Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Empat dasawarsa menggeluti bidang Corporate Communication di Kompas Gramedia, Raja Garuda Mas Group dan Bank CIMB Niaga. Memiliki pengalaman khusus dalam menangani isu manajemen serta strategi komunikasi terkait dengan akuisisi dan merger. Sarjana Komunikasi UI dan Sastra Belanda ini memperoleh Master Komunikasi dari London School of Public Relations serta sertifikasi Managing Information dari Cambridge University. Setelah purnakarya, menjadi Konsultan Komunikasi di KOMINFO. Saat ini mengembangkan Anyes Bestari Komunika (ABK), dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia; Universitas Multimedia Nusantara; Trainer di Gramedia Academy dan KOMINFO Learning Center serta fasilitator untuk persiapan Membangun Rumah Tangga KAJ; Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik RI; Ketua Umum Alumni Katolik UI; Koordinator Sinergi Perempuan Indonesia (Kumpulan Organisasi Perempuan Lintas Iman dan Profesi). Memperoleh penghargaan Indonesian Wonder Woman 2014 dari Universitas Indonesia atas pengembangan Lab Minibanking (FISIP UI) dan Boursegame (MM FEB UI); Australia Awards Indonesia 2018 aspek Interfaith Women Leaders. Ia telah menulis 5 buku tentang komunikasi, kepemimpinan dan pengembangan diri terbitan Gramedia. Tergabung dalam Ikatan Alumni Lemhannas RI (PPRA LXIV/Ikal 64).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Perempuan Bersatu (Bagian Pertama)

24 Juli 2021   06:13 Diperbarui: 24 Juli 2021   07:12 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc by Pelita/Wire/Vic Women's Center

Kelompok perempuan yang mengembangkan program ini memiliki keyakinan kuat bahwa ketika perempuan mendapatkan pekerjaan, hidup mereka akan lebih layak.  Mereka harus memiliki harapan, rasa percaya diri, dan rasa aman dengan pekerjaan, sehingga memberi perubahan pada keluarga dan juga pada masyarakat secara keseluruhan. Pendampingan yang juga merupakan praktek komunikasi mentoring ini dilakukan secara khusus guna mempersiapkan perempuan baik fisik dan mental, serta membekali perempuan dengan keterampilan praktis yang mereka perlukan untuk memperoleh lowongan pekerjaan, seperti belajar merias wajah, berbicara dan menghadapi wawancara kerja, hingga memilih busana dan aksesoris yang tepat. Bahkan kepada mereka dikenakan rias wajah gratis agar merasa percaya diri, karena sebagian besar para perempuan yang datang ke program ini adalah mereka yang pernah mengalami masa-masa sulit dalam hidup dan membuat mereka kehilangan  rasa percaya diri.

Fitted for Work juga menggalang dana melalui penjualan pakaian, sepatu, tas, asesories dari berbagai merek terkenal dan masih sangat layak pakai. Pakaian beserta perlengkapannya mereka peroleh dari para donatur yang kemudian dikelola oleh sebuah program sosial enterprise yaitu Conscious Closet. Dari sinilah barang-barang sumbangan tersebut disalurkan untuk para perempuan pencari kerja secara gratis dan juga dijual untuk umum. Uang hasil penjualan digunakan kembali untuk membiayai program. Perempuan yang dibantu tidak hanya yang berusia produktif, tetapi juga mereka yang sudah lanjut usia seperti pensiunan atau yang di PHK, para pengungsi dan imigran dengan berbagai latar belakang.

Conscious Closet adalah usaha di bawah Fitted for Work yang bergerak di bidang sosial enterprise. Di sini mereka menyediakan serangkaian busana wanita daur ulang termasuk pakaian yang berlabel dari para disainer ternama maupun kebutuhan wanita yang kontemporer, sepatu dan asesoris. Organisasi ini menangani para perempuan yang telah dipersiapkan untuk bekerja oleh Fitted for Work. Targetnya adalah mereka yang masih produktif dan membutuhkan penghasilan dikarenakan janda, single parent, terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau perempuan yang tersisih. 

Emily's List Australia adalah jaringan dukungan politik, keuangan, dan pribadi untuk perempuan Partai Buruh Australia (Australian Labor Party) progresif yang tertarik mencalonkan diri untuk jabatan publik. Para calon ini harus berkomitmen bagi kesetaraan, pengasuhan anak, upah yang sama dan keragaman.  Emily's List bertujuan untuk meningkatkan jumlah anggota parlemen perempuan di negara bagian, teritori, dan federal semata-mata untuk memastikan Australia terus bergerak menuju kesetaraan gender di parlemen.

Salah seorang aktivis,  Hiba Casablanca yang adalah Public Relations dari EMILY's List menjelaskan bagaimana  EMILY's List mendukung kandidat wanita dari Partai Buruh Australia untuk mendapatkan kursi di Parlemen. Mereka membekali para kandidat agar dapat menguasai berbagai topik, seperti pengasuhan anak, keberagaman termasuk, dan juga menyediakan program mentoring formal dalam partisipasi politik. Selain itu, mereka memainkan peran dalam membawa perubahan untuk partisipasi politik wanita, serta menyediakan dukungan dana untuk para kandidat. Apa yang diterapkan dalam organisasi ini, menunjukkan pembumian dari teori Servant Leadership yang menurut Dirk van Dierendonck and Kathleen Patterson, para pemimpin saat ini akan perlu meluangkan banyak waktu guna membimbing dan mengembangkan pemimpin lain dalam hal ini di bidang politik.

Saat ini di Melbourne, Victoria, telah memiliki keterwakilan perempuan di parlemen. Ada dua partai yang mendominasi di Victoria yaitu Partai Buruh dan Partai Liberal. Kedua partai ini merupakan partai yang saling berseberangan. Untuk kuota perempuan itu sendiri partai liberal telah berusaha memenuhi kuota yang ditentukan bagi kaum perempuan. Hingga saat ini partai liberal  berusaha memenuhi 40% kuota perempuan. Isu kuota perempuan ini baru berkembang di tahun 2018. EMILY's List Australia adalah komunitas perempuan yang berusaha untuk membantu dan mencari jalan keluar agar para perempuan memiliki peluang untuk duduk di kursi parlemen. Bisa dikatakan bahwa komunitas ini adalah satu-satunya komunitas perempuan dimana para perempuan itu sendiri melepaskan kepentingan dari partainya dan bersama-sama mewujudkan peluang untuk memenuhi keterwakilan perempuan di parlemen. 

The Multicultural Centre for Women's Health (MCWH) -  adalah organisasi berbasis komunitas yang dipimpin oleh dan untuk perempuan  dari latar belakang imigran dan pengungsi. MCWH berkomitmen untuk memajukan kesehatan dan kesejahteraan perempuan imigran dan pengungsi melalui kepemimpinan, advokasi, pendidikan multibahasa, aksi sosial, serta penelitian dan pengembangan kapasitas. Di sini dapat kita lihat kepemimpinan perempuan dalam apa yang mereka sebut sebagai PACE -- Participation, Advocate, Communicate, Engage.  Di lembaga ini peserta belajar mengenai penanganan kesehatan imigran di Australia. Regina Quaizon, Eksekutif Direktur MCWH menjelaskan bidang yang ditangani antara lain keluarga berencana, sunat perempuan, dan kesehatan reproduksi. Saat kunjungan berlangsung di akhir 2018, MCWH baru saja merayakan hari jadi yang ke-40 tahun.

Regina mengakui, keberagaman memang baik untuk mengawali tetapi ketidaksetaraan dalam relasi tidak menjadi subtansi isu keberagaman. Interseksionalitas membantu dalam mengurai isu ketidaksetaraan. Tahapan pendekatan interseksionalitas menurut MCWH adalah transformasi sistem dan struktur, menantang hirarki ras dan gender, menciptakan citra baru, menulis kembali wacana yang dominan, membuat pusat suara perempuan imigran dan pengungsi, serta membangun kepemimpinan perempuan imigran dan pengungsi. Bagi MCWH yang perlu diperbaiki adalah mulai dari tingkat individual, tingkat  organisasi hingga level struktur. Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian guna mendukung perbaikan yang dilakukan.   Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Srilatha Batliwala & Michel Friedman tentang Teori Feminis bahwa feminis tidak lagi mencari persamaan antara kedua jenis kelamin tetapi transformasi yang lebih mendalam yang menerima banyak identitas gender dan menciptakan kesetaraan gender dalam hal yang sama sekali baru dalam tatanan sosial.

The Women's Information Referral Service (WIRE) - Layanan Rujukan Informasi Perempuan adalah satu-satunya layanan rujukan & informasi rahasia dan gratis di seluruh negara bagian untuk perempuan Victoria. Organisasi ini menawarkan berbagai program pelatihan khusus gender, sambil melakukan penelitian dan advokasi untuk masalah-masalah perempuan, seperti keamanan ekonomi dan literasi keuangan, keseimbangan kehidupan kerja dan kekerasan terhadap perempuan. Organisasi, yang dijalankan untuk dan oleh perempuan, bertujuan guna  melibatkan semua perempuan dari berbagai latar belakang.

WIRE yang didirikan pada 1994, awalnya berfokus pada menyediakan pelayanan untuk perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Akan tetapi  karena saat ini telah semakin banyak pelayanan untuk masalah tersebut, maka WIRE berganti fokus. Slogan WIRE yakni "Semua perempuan, semua isu" menjelaskan bahwa interseksionalitas sangat penting karena keberagaman isu yang WIRE tangani. Masalah yang digarap saat ini antara lain perempuan tuna wisma dan pengangguran.

Tuna wisma terkadang memiliki korelasi dengan kekerasan. WIRE menyediakan tempat yang aman dan ramah di mana perempuan dapat merasakan memiliki nilai dan dihargai. Mereka berkomitmen menyediakan pelayanan dalam keberagaman interseksi, transgender dan diverse-friendly. Rumah sakit telah menawarkan tempat yang aman untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan praktis dan emosional dalam masalah apa pun.  Namun, Julia Kun, CEO WIRE, mengatakan masih banyak perempuan tuna wisma yang datang ke WIRE dan mengadukan persoalannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun