Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenapa Dosen Indonesia Malas Menulis?

29 September 2024   08:31 Diperbarui: 29 September 2024   08:39 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika kebijakannya dirubah? standar nilai KUM lebih besar poinnya pada penulisan buku ajar berkualitas setara dengan standar jurnal terindex Scopus.

Menulis artikel ilmiah bersandar pada hasil penelitian atau review jurnal berbentuk metaanalisis jelas tidak mudah. Makanya, banyak dosen yang sebenarnya ikut nebeng menjadi penulis kedua, ketiga, dan seterusnya.

Hanya saja, fenomena ini lebih tepatnya diibaratkan seperti gunung es yang mencair perlahan. Jangankan dosen, beberapa profesor ada yang mencapai karir dengan cara nebeng artikel. Media ternama menyorot isu ini beberapa kali, namun tenggelam dalam pusaran air bah. 

Tempo mempublikasi artikel berjudul 'Gila Gelar Skandal Guru Besar' [7/07/2024]. Bahkan, lebih mencengangkan lagi skandal guru besar melibatkan asesor. Banyangkan betapa bahayanya profesor ecek-ecek ini dikala memegang jabatan struktural di kampus. 

Seharusnya dunia akademisi berputar pada poros yang benar. Kebijakan pemerolehan poin untuk naik jabatan akhirnya mudah dimanipulasi dan melahirkan generasi lemah daya pikir dan antikritik. 

Kembali ke pertanyaan awal, KENAPA DOSEN MALAS MENULIS?

Sulit dipungkiri bahwa minimnya minat baca pada mayoritas orang Indonesia berimbas pada kuantitas buku dengan penulis lokal. Universitas setiap tahunnya menelurkan ribuan sarjana dan ratusan mahasiswa paska sarjana. 

Namun, seberapa besar persentase dari lulusan yang mau menulis ? SANGAT KECIL!

Mirisnya lagi, dosen yang sudah mengajar puluhan tahun belum tentu menulis buku berwujud bahan ajar. Bukankah mahasiswa membutuhkan pegangan (handout) bermutu. Sebagian besar materi rujukan berasal dari buku penulis luar dibanding akademisi kampus tempat mahasiswa menuntut ilmu. 

Hal ini menimpulkan tanda tanya besar tentang kualitas sumber daya manusia di dunia kampus. Apakah dosen-dosen di universitas adalah hasil seleksi alam atau kebijakan yang salah?

Sudah semestinya pengajar menulis bahan ajar untuk memudahkan proses transfer ilmu. Banyak manfaat yang diperoleh dosen ketika menulis buku. Tidak semata-mata sebagai landasan nilai KUM untuk naik jabatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun