Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Revitalisasi Bahasa Daerah yang Terancam Punah, Bagaimana Peran Pemerintah?

3 November 2024   20:21 Diperbarui: 6 November 2024   16:59 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar pelestarian bahasa daerah | Dokumentasi PPID Kota Cimahi

Saya mencoba menggali alasan kenapa mereka tidak bisa berbahasa Aceh. Sebagian besar mengakui jika dalam rumah mereka tidak menggunakan bahasa Aceh. Jelas saja mereka tidak menganggap perlu untuk menguasai bahasa daerah.

Kenalkan Bahasa Daerah pada Anak

Indonesia memiliki 720 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Secara statistik, Indonesia adalah negara kedua dengan bahasa daerah terbanyak setelah Papua Nugini.

Data dari Languages of The World mempublikasikan fakta jika 40% bahasa di Dunia terancam punah (endangered). Penutur asli dari setiap bahasa menurun drastis setiap tahunnya. Diprediksi hanya terdapat seribu pengguna suatu bahasa. Ini bermakna persentase penutur asli sangat kecil. 

Lantas, kenapa bahasa daerah tidak lagi menarik untuk diwariskan ke generasi penerus?

Kemampuan berbahasa tidak datang dengan sendirinya. Ketertarikan untuk mempelajari bahasa daerah erat kaitannya dengan stimulasi dari dalam rumah.

Orangtua mempunyai andil besar untuk mempertahankan bahasa daerah dalam rumah tangga. Mengenalkan bahasa daerah pada anak memberi keleluasaan bagi mereka untuk mendalami banyak hal baru.

Language is a tool!. 

Bayangkan bagaimana nasib sebuah daerah tanpa penutur asli. Kajian-kajian literasi tenggelam, hikayat dan nasehat leluhur terkubur selamanya. 

Padahal, Indonesia besar karena keberagaman sejarah yang hadir dari setiap bahasa daerah. Sayangnya, pemerintah pusat terkesan bersikap abai untuk mempertahankan bahasa daerah. 

Keberagaman Indonesia sejatinya alat pemersatu bangsa. Bahasa daerah melahirkan kebudayaan dengan nilai-nilai kaya akan adat istiadat.

Berkurangnya penutur asli suatu bahasa juga bermakna menghilangnya nilai kebudayaan. Dengan demikian, kajian literasi kebudayaan daerah bisa dengan mudah tergantikan kajian kebudayaan luar atau bahkan asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun