Suatu model dapat didefinisikan sebagai abstraksi dari sistem nyata, dan suatu abstarksi dapat digunakan untuk mengestimasi dan mengendalikan sistem. Tujuan membangun suatu model adalah untuk memungkinkan bagi seorang pakar dapat menentukan bagaimana satu atau lebih perubahan terhadap aspek-aspek model dapat mempengaruhi aspek-aspek lainnya pada sistem atau sistem secara keseluruhan.
Tahap-tahap krusial di dalam membangun model adalah mengkonstruksi fungsi objek, yaitu suatu fungsi matematis dari peubah-peubah yang dikukuhkan. Terdapat banyak jenis model, menurut Churchman diantaranya sebagai berikut:
1. Model iconic, yaitu model yang secara piktorial atau visual menyatakan aspek tertentu sistem.
2. Model analog, yaitu model yang menerapkan satu set sifat-sifat sistem untuk mengamati beberapa set sifat-sifat lain dari sistem untuk dipelajari karakternya.
3. Model simbolis, yaitu model operasi matematis atau logika yang dapat digunakan untuk memformulasi suatu solusi dari masalah yang ditangani.
Dalam sistem pendidikan, model yang dibangun tidak sama dengan model dalam bidang sains, sebab di antara kedua bidang ilmu ini memiliki karakter yang berbeda secara ekstrim. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kembali dasariah dan kerangka bangunannya. Dalam hal ini, perlu menata kembali asumsi-asumsi dasar dan tahap-tahap pembangunan kerangka modelnya.
Langkah pertama membangun suatu model dari sistem pendidikan adalah menentukan unsur-unsur yang membangun sistem. Apabila unsur-unsur tersebut masih dapat dikategorikan sebagai subsistem dari sistem pendidikan yang universal, perlu diuraikan menjadi komponen-komponen. Selanjutnya dari setiap komponen ditentukan atributnya. Sebagai contoh sederhana adalah pengajar, dalam hal ini pengajar dapat dikategorikan sebagai subsistem, sebab memiliki sejumlah komponen yang dapat memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan. Komponen-komponen yang dapat diekstrak dari pengajar misalnya kualifikasi pendidikan, kemampuan akademis, body language, gaya mengajar, dan lainnya, semua komponen ini memberikan kontribusi tertentu terhadap sifat subsistem atau sifat sistem keseluruhan.
Setelah semua komponen dikukuhkan dan antaraksinya dipahami, langkah berikutnya adalah menentukan atribut dari masing-masing komponen tersebut. Dalam komponen yang sama, atribut setiap individu adalah khas dan berbeda dengan atribut individu lain. Misal gaya mengajar dosen A akan berbeda dengan dosen B, walaupun konsep yang diajarkan sama. Perbedaan atribut ini menjadi peubah bagi sistem yang universal. Namun demikian, apabila sejumlah besar atribut-atribut yang berbeda itu dikumpulkan menjadi satu komponen dari unsur subsistem, ini akan melahirkan suatu nuansa tersendiri, dinamakan ensemble rerata peubah, dan menjadi ciri atau jatidiri dari komponen yang dikukuhkan.
Kinerja ensemble rerata setiap atribut diharapkan bersifat bebas waktu dan ruang, dan dapat mengunjukkan jatidirinya dalam bentuk kecenderungan agar dapat ditentukan bentuk distribusi peluangnya. Apabila asumsi-asumsi ini dapat dipertanggungjawabkan maka penulis berkeyakinan dapat membangun model dari sistem pendidikan secara universal menggunakan metoda ilmiah terbalik. Prinsip metoda ini adalah, bila tidak ada teori yang dapat menerangkan suatu data, maka solusinya adalah menentukan fungsi dari data yang ada, selanjutnya teori dapat dikembangkan untuk menerangkan fungsi itu. Masalahnya bagaimana mengukur ensemble rerata dari setiap atribut komponen dan menurunkan jenis-jenis atribut yang ada dan terukur dengan metoda ilmiah terbalik.
Dalam bidang sains, peubah-peubah dari atribut suatu sistem dapat diturunkan secara matematis atau empiris, dan jumlah peubahnya tidak banyak bolehjadi hanya tiga atau empat. Misalnya sistem gas, memiliki empat peubah yaitu tekanan (P), volum (V), suhu (T), dan jumlah molekul (n). Keempat peubah ini diturunkan dengan sempurna baik secara matematis maupun empiris membentuk persamaan keadaan gas: PV = nRT.
Dalam sistem pendidikan, saya berpendapat bahwa atribut komponen sistem tidak dapat diturunkan secara matematis dan jumlahnya bukan hanya dua atau tiga melainkan ratusan bahkan ribuan atribut yang memberikan kontribusi terhadap sifat-sifat sistem pendidikan secara universal. Walaupun demikian, tidak menjadi surut untuk mengembangkan model ensemble ini, sebab masih banyak teori akal-akalan lain yang dapat diterapkan untuk mengelaborasi atribut sistem.