Membiarkan anak bermain terus menerus bukanlah cara baik mendidik tentang waktu. Orangtua perlu mengajarkan aturan dengan konsep positif agar anak belajar konsekuensi dari sebuah tindakan.Â
Orang dewasa yang menghabiskan waktu sia-sia diawali oleh pembiasaan yang salah di waktu kecil. Manajemen waktu sulit dipelajari kecuali dengan pembiasaan benar di waktu kecil.Â
Konsekuensi dari pembiasaan salah saat kecil berdampak pada kepribadian di waktu besar. Saat kecil dibiasakan hidup tanpa aturan, ketika dewasa terbiasa menghabiskan waktu pada hal-hal tidak bermanfaat.
Nilai tanggung jawab juga terbentuk dari pembiasaan. Orangtua dengan gaya asuh acuh tak acuh mewarisi anak dengan kepribadian apatis. Padahal, memberi anak tanggung jawab sejak kecil membuka pikiran akan tanggung jawab.
Kenapa harus cuci piring?, kenapa harus menyapu rumah?, kenapa harus menolong orang tua?
Pertanyaan sederhana mematik pikiran anak untuk menemukan jawaban. Begitu pula nilai-nilai kejujuran mudah dipahami saat anak diberi sebuah kepercayaan.
Bentuk kepercayaan dimulai dari pemberian tanggung jawab pada anak. Tanggung jawab kebersihan kamar, mengerjakan tugas sekolah, atau sesederhana piket membersihkan rumah.
Terlihat kecil, tapi dampaknya besar ketika dewasa. Sebaliknya, membiarkan anak hidup bebas tanpa aturan, tanggung jawab, dan kedisiplinan malah melahirkan generasi yang mudah menyerah dan hidup tanpa arah.
Berpikir out of the box dalam mendidik anak menjadi pilihan positif di zaman serba canggih. Anak besar dengan selalu berpikir tentang makna hidup dan gampang untuk diajarkan nilai-nilai positif sebagai modal di kemudian hari. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H