Suasana perlahan mulai cair. Hampa yang sebelumnya sempat mendera Guntur perlahan hilang. Guntur mulai bercerita mengenai pekerjaannya, mengenai hidup dengan antusias. Sang bapak mendengarkan dengan seksama sambil sesekali memberikan nasihat mengenai hidup. Sesuatu yang sangat Guntur rindukan dari sosok bapaknya itu, yang membuat Guntur terdiam beberapa saat.
“Halo? Tur..”
“Pak, Guntur kangen sama bapak.”
“Halo? Tur.., Guntur. Halo?”
“Pak, halo pak.., halo?”
“Tur? Halo? Guntur..”
“Iya pak, Guntur masih disini.”
Tiba-tiba sambungan telepon ayah dan anak itu terputus. Guntur menatap telepon genggamnya. Ia berusaha menelpon bapaknya lagi tapi tidak berhasil. Air mata menetes di layar telepon genggam Guntur.
Perlahan, Guntur mulai menangis tersedu-sedu. Air matanya jatuh deras. Telepon genggamnya kembali berbunyi. Guntur dengan sigap mengangkatnya.
“Assalamualaikum,” kata Guntur.
“Waalaikumsalam. Tur, ini ibu.”