Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membatasi Konsumsi Gula untuk Keluarga, Bagaimana Caranya?

2 Agustus 2024   21:19 Diperbarui: 2 Agustus 2024   21:19 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candu gula|freepik.com

Gula memiliki efek candu. Konsumsi gula berlebih memberi dampak negatif bagi tubuh. Jika tidak mampu berhenti total, maka mulailah membatasi konsumsi gula dari sekarang.

Diebetes pada anak kini bukan lagi hal baru. Kebiasaan minum air kemasan bergula dan berpemanis menyebabkan kinerja organ terganggu. Sudah banyak anak yang kini menderita gagal ginjal. Menyedihkan, bukan?

Orang tua sudah harus lebih berhati-hati mengecek jajanan anak di sekolah. Jangan menunggu tubuh memberi tanda, baru kemudian melakukan tindakan preventif. Mulailah hari ini, bukan esok lusa!

Kesadaran hidup sehat

Membangun kebiasaan hidup sehat sebenarnya mudah. Namun, alangkah lebih baik untuk mulai memahami kinerja organ tubuh terlebih dahulu. Apa fungsi jantung, hati, ginjal, pankreas dan bagaimana cara kerja organ vital ini.

Saya sendiri sudah aktif membaca banyak artikel, jurnal, dan menonton podcast dokter/pakar nutrisi dari luar negeri sejak beberapa tahun lalu. Hal ini saya lakukan demi membangun pemahaman akan fungsi organ dan cara merawatnya.

Alhasil, selain wawasan bertambah, saya juga lebih mudah menahan diri dari jenis makanan dan minuman berpemanis. Tanpa pemahaman yang baik, motivasi untuk hidup sehat lebih sulit datang.

Gula memang menghadirkan kenikmatan tak berujung. Padahal, konsumsi gula perhari mesti dibatasi di angka 25 gram. Pada kenyataannya, minuman kemasan seperti Coca Cola dengan takaran saji 250 ml sudah mengandung 27 gram gula. 

Lantas, benarkah Coca Cola Zero murni tanpa gula? jangan tertipu oleh kemasan dan iklan. Perusahaan akan mencari seribu cara untuk 'menipu' konsumen secara halus. 

Coba perhatikan kadar gula pada minuman yang sering dikonsumsi anak. Misalnya, Milo dengan takaran saji 220 ml mengandung 16 gram gula. Susu Frisian Flag mengandung gula 16 gram. Batas maksimal konsumsi gula pada anak perharinya adalah 25 gram.

Silahkan bayangkan jajanan anak sejenis susu UHT atau minuman jajanan 1.000 atau 2.000 yang kadar gula dan pemanisnya lebih tinggi dan dikonsumsi 2-3 botol/hari. Bukankah itu sangat memberatkan fungsi organ pankreas dan ginjal?

Saya kerapkali melihat anak-anak membeli jajanan kemasan berlebih. Orang tua mereka bahkan menyuruh anak untuk memilih sendiri. Sedikit saja anak merengek, semua pilihan mereka dituruti. Begitulah fakta di lapangan yang hampir setiap hari saya lihat.

Saya yakin tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya sakit. Akan tetapi, kenapa sanga sedikit orang tua yang melarang anak membeli jajanan bergula/berpemanis?

Jawaban sederhananya, boleh jadi mereka sendiri tidak memahami makna sehat. Atau, boleh jadi mereka sama sekali tidak memahami fungsi dan kinerja organ vital tubuh. Sehingga cuek dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak di luar rumah.

Kesadaran hidup sehat tidak diperoleh begitu saja. Kadangkala, ketika tubuh sudah menunjukkan tanda berbahaya, baru seseorang tergerak untuk merubah gaya hidup. Dari yang sebelumnya asal makan dan minum menjadi pribadi yang sangat menyeleksi apapun yang masuk ke mulut. 

Bukankah pencegahan jauh lebih baik dari pengobatan?

Saat tubuh masih bekerja dengan baik, jangan menunggu vonis dokter. Tidak semua tanda-tanda buruk langsung terlihat dengan beberapa indikasi. Banyak yang abai dengan 'peringatan' tubuh, akhirnya terus menerus terjerat dalam pusaran minuman bergula. 

Nah, ini yang lebih berbahaya!

Tren minuman manis di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Remaja dan anak-anak tenggelam dalam kenikmatan tanpa ujung. Sekali terikat dengan minuman manis, konsekuensinya adalah melemahnya kinerja organ tubuh.

Lebih parahnya lagi jika dalam keseharian selalu mengkonsumsi minuman kemasan/kaleng yang sangat manis. Kecanduan pada gula tidak terlihat berbahaya di awal, tapi diam-diam membunuh tubuh.

Apakah hanya gula yang harus dibatasi?

Sama halnya seperti gula, garam memiliki efek negatif jika dikonsumsi berlebih. Oleh karenanya, takaran garam sebaiknya tidak melebihi 5 gram per hari.

Makanan kemasan mengandung kadar natrium tinggi. Terlebih pada jajanan kemasan berjenis keripik yang diolah oleh mesin. Rasa asin juga memicu seseorang untuk terus terlena memasukkan makanan ke mulut.

Tubuh memiliki batas tolerir. Melampaui angka maksimum sama saja memaksa organ vital bekerja tanpa henti. Kecanduan gula garam tidak mudah untuk dihentikan dalam waktu singkat.

Makanya, anak-anak yang sudah terbiasa dengan jajanan manis sulit menahan diri untuk tidak membeli. Belum lagi diperparah kebiasaan makan dan minum berlebih tanpa kontrol orang tua.

Orang tua adalah kunci membangun kesadaran hidup sehat. Manakala orang tua menyadari arti kesehatan dan berusaha menerapkan hidup sehat dalam rumah, anak akan lebih mudah mengikuti.

Butuh kerjasama yang solid untuk menerapkan hidup sehat. Ayah dan ibu harus sekata dan seiya. Tidak boleh berprinsip beda dalam hal pilihan makanan dan minuman. 

Saat anak melihat apa yang dikonsumsi orang tua, mereka juga belajar arti hidup sehat. Bagaimana jika orang tua malah sehari-hari mengkonsumsi gula berlebih dari minuman kemasan, apa yang dipelajari anak?

Berikan pemahaman pada anak tentang jenis makanan sehat. Mulailah dengan buku bacaan tentang tubuh. Lalu, kenalkan mana makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuh kinerja tubuh yang baik. 

Saya mengenalkan fungsi organ tubuh kepada anak di umur 1-2 tahun. Alhamdulillah hasilnya cukup positif. Anak tidak mudah membeli jajanan tidak sehat dan kesehatannya lebih terjaga. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun