk dibelikan sebuah tas yang model dan warnanya sangat mirip dengan tas branded ternama keluaran Perancis.