“Bapak apa kabar disana?”
“Alhamdulillah baik. Enak disini. Semuanya mudah. Mau ini ada, mau itu ada.”
“Syukurlah.”
“Adik-adik kamu gimana?”
Guntur perlahan mulai menceritakan tentang ketiga adiknya. Salman, Pras dan Gemintang, perempuan satu-satunya. Guntur memberitahu kalau Salman sekarang telah bekerja di sebuah perusahaan media besar. Jabatannya pun cukup baik. Sementara karier Pras sebagai wirausaha perlahan mulai menanjak. Begitu juga dengan Gemintang yang sekarang sibuk sebagai penata rias ternama.
“Alhamdulillah,” kata bapak.
Perbincangan kembali terhenti beberapa detik.
“Kerja keras bapak selama ini ada hasilnya,” lanjut bapak. “Yang penting kalian jangan sampai meninggalkan shalat dan mengaji. Karena tidak ada yang bisa menyelamatkan kita selain itu.”
“iya pak, insya Allah. Bapak ngapain aja disana?”
“Ya gitu-gitu aja Tur. Makan, mancing, melakukan yang bapak mau saja.”
Bapak lalu mulai cerita tentang band barunya. Guntur sempat tidak percaya kalau bapaknya kembali bermusik mengingat umur bapak yang sudah tidak lagi muda. Tapi kata bapak umur bukanlah halangan untuk bermusik. Bapak juga cerita bagaimana ia sesekali memainkan lagu yang sering ia dengarkan dulu bersama Guntur waktu ia kecil. Tanpa sadar, sebuah senyuman tersungging dari bibir Guntur.