Pemerintah melalui kementerian pariwisata harus mendesain kajian literasi daerah bagi generasi muda. Nilai-nilai unik budaya dan adat istiadat sewajarnya dihadirkan dalam bahasa daerah di tempat-tempat strategis.Â
Cara lainnya adalah dengan menghidupkan kembali buku-buku berbahasa daerah. Dalam skala terkecil, kurikulum nasional diharapkan memberi ruang pada setiap bahasa daerah.
Siswa-siswa di sekolah diajak untuk berbahasa daerah sekali dalam seminggu. Khusus pada hari itu, siswa diajarkan budaya dan adat istiadat setempat.
Penulis berbakat di setiap daerah sebaiknya menghasilkan beberapa buku setiap tahunnya. Buku-buku ini ditulis dalam bahasa daerah dengan kaedah tata bahasa yang sudah disetujui oleh ahli bahasa daerah.
Khususnya buku-buku cerita anak dengan nilai-nilai adat istiadat wajib untuk dituliskan dalam bahasa daerah. Lalu, orangtua membacakan cerita dalam bahasa daerah pada hari-hari tertentu.
Jika ini dijalankan dan didesain dengan konsep yang terukur, bukan mustahil jumlah penutur asli bahasa daerah kembali meningkat. Kekayaan bahasa adalah aset tak terhingga bagi keberlangsungan suatu budaya.Â
Apakah harus menunggu terlalu lama untuk bertindak? mulailah dari dalam rumah dengan menghidupkan kembali bahasa daerah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H