Kepemimpinan bukan hanya kemampuan manajerial dan memengaruhi orang lain, tetapi keberanian untuk meluruskan yang tidak selaras, mencerahkan dimana ada kekaburan. (Mathilda AMW Birowo)
Sebuah kutipan indah dari  Emily's List Australia,  When Women Support Women, Women Win! Bagi saya ini memiliki makna dalam sekaligus pertanyaan untuk diri sendiri: apakah kita antar perempuan mampu saling mendukung, kompak dan bekerjasama? Tulisan ini merupakan rangkaian dari beberapa seri tulisan saya berkaitan dengan hasil penelitian yang saya lakukan di kuartal pertama 2021 tentang Kepemimpinan Perempuan. Meski demikian proses penelitian telah mulai dilakukan pada akhir 2018 dan merupakan penelitian  Deskriptif Kesinambungan dan Partisipatori. Metode deskriptif berkesinambungan atau Continuity Ddescriptive Research merupakan kerja meneliti yang dilakukan secara terus menerus atas suatu objek penelitian agar diperoleh pengetahuan menyeluruh mengenai masalah, fenomena, dan kekuatan-kekuatan sosial. Sedangkan Praticipatory Action Research, adalah metode riset yang bersifat dari atas ke bawah (bottom-up) dimana peneliti berusaha untuk memberikan dorongan serta mendukung masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan keseharian.
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan pengalaman saya berkunjung dan berinteraksi dengan beberapa tokoh perempuan serta pemimpin organisasi perempuan di Australia, berpusat di Queen Victoria Women's Centre (QVWC), Melbourne. Meski dikenal sebagai negara yang multikultur dengan praktik diversity sangat nampak, namun  Australia masih bejuang mengatasi yang namanya isu-isu diskriminasi, kekerasan berbasis gender, kemiskinan dan marginalisasi kaum migran. Di pihak lain, inisiatif tinggi dari kelompok-kelompok masyarakat dalam menanggapi persoalan-persoalan itu telah memberi andil dalam perubahan-perubahan penting.
QVWC adalah pusat dimana para perempuan bekerja membangun komunitas keahlian yang bertujuan mempromosikan perempuan dalam berpartisipasi di dunia ekonomi. Sebelumnya, Queen Victoria Women's Centre adalah sebuah rumah sakit wanita, yang dibangun dari penggalangan dana. Ada 7 organisasi perempuan berkantor di gedung ini. Masing-masing dijalankan oleh perempuan untuk perempuan. Setiap organisasi memiliki tujuan dan pendekatan yang berbeda. Aspek-aspek yang menjadi fokus dari organisasi-organisasi tersebut diantaranya adalah:
* Kesehatan, termasuk lembaga Kanker. Mereka menyediakan pelayanan untuk  penderita dan hal-hal terkait dengan penyakit kanker
* Kekerasan seksual. Di sini disediakan pelayanan seperti advokasi dan pendidikan masyarakat yang mengalami kekerasan seksual maupun cara mengantisipasinya
* Dewan ibu tunggal dan anak-anaknya.
Pusat kegiatan ini  juga membantu wanita dalam pemberdayaan ekonomi, tidak hanya dalam mendapatkan pekerjaan, tetapi juga membantu kaum perempuan menambah kepercayaan diri, meningkatkan kesehatan, dan juga menyediakan dukungan fisik dalam proses wawancara atau bekerja. Karenanya, perubahan kerap terjadi saat pelayanan berlangsung.
Organisasi-organisasi semacam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ini melakukan kolaborasi dan advokasi kesehatan dan keuangan bagi perempuan. Dalam melaksanakan operasinya ini, organisasi-organisasi banyak dibantu para relawan (volunteers). Â Para relawan yang disebut volunteers ini dipersiapkan secara matang untuk dapat melaksanakan karya palayanannya dengan professional dan memiliki rasa empati. Australia memiliki standar pedoman dalam volunteer involvement. Keterlibatan sukarela adalah bagian penting dari masyarakat Australia. Â Hal ini merupakan kontribusi masyarakat sipil dan partisipasi aktif dalam membangun komunitas yang kuat, inklusif, dan tangguh. Ini menjadi dasar bagi inovasi dan perubahan sosial, dalam hal menanggapi kebutuhan masyarakat dan tantangan masyarakat, serta menyatukan kekuatan dan aset masyarakat setempat. Praktik volunteer involvement juga mengacu pada salah satu aspek dalam The Servant Leadership yang menurut Robert K. Â Greenleaf adalah kepemimpinan yang berawal dari perasaan bahwa seseorang ingin melayani pertama kali. Â Â Â
Fitted for Work dan the Conscious Closet - membantu perempuan yang kurang beruntung untuk mendapat pekerjaan yang berarti dan bagaimana mempertahankan pekerjaan yang diperolehnya.  Organisasi ini mendampingi para perempuan  untuk siap bekerja baik secara mental maupun fisik serta memberi mereka keterampilan praktis yang diperlukan guna mengisi posisi yang tersedia dalam angkatan kerja. Pendekatannya melalui keterlibatan dalam pembinaan dan pendampingan, memastikan mereka merasa mampu untuk  bekerja.  Para perempuan yang memerlukan pekerjaan ini dibantu untuk mengatasi kondisi mereka agar dapat  bergerak maju dengan berani. Sekitar 60% dari para perempuan yang didampingi berhasil mendapatkan pekerjaan.  Fitted for Work juga bekerjasama dengan beberapa perusahaan untuk menyalurkan tenaga kerja perempuan. Hingga saat itu sudah lebih dari 40 ribu perempuan yang berhasil difasilitasi mendapatkan pekerjaan. Mereka sudah berdaya dan membuat perubahan pada keluarga dan juga untuk masyarakat pada umumnya.
Kelompok perempuan yang mengembangkan program ini memiliki keyakinan kuat bahwa ketika perempuan mendapatkan pekerjaan, hidup mereka akan lebih layak.  Mereka harus memiliki harapan, rasa percaya diri, dan rasa aman dengan pekerjaan, sehingga memberi perubahan pada keluarga dan juga pada masyarakat secara keseluruhan. Pendampingan yang juga merupakan praktek komunikasi mentoring ini dilakukan secara khusus guna mempersiapkan perempuan baik fisik dan mental, serta membekali perempuan dengan keterampilan praktis yang mereka perlukan untuk memperoleh lowongan pekerjaan, seperti belajar merias wajah, berbicara dan menghadapi wawancara kerja, hingga memilih busana dan aksesoris yang tepat. Bahkan kepada mereka dikenakan rias wajah gratis agar merasa percaya diri, karena sebagian besar para perempuan yang datang ke program ini adalah mereka yang pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidup dan membuat mereka kehilangan  rasa percaya diri.
Fitted for Work juga menggalang dana melalui penjualan pakaian, sepatu, tas, asesories dari berbagai merek terkenal dan masih sangat layak pakai. Pakaian beserta perlengkapannya mereka peroleh dari para donatur yang kemudian dikelola oleh sebuah program sosial enterprise yaitu Conscious Closet. Dari sinilah barang-barang sumbangan tersebut disalurkan untuk para perempuan pencari kerja secara gratis dan juga dijual untuk umum. Uang hasil penjualan digunakan kembali untuk membiayai program. Perempuan yang dibantu tidak hanya yang berusia produktif, tetapi juga mereka yang sudah lanjut usia seperti pensiunan atau yang di PHK, para pengungsi dan imigran dengan berbagai latar belakang.
Conscious Closet adalah usaha di bawah Fitted for Work yang bergerak di bidang sosial enterprise. Di sini mereka menyediakan serangkaian busana wanita daur ulang termasuk pakaian yang berlabel dari para disainer ternama maupun kebutuhan wanita yang kontemporer, sepatu dan asesoris. Organisasi ini menangani para perempuan yang telah dipersiapkan untuk bekerja oleh Fitted for Work. Targetnya adalah mereka yang masih produktif dan membutuhkan penghasilan dikarenakan janda, single parent, terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau perempuan yang tersisih.Â
Emily's List Australia adalah jaringan dukungan politik, keuangan, dan pribadi untuk perempuan Partai Buruh Australia (Australian Labor Party) progresif yang tertarik mencalonkan diri untuk jabatan publik. Para calon ini harus berkomitmen bagi kesetaraan, pengasuhan anak, upah yang sama dan keragaman. Â Emily's List bertujuan untuk meningkatkan jumlah anggota parlemen perempuan di negara bagian, teritori, dan federal semata-mata untuk memastikan Australia terus bergerak menuju kesetaraan gender di parlemen.
Salah seorang aktivis,  Hiba Casablanca yang adalah Public Relations dari EMILY's List menjelaskan bagaimana  EMILY's List mendukung kandidat wanita dari Partai Buruh Australia untuk mendapatkan kursi di Parlemen. Mereka membekali para kandidat agar dapat menguasai berbagai topik, seperti pengasuhan anak, keberagaman termasuk, dan juga menyediakan program mentoring formal dalam partisipasi politik. Selain itu, mereka memainkan peran dalam membawa perubahan untuk partisipasi politik wanita, serta menyediakan dukungan dana untuk para kandidat. Apa yang diterapkan dalam organisasi ini, menunjukkan pembumian dari teori Servant Leadership yang menurut Dirk van Dierendonck and Kathleen Patterson, para pemimpin saat ini akan perlu meluangkan banyak waktu guna membimbing dan mengembangkan pemimpin lain dalam hal ini di bidang politik.
Saat ini di Melbourne, Victoria, telah memiliki keterwakilan perempuan di parlemen. Ada dua partai yang mendominasi di Victoria yaitu Partai Buruh dan Partai Liberal. Kedua partai ini merupakan partai yang saling berseberangan. Untuk kuota perempuan itu sendiri partai liberal telah berusaha memenuhi kuota yang ditentukan bagi kaum perempuan. Hingga saat ini partai liberal  berusaha memenuhi 40% kuota perempuan. Isu kuota perempuan ini baru berkembang di tahun 2018. EMILY's List Australia adalah komunitas perempuan yang berusaha untuk membantu dan mencari jalan keluar agar para perempuan memiliki peluang untuk duduk di kursi parlemen. Bisa dikatakan bahwa komunitas ini adalah satu-satunya komunitas perempuan dimana para perempuan itu sendiri melepaskan kepentingan dari partainya dan bersama-sama mewujudkan peluang untuk memenuhi keterwakilan perempuan di parlemen.Â
The Multicultural Centre for Women's Health (MCWH) -  adalah organisasi berbasis komunitas yang dipimpin oleh dan untuk perempuan  dari latar belakang imigran dan pengungsi. MCWH berkomitmen untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan perempuan imigran dan pengungsi melalui kepemimpinan, advokasi, pendidikan multibahasa, aksi sosial, serta penelitian dan pengembangan kapasitas. Di sini dapat kita lihat kepemimpinan perempuan dalam apa yang mereka sebut sebagai PACE -- Participation, Advocate, Communicate, Engage. Di lembaga ini peserta belajar mengenai penanganan kesehatan imigran di Australia. Regina Quaizon, Eksekutif Direktur MCWH menjelaskan bidang yang ditangani antara lain keluarga berencana, sunat perempuan, dan kesehatan reproduksi. Saat kunjungan berlangsung di akhir 2018, MCWH baru saja merayakan hari jadi yang ke-40 tahun.
Regina mengakui, keberagaman memang baik untuk mengawali tetapi ketidaksetaraan dalam relasi tidak menjadi subtansi isu keberagaman. Interseksionalitas membantu dalam mengurai isu ketidaksetaraan. Tahapan pendekatan interseksionalitas menurut MCWH adalah transformasi sistem dan struktur, menantang hirarki ras dan gender, menciptakan citra baru, menulis kembali wacana yang dominan, membuat pusat suara perempuan imigran dan pengungsi, serta membangun kepemimpinan perempuan imigran dan pengungsi. Bagi MCWH yang perlu diperbaiki adalah mulai dari tingkat individual, tingkat  organisasi hingga level struktur. Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian guna mendukung perbaikan yang dilakukan.  Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Srilatha Batliwala & Michel Friedman tentang Teori Feminis bahwa feminis tidak lagi mencari persamaan antara kedua jenis kelamin tetapi transformasi yang lebih mendalam yang menerima banyak identitas gender dan menciptakan kesetaraan gender dalam hal yang sama sekali baru dalam tatanan sosial.
The Women's Information Referral Service (WIRE) - Layanan Rujukan Informasi Perempuan adalah satu-satunya layanan rujukan & informasi rahasia dan gratis di seluruh negara bagian untuk perempuan Victoria. Organisasi ini menawarkan berbagai program pelatihan khusus gender, sambil melakukan penelitian dan advokasi untuk masalah-masalah perempuan, seperti keamanan ekonomi dan literasi keuangan, keseimbangan kehidupan kerja dan kekerasan terhadap perempuan. Organisasi, yang dijalankan untuk dan oleh perempuan, bertujuan guna  melibatkan semua perempuan dari berbagai latar belakang.
WIRE yang didirikan pada 1994, awalnya berfokus pada menyediakan pelayanan untuk perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Akan tetapi  karena saat ini telah semakin banyak pelayanan untuk masalah tersebut, maka WIRE berganti fokus. Slogan WIRE yakni "Semua perempuan, semua isu" menjelaskan bahwa interseksionalitas sangat penting karena keberagaman isu yang WIRE tangani. Masalah yang digarap saat ini antara lain perempuan tuna wisma dan pengangguran.
Tuna wisma terkadang memiliki korelasi dengan kekerasan. WIRE menyediakan tempat yang aman dan ramah di mana perempuan dapat merasakan memiliki nilai dan dihargai. Mereka berkomitmen menyediakan pelayanan dalam keberagaman interseksi, transgender dan diverse-friendly. Rumah sakit telah menawarkan tempat yang aman untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan praktis dan emosional dalam masalah apa pun.  Namun, Julia Kun, CEO WIRE, mengatakan masih banyak perempuan tuna wisma yang datang ke WIRE dan mengadukan persoalannya.
Julia Kun juga menjelaskan tentang bagaimana WIRE bekerjasama dengan pemerintah dalam menangani kasus KDRT di Victoria. Sayangnya belum ada peraturan untuk penanganan kasus KDRT di Victoria. Selain mendampingi kasus-kasus KDRT, WIRE juga melakukan program pelatihan, diantaranya melek finansial untuk perempuan. WIRE juga melakukan riset dan advokasi. Mereka memerlukan tim yang relatif  besar, maka dalam menjalankan kegiatannya, WIRE dibantu oleh sebanyak 75 relawan. Pendekatan interseksionalitas adalah langkah untuk memahami keberagaman, inklusi dan mendukung pluralism agama dalam proses kepemimpinan perempuan.Â
Bersambung -- dalam tulisan berikut (Bagian 2) kita akan melihat bagaimana kiprah organisasi-organisasi berbasis agama, orangtua tunggal dan keunikan lainnya di masyarakat Australia. Bagian 2 akan mengulas Organisasi Perempuan dan Media serta Politik dan pada Bagian 3 kita akan meninjau Kekuatan dan Tantangan Organisasi-Organisasi Perempuan di Indonesia.
Referensi Utama:
Bahan lainnya:
Birowo, Mathilda A.M.W. (2016). Â Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
__________ dan Indah Soekotjo (2015) Brand Yourself . Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dirk Van Dierendnock , Kathleen Patterson, 2010. Servant Leadership Developments in Theory and Research. Palgrave Macmillan.
Grundy, S dan Kemmis, S (1981). Educational Action Research in Australia: the state of the Art (an overview). Dalam the Action Research Reader. Geelong, Victoria, Deakin University
Amanda Sinclair: Â Seducing Leadership: Stories of Leadership Development. Journal Compilation. Backwell Publishing Ltd. 2009
Cathrine S and Gill Kirton: Having It All? Women in High Commitment Careers and Work--Life Balance in Norway. Gender Work and Organization vol 22 no. 4 July 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H