Kelancaran (fluency) berbahasa didapat melalui praktik. Input berupa aturan berbentuk Grammar dan Listening tidak berbekas pada otak jika tidak diproses melalui praktik.
Bagaimana dengan ketepatan (accuracy)? Berbeda dengan fluency, accuracy akan mudah diterapkan jika siswa mampu memenuhi tiga aspek ini.
- Anxiety
- Confidence
- Motivation
Anxiety bermakna kecemasan. Ketika seseorang cemas, ia menarik diri untuk berbicara. Artinya, manakala siswa masih mengalami kecemasan, guru sebaiknya tidak fokus pada accuracy lebih dulu.
Confidence adalah percaya diri. Seberapa besar rasa percaya diri siswa ketika berbicara dalam bahasa Inggris?
Kalau level percaya dirinya masih rendah, kemauan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris juga minim.Â
Yang terakhir adalah motivation. Apakah siswa termotivasi untuk bejalar bahasa Inggris atau acuh tak acuh ketika berinteraksi dengan siswa lain.
Kalau ketiga aspek ini masih melekat pada siswa, maka mengedepankan fluency ketimbang accuracy jauh lebih bermakna.
Fluency dan accuracy saling terkait satu sama lain dan sama-sama penting. Untuk itu, tahapan belajar bahasa mestilah benar secara urutan.
Kita ambil contoh sederhana. Saya kerap menemukan siswa dari boarding school atau sekolah asrama yang lancar berbahasa Inggris namun grammarnya amburadul.Â
Di sisi lain, ada yang menguasai bahasa Inggris dengan level accuracy sangat baik tapi tidak percaya diri ketika berbicara.
Kalau kita menelusuri lebih lanjut, mudah saja menemukan benang merah antar kedua contoh di atas.Â