Khususnya bagi orang yang belum pernah lari, penting untuk tidak memaksakan diri. Sebaiknya lari secara bertahap sampai tubuh terbiasa. Naikkan kecepatan perlahan dan konsisten lari secara teratur.Â
Dari pengalaman lari selama satu tahun, kecepatan lari bertambah otomatis seiring rutin berlari. Faktor seperti makanan juga sangat berdampak pada kemampuan lari lebih cepat.Â
Bahkan kebiasaan tidur telat sangat mempengaruhi tubuh ketika memasok oksigen saat lari. Dengan konsisten berlari di zona yang sama, jantung membentuk pola sehingga lari di jarak jauh terasa lebih mudah dilakukan.Â
Atlit profesional terbiasa lari di zona 4 untuk memperbaiki kapasitas anerobik serta ambang laktat. Di zona 4, tubuh bekerja maksimal khusunya saat memasok oksigen.
Lari di zona 4 berada di 80-90% detak jantung maksimal. Mereka yang baru mulai lari atau masih di pace lambat disarankan tidak terlalu ambisius untuk mencoba zona ini.Â
Manfaat lari akan terasa jika melatih di zona 1-2 setidaknya 6 bulan secara konsisten. Misalnya, fokus di zona 1 selam 1-2 bulan, lalu 4 bulan di zona 2.
Sebenarnya, ada dua saran yang sering diberikan para ahli untuk mendapatkan manfaat lari. Mereka menyebutnya dengan pola 80/20. Maksudnya adalah 80% lari di zona aman, dan 20% di zona dengan intensitas sedang ke tinggi.Â
Jangan berlari untuk mendapatkan pace cepat dalam waktu cepat pula. Cara seperti ini tidak baik untuk kinerja jantung. Bahkan sangat beresiko jika terlalu dipaksakan.Â
Lari jarak jauh dengan konsisten menjaga detak jantung di zona rendah jauh lebih efektif untuk dipraktikkan. Tapi, kuncinya adalah sabar dan tidak merubah pola lari di zona 3-4 sebelum tubuh benar-benar siap.
Jadi, mana yang lebih baik, lari di zona 3-4 untuk mengejar pace tercepat atau fokus pada zona 2?